Satu tahun yang lalu . . . .
Sore itu, dibawah langit biru yang berpadu dengan warna jingga, alun-alun pinggir kota dipadati oleh warga seperti biasa. Ada yang menari ria, bermain atau hanya sekedar berjalan-jalan.
Anastasia duduk di salah satu bangku yang berada cukup jauh dari kerumunan orang-orang. Mencari suasana baru untuk membaca buku adalah kebiasaannya. Bahkan ia sendiri bisa membaca buku di tengah keramaian orang-orang.
Seorang anak kecil menghampirinya dan mencubit lengan bajunya dengan jemari mungil itu. Anastasia menghentikan bacaannya dan menatap gadis kecil itu sembari tersenyum.
"Nona, kami sudah berkumpul di bawah pohon di taman sebelah. Ayo membacakan kami sebuah cerita lagi," ucapnya dengan suara yang sedikit cempreng.
"Baiklah nona kecil. Ayo kita pergi!"
Anastasia bangkit dari tempat duduknya dan menggandeng gadis kecil yang menuntunnya ke bawah pohon itu. Gadis kecil itu bernama Fany, dengan rambut bergelombang tipis berwarna hitam.
Anastasia juga menghabiskan waktu senggangnya untuk mendongeng pada anak-anak di panti asuhan. Kali ini ia tak ikut bermain dengan teman-temannya seperti biasa, sehingga Fany memiliki kesempatan untuk menculiknya dari bukunya.
Selang beberapa waktu, mereka berdua pun tiba di bawah pohon yang cukup besar dengan dedaunan yang lebat membentuk payung untuk mereka. Anak-anak kecil itu berlari menghampirinya dan hanya bisa memeluk kakinya.
Anastasia menurunkan tubuhnya agar anak-anak kecil itu bisa memeluknya lebih dekat lagi. Setelah itu mereka kembali duduk di bawah pohon.
"Baiklah, aku akan membawakan sebuah kisah dari seekor kancil yang cerdas dengan putri pengenbala," ucapnya.
Terlihat antusias anak-anak itu mendengarkan kisah baru yang akan Anastasia ceritakan. Mereka duduk dengan rapi menghadap Anastasia. Kisah pun mulai diceritakan.
Namun di sisi lain tempat itu, seorang pria juga sedang memperhatikan kelompok kecil mereka. Pria itu menyandarkan punggungnya di pohon lain di tempat itu, sembari melipat kedua tangannya.
Awalnya ia terhibur dengan anak-anak panti asuhan yang sedang bermain di taman. Tak lama setelah itu, matanya juga tertarik pada wanita muda yang duduk bersama anak-anak itu.
Ia ikut mendengarkan dengan seksama dongeng yang dibawakan oleh Anastasia. Di tengah-tengah cerita, seorang wanita tua menghampirinya.
Wanita tua itu memberikan hormat pada Alymer, begitu juga dengan Alymer.
"Apakah saya mengganggu Pangeran?" Tanyanya.
"Tidak. Anda sama sekali tidak mengganggu," jawabnya.
Wanita tua yang merupakan suster kepala di panti asuhan. Ia pun ikut melihat anak-anak yang sedang mendengarkan dongeng.
"Apakah wanita muda itu juga salah satu suster disini?" tanya Alymer pada suster Hana.
"Wanita itu bukan suster disini. Tetapi dia sering kemari untuk berdongeng dengan anak-anak."
Alymer mengangguk mengerti.
"Ia adalah anak petani bunga yang cukup terkenal di kota ini. Ia sangat pandai membaca dan menulis meskipun tidak sekolah seperti bangsawan lainnya," imbuhnya.
Alymer hanya membalasnya dengan senyuman, lalu kembali memandangi Anastasia yang masih sibuk menceritakan dongeng.
"Kalau begitu, saya mohon izin pergi dulu, Pangeran," ucap Suster Hana lalu memberikan hormat.
Rambut warna keemasan itu menyala dibawah cahaya matahari sore yang telah redub. Senyumannya sangat indah dengan manik mata sebiru sungai rila.
Setelah selesai membacakan dongeng, anak-anak yang masih ingin bertemu dengannya memaksanya untuk tetap duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...