Bab 53 Coretan Rahasia

258 13 4
                                    

"Bagaimana mungkin itu terjadi?" 

Anastasia berdiri dari kursinya. Seakan ia tak percaya dengan ucapan Alymer baru saja.

"Aku juga tak tahu. Saat mendengarnya, aku sedikit terkejut," jawab Alymer.

Saat itu Alymer telah mengirimkan mata-matanya untuk menyelidiki kasus racun dan permasalahan tahta yang membuat rusuh di Adorah. Seorang mata-mata Alymer berhasil menyamar dan menyusup ke dalam kastil.

Berbagai pertikaian meledakkan seisi ruangan. Entah teriakan yang berasal dari manusia atau serigala yang sedang memecahkan suasana. Nampaknya ruangan itu lebih mirip dengan kapal yang sedang ditelan gelombang, dibandingkan dengan kastil. 

"Kau harus mencari tahu siapa yang berani menyamar menjadi bagian dari kita. Jika sampai kerajaan pusat mengirimkan pasukannya ke Adorah, kita semua bisa musnah," ucap salah satu pria dengan jenggot tipis dan berbadan kurus itu.

Rambut keemasannya yang disapu rapi kebelakang dan diikat sempurna, terlihat berkilau saat cahaya matahari yang masuk melalui kaca jendela yang retak karena lemparan gelas, membelai rambutnya. Sang ayah nampak melamunkan keadaan. Hanya bisa diam, tak banyak yang dapat ia katakan, begitupun dengan anak-anaknya yang lain.

Tak banyak yang menggubris omelannya. Bahkan lebih banyak yang terlihat menangkup kepala mereka di atas meja sembari mencicipi anggur merah digelas emas mereka. Pria berjenggot terlihat kesal.

"Jangan membuatnya lebih rumit lagi. Ini adalah masalah di dalam, jadi tidak akan membuat kerajaan pusat terlalu menanggapinya." Pria gendut dengan jenggot tebal itu  menegak anggurnya dan bersendawa. 

"Aku dengar Putri Lucy memiliki hubungan dengan Pangeran Alymer. Kita harus merencanakan sesuatu, atau Adorah akan hancur," jawab pria rambut keemasan itu. 

Anastasia bergeming sejenak. Ia berusaha mencerna cerita itu dengan baik sembari meluruskan tubuhnya di atas kasur luas milik Alymer. Menatap langit-langit dengan penuh kebingungan. 

Alymer ikut berbaring di samping Anastasia, mencoba mengikuti arah pandangan Anastasia. Ia melirik Anastasia yang masih dengan tatapan kosongnya, lalu membelai lembut kepala Anastasia. 

"Lalu, apakah kedatanganku kesini juga bagian dari rencanamu?" Anastasia mulai membuka lagi pembicaraan.

"Hem," sahut Alymer dengan jemari yang masih menyisir lembut setiap helai rambut Anastasia.

Anastasia menghentikan belaian jemari Alymer. Ia menarik jemari Alymer ke depan perutnya.

"Kenapa masalah begitu banyak menyelimutiku?" tanyanya sembari memjamkan matanya sejenak.

Alymer mendekat padanya, dan menggeser wajah Anastasia padanya. Ia menatap lekat mata biru Anastasia yang terlihat seperti pantulan cahaya di Sungai Lira.

"Anda akan tetap aman bersamaku. Tapi untuk sementara ini, aku minta maaf karena belum bisa menunjukkanmu pada dunia, bahwa kau adalah satu-satunya bungaku yang tak pernah layu."

Alymer mengecup punggung tangan Anastasia yang baru saja menarik tangannya.

"Semua itu aku lakukan agar engkau tak menjadi incaran para musuh," sambungnya.

Anastasia tersenyum manis. Jemarinya membelai rambut hitam Alymer yang sedikit berantakan itu. Alymer menutup matanya lembut, merasakan kesejukan akan sentuhan Anastasia.

Tak lama itu, Anastasia bangkit dari kasur. Ia tersentak akan sesuatu.

"Astaga! Aku sudah pergi dalam waktu yang lama. Aku khawatir Irina akan mencariku."

Anastasia menepuk pakaiannya yang sedikit kotor karena debu yang menempel di sepanjang perjalanan. Ia berjalan tergesa-gesa menuju pintu rahasia. Alymer dengan sigap mengikuti langkahnya.

Mereka segera membuka pintu dan kembali menelusuri lorong panjang itu. Tanpa persetujuannya, Alymer mengangkat tubuh Anastasia.

"Pa..pangeran? Apa yang anda lakukan?"

Anastasia berusaha menyembunyikan pipinya yang merona. Matanya membulat sempurna dan secara bergantian meredup karena malu.

"Aku tidak ingin kau merasa lelah. Biarkan aku menggendongmu hingga sampai," ucap Alymer sembari mengecup bibirnya sekilas.

Anastasia hanya menurunkan pandangannya karena tersipu malu. Alymer segera bergerak menelusuri lorong yang cukup panjang itu.

"Kita sudah terbiasa melakukan lebih dari ini. Tetapi anda tetap saja merasa malu, heh?" sindirnya dengan smirk di wajahnya.

Anastasia ingin membela dirinya. Tetapi sepertinya bibirnya terkunci dengan sendirinya. Apakah ia terlalu malu untuk membuka bicara.

"Kita sudah lama tak bertemu. Tetapi sepanjang jalan ini, anda hanya menatap obor yang menyala di sepanjang lorong ini," ucapnya dengan nada cemburu.

Bagaimana bisa ia cemburu dengan api obor yang menerangi perjalanan mereka. Anastasia menarik tubuhnya dengan lengannya yang melingkar di leher Alymer lalu mengecup sekilas pipi Alymer.

"Bahkan pada benda mati, anda juga merasakan kecemburuan." Anastasia melemparkan senyum kecil pada pipi yang ia kecup baru saja.

Alymer menarik bibirnya dan menampilkan deretan giginya. Ia merasa malu dengan sindiran Anastasia baru saja.

Selang beberapa waktu mereka pun tiba di depan pintu rahasia yang terhubung dengan kamar Anastasia. Rasa sedih dan senang, kini memeluk tubuhnya. Ia senang karena telah bertemu dengan Alymer, tetapi waktu tak memungkinkan untuk meraka terus berlama-lama.

Anastasia tak berharap banyak akan petemuan selanjutnya. Ia hanya merasa tenang karena sudah mendengarkan semua penjelasan Alymer.

Mungkin kesabaran telah menenangkan hatinya. Sehingga ia tak banyak menuntut. Tertidur dalam badai salju, mungkin terasa hangat baginya. Karena ia percaya bahwa sebentar lagi akan ada sinar matahari.

Alymer melepaskan Anastasia dan membiarkanya masuk ke dalam kamarnya. Tatapan mereka masih melekat, seiring tertutupnya pintu rahasia itu.

"Aku akan menculikmu malam nanti," tutup Alymer.

To be continue  . . .

Halo! Menurut teman-teman, apakah author lanjut cerita ini apa nggak?

Kalau masih mau lanjut, jangan lupa vote nya yah hihi. Biar author makin semangat nulisnya 😆

Terima kasih sudah membaca

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang