Sudah beberapa jam sejak mereka melanjutkan perjalanan, namun Anastasia mendorong dirinya untuk tetap meluruskan punggungnya. Jalan yang tak mulus membuatnya sesekali bersentuhan dengan Alymer.
Sebuah alasan yang kuat untuk membuat Alymer dan Anastasia bertemu lagi. Elisa adalah dalanganya. Dengan alasan ingin menikmati pemandangan, tetapi baru beberapa jam perjalanan ia tidur dengan sengaja.
Alymer sebenarnya sedang sibuk dengan tumpukan kertasnya. Namun fokusnya lagi-lagi tak akan bertahan lama, karena sesekali matanya dipaksa untuk melihat Anastasia yang duduk kaku menyaksikan pemandangan. Elisa yang sedang tertidur pulas di samping Anastasia, membuatnya geleng-geleng kepala.
Di satu waktu, mata mereka tanpa sengaja bertemu. Hanya senyuman yang bisa tersungging di wajah mereka. Namun Alymer dengan berani menyelipkan tangannya untuk meraih tangan Anastasia.
Mata Anastasia membulat sempurna dan sedikit tersentak karena genggaman Alymer. Tetapi ketegangan itu berubah menjadi senyuman manis kembali.
Tak terasa waktu sudah hampir gelap. Alymer menghentikan perjalanan sebentar untuk mengatur ulang posisi. Anastasia dan Elisa akan menaiki kereta tertutup, sedangkan Alymer akan menggunakan kudanya sendiri.
Perjalanan pun akhirnya dilanjutkan malam hari setelah beberapa jam mereka beristirahat. Dinginnya udara malam yang sedikit mencekik, tak membuat mereka menghentikan perjalanan. Kebetulan musim dingin akan datang sebentar lagi, sehingga suhu di malam hari mulai menurun dalam beberapa hari.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang itu, akhirnya mereka tiba di sebuah perkampungan kecil yang masih diselimuti hutan yang rimbun. Nampak para penjaga membuka pintu gerbang perkampungan dan memberikan hormat.
Seluruh penduduk desa itu berkumpul di pinggir jalan, menyambut rombongan mereka. Mereka pun menundukkan pandangan mereka untuk memberi hormat. Setelah seluruh pasukan masuk dengan sempurna ke dalam gerbang, penjaga gerbang segera menutup gerbang.
Alymer dan seluruh pasukan lainnya turun dari kuda mereka masing-masing. Elisa membuka pintu kereta dan turun lebih dulu. Lalu disusul oleh Anastasia yang masih merasa keram di kakinya.
Secara serempak, seluruh penduduk desa menyerukan kedatangan mereka dan mengucapkan rasa terima kasih kepada Alymer.
"Terima Kasih Yang Mulia Pangeran Alymer!" seru mereka secara masal.
Alymer tersenyum, lalu memerintahkan seluruh penduduk untuk mengangkat kepala mereka yang masih tertunduk memberi hormat.
"Selama berada disini, kalian semua akan aman. Tempat ini telah dilindungi dengan penjagaan ketat oleh tentara kerajaan pusat. Jadi kalian tidak perlu khawatir," Alymer berteriak dengan lantang.
Desa itu adalah desa terbengkalai sejak 20 tahun lalu. Tempat yang sulit untuk dijangkau, membuat pemerintahan Adorah tidak dapat mempertahankan wilayah itu sehingga para penduduknya banyak yang berpindah ke kota dan desa lainnya.
Beberapa tahun yang lalu, daerah itu resmi diambil alih oleh Kerajaan pusat sehingga pemerintahan Adorah tak memiliki kewenangan lagi atas daerah itu.
Setelah selesai dengan sambutan, Alymer memerintahkan seluruh pasukannya untuk istirahat. Terlihat seorang pria tua dengan pakaian putih sedikit lusuh, mendekat ke arah Anastasia.
"Permisi Nona. Apakah anda adalah putri dari Putri Lucy?"
"Iya benar! Aku putrinya. Dimana ayah dan ibuku?" jawab Anastasia sembari menganggungkan kepalanya.
"Saya adalah Dokter Molkov yang merawat kedua orangtua anda. Mari ikut saya ke tempat perawatan,"
Pria yang ternyata adalah seorang dokter itu pun menuntun Anastasia yang diikuti oleh Elisa untuk menuju rumah pengobatan.
Sesampainya di rumah perawatan, Anastasia tak langsung menemukan ayah dan ibunya. Melainkan disambut oleh pemandangan yang cukup memilukan. Banyak korban luka-luka yang diakibatkan karena perlawanan terhadap prajurit Adorah. Hati Anastasia seperti teriris oleh pisau panas ketika melihat semua korban-korban itu.
"Bagaimana ini semua bisa terjadi?" tanya Elisa yang tak percaya melihat itu semua.
"Mereka sempat terlibat perlawanan dengan para pasukan tentara Adorah. Beruntung tak lama kemudain pasukan tentara kerajaan pusat membantu," jawab dokter itu sembari masih terus menuntun Anastasia untuk menemui orangtuanya.
Tak lama kemudian, mereka pun tiba di ruangan tempat Lucy dan John dirawat. Mereka tampak pucat dan hanya bisa tertidur.
"Orang tua Anda sampai sekarang masih belum sadarkan diri. Saya sempat memeriksa beberapa bagian tubuh lainnya dan sepertinya mereka telah terkena racun," jelas dokter itu.
"Racun?" Elisa membelalakkan matanya.
"Aku sempat mendengar bahwa ada seorang dukun di istana Adorah yang membuat sebuah racun yang cukup berbahaya. Kemungkinan efek yang paling besar adalah tidur panjang dan yang paling berbahaya adalah kematian," jelasnya.
Racun itu terbuat dari bunga tanaman liar di hutan Adorah. Menurut kabar yang beredar, tanaman itu sudah tidak dapat ditemukan lagi di habitat aslinya. Tetapi telah dicurigai bahwa tanaman itu dibudidayakan oleh sang dukun di dalam istana.
Elisa nampak geram mendengarnya, sedangkan Anastasia hanya terlihat pasrah lalu mendekati tempat tidur kedua orangtuanya. Ia mencium tangan ayah dan ibunya. Sembari memejamkan matanya, nampak airmata mengalir di ekor matanya.
"Bersekutu dengan dukun atau penyihir adalah pelanggaran. Mereka bisa saja mendapatkan hukuman dari negara pusat." Elisa melipat kedua tangannya
"Tetapi tuan Putri, sampai sekarang masih belum ada bukti yang kuat tentang keberadaan dukun istana itu. Bahkan beberapa mata-mata yang menyelidikinya, pulang dengan beberapa luka akibat panah yang dibubuhi oleh racun itu. Alhasil, informasi yang seharusnya mereka sampaikan tak pernah terungkap."
Dokter menceritakan bahwa ia telah meneliti racun ini berdasarkan buku-buku obat untuk mempelajari efek dan seberapa lama racun itu bekerja untuk membuat penawarnya
"Lalu bagaimana hasilnya?" tanya Elisa
"Saya tidak tahu pasti apakah itu berhasil apa tidak. Tetapi ketika saya meminumkannya pada Putri Lucy dan suaminya, tidak ada reaksi yang dihasilkan."
Elisa mengangguk mengerti. Ia melangkah mendekat pada Anastasia yang masih tertunduk lemas di antara kedua orangtuanya. Elisa mengusap pundaknya dengan pelan untuk sedikit menenangkan Anastasia.
"Saya akan berusaha segigih mungkin untuk menemukan penawar racun itu."
Elisa memutar badannya ke arah dokter. Ia mengusap pundak Anastasia sekilas.
"Terima kasih atas kegigihan anda, jika anda memerlukan sesuatu segera beritahu kami." Elisa menegaskannya.
"Terima kasih yang mulia Putri Elisa," jawab Dokter itu sembari memberikan hormat pada Elisa.
'Sepertinya aku pernah melihat tanaman mencurigakan di sebuah ruangan saat berkunjung ke istana Adorah waktu itu. Apakah itu tanaman yang mereka maksud?' Batinnya.
To be continue
Hola! Maaf lateupdate karena lagi sibuk beberapa hari ini jadi belum sempat sunting cerita hihi. Semoga suka yah, jangan lupa vomentnya
Terima kasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...