Untuk pembaca yang kurang nyaman baca konten sensitif, bisa skip part ini yah.
"Aku . . ."
"Shuttt! Damn! Aku tak bisa menahannya lagi,"
Alymer dengan kasar menautkan bibirnya di bibir Ana yang tentu saja membuat ia tersentak, merinding hebat dan ujung jari kakinya mendadak melengkung dibalik sepatunya.
Ana mencoba mendorong Alymer yang sudah bertindak seperti singa yang sedang lapar. Namun Alymer dengan kekuatan yang lebih besar malah semakin membuat Ana terpojokkan dan membuat Ana sedikit kesulitan untuk mengambil nafas. Kini ia melepaskan sejenak ciuman panas itu dan kini mengarah ke pipi, dagu, telinga hingga lehernya. Menghirupnya seolah itu udara yang segar baginya.
Ana yang tak sanggup menahannya lebih lama lagi, akhirnya mengeluarkan sedikit desahan. Alymer tersenyum sembari sibuk menghujamkan beberapa ciuman di sekitar wajah Ana. Tubuh Ana kian melemas sehingga usahanya untuk mendorong Alymer ia urungkan. Kini Ana dapat menghirup wangi tubuh Alymer secara langsung, dan rambutnya yang cukup tebal menyapu wajah Ana ketika ia membenamkan wajahnya di leher Ana.
"Yah, aku tau kau juga menyukainya Ana," ucap Alymer sembari menyeringai.
Alymer semakin memberanikan diri untuk menarik kerah baju Ana hingga menampilkan dadanya lebih luas. Tanpa Ana sadari ia kini meremas rambut Alymer ketika Alymer semakin turun ke depan dadanya dan ia mengerang hebat. Benar-benar singa yang sedang lapar.
Butiran air mulai keluar dari pelupuk matanya bersamaan dengan air keringat yang mengalir deras di tekuknya. Sebelum ia mulai jauh kehilangan kendali, Alymer menghentikan tindakannya. Ia kembali tegak dan melihat Ana yang sedang menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dengan pakaian yang sedikit terkoyak dan sedikit menggigil.
Sial!
Ia menangkupkan kedua telapak tangannya yang lebar di wajah Ana. Ia tak tahu sudah berapa lama Ana menangis, ia akhirnya menyesal. Ia berpikir bahwa Ana sudah pasti membencinya. Ibu jaringan mengusap pelan airmata Ana. Namun tanpa ia sadari, Ana langsung memberikannya pelukan. Alymer mengecup rambut Ana dan ikut meneteskan airmata. Mereka melepaskan pelukan sejenak dan ia membantu Ana untuk memperbaiki pakaiannya.
"Maaf, aku kehilangan kendali," ucap Alymer dengan perasaan bersalahnya.
"A..aku tidak marah soal itu, hanya saja aku sedikit terkejut bagaimana anda bisa ada disini," jawab Ana.
"Kalau begitu, apa boleh aku melanjutkannya?" ucap Alymer sambil tersenyum simpul.
Ana sedikit terkekeh, "Dasar cabul," ucapnya sambil mencubit pipi Alymer.
Ia sedikit mendesis, berpura-pura merasakan sakit akibat cubitan kecil dari jari Ana.
Alymer kembali menarik Ana ke tubuhnya yang membuat Ana sedikit tersentak. Ia membelai rambut Ana yang setengah dikepang itu. Mengambil beberapa helai rambut Ana kemudian membenamkan bibirnya disana. Tubuh Ana sedikit menegang, meskipun Alymer sudah bertindak mesum padanya tadi. Tetap saja tubuhnya bereaksi seperti tadi.
"Sial,"
Tubuh Alymer kembali bereaksi, kini ia menekan bibir Ana dengan bibirnya. Menjelajahi isi mulut Ana dengan lidahnya, dan masuk ke sela-sela giginya. Ana gelagapan dibuatnya, seperti sedang meminum air yang sangat banyak sehingga kesulitan menarik nafas. Kini tangan nakal Alymer mulai menjelajahi tubuh bagian atas Ana. Ana kembali mendesah kecil.
"Keluarkan saja sayang," ucapnya di sela-sela ciuman panasnya.
Ia kemudian melepaskan ciumannya, kemudian menjelajah bagian lain. Dimana, bagian ini semakin membuat Ana mengerang hebat. Punggungnya melengkung sempurna dan jari-jari kakinya ikut melengkung bersama dengan ciuman kasar yang Alymer berikan di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...