Sepertinya rencana Anastasia hari itu di ruang belajarnya, tidak bekerja dengan baik. Tiap kali menjalankan rencananya, Hawys tak terlihat berpaling darinya sedikit pun.
Seratus atau bahkan seribu cara pun, Hawys masih tak tergoyahkan. Bahkan hadiah yang datang padanya semakin banyak.
Hari yang silih berganti, sepertinya masa depan tak mudah ditebak. Siapa yang akan menyangka, Irina telah jatuh cinta pada seorang pria di negeri seberang.
Kilauan lampu gantung, di atas lantai dansa saat pesta penyambutan dua bulan lalu. Seorang pria tengah mengajaknya berdansa saat itu. Tatapannya yang lekat pada kedua bola mata Irina, membuatnya tertarik untuk berjalan-jalan setelah hari itu.
Setelah sang pria lulus dari akademi, mereka sepakat untuk merancang pertunangan. Meskipun Irina sempat bersaing dengan Anastasia dalam merebut hati Hawys, sepertinya hal itu telah ia lupakan.
Irina sangat menyukai Anastasia, sehingga ia meminta Anastasia untuk memilih segala hal yang ia butuhkan untuk pesta pertunangan tahun depan.
Perasaan bersalah masih melekat pada diri Anastasia. Irina dengan gencar tak ingin membicarakan itu lagi. Sekarang ia telah menemukan prianya, jadi ia tak mungkin mengejar Hawys lagi.
Tetapi tetap saja, itu masih menjadi beban untuk Anastasia yang harus menerima kenyataan bahwa Hawys akan selalu menunggunya. Disamping itu, desas desus tentang perjodohan Alymer dengan putri dari kerajaan lain semakin kuat.
Ia yang kian mengurung dirinya sendiri di kamar, hanya bisa terus menulis pesan yang tak tahu akan ia tujukan kemana. Meskipun Elisa terus memberitahu bahwa berita itu tidak benar, tetap saja kegelisahan itu terus melanda.
Kini Anastasia tengah berdiri termenung di ruang latihan pedang. Suara besi panas yang dipukul secara bergantian, terdengar samar ke ruangan itu.
Hari ini, Afred tak menemaninya berpedang karena sedang berkunjung ke luar kota. Austin yang sejak awal membuatnya terganggu, sekarang menjadi pelatihnya dalam berpedang. Namun, ia juga harus pergi keluar kota dalam beberapa bulan untuk urusan perdagangan.
Saat itu, Austin tak sengaja membuat Anastasia marah besar. Meski ia sangat suka mengusik, tetapi ia sadar bahwa perbuatannya sudah melewati batas. Ia menyesali perbuatannya dan selanjutnya, mereka menjadi saudara yang sangat akur dan ia menjadi guru yang baik untuk Anastasia.
Brukk!! . . .
Suara pintu yang dibuka secara kasar, memekikkan telinganya. Lamunan Anastasia seketika buyar, saat suara itu menarik perhatiannya. Matanya yang sayu melirik ke arah pintu itu, dan mendapati Kaira yang membuka matanya lebar.
Wajah tanpa ekspresi, ia layangkan pada Kaira. Dengan terburu-buru, Kaira berlari kecil ke arahnya.
"Nona!" ucapnya dengan nafas yang masih terengah-engah.
Anastasia coba mengayunkan pedangnya perlahan, mengulangi gerakan latihannya. Ia tak terlihat berniat untuk membalas ucapan Kaira.
Kaira mencoba mengatur nafasnya, sebelum melanjutkan ucapannya.
"Nona! Apakah anda tahu, bahwa anda, Tuan muda Zegh dan Nona Irina akan dikirim ke Valarosa sebagai perwakilan Ladorah untuk undangan peresmian gedung pelatihan baru!" Ucapnya dalam satu tarikan nafas.
Anastasia bergeming sejenak, mencoba mencerna ucapan Kaira. Ia kemudian menumpahkan pedangnya tanpa sadar dan menatap Kaira dengan lekat.
"Apakah itu benar?" tanyanya memastikan.
Kaira hanya mengangguk semangat.
Anastasia berteriak dengan girang dan berputar bersama Kaira. Tak berlangsung lama, semangat yang membara itu, mendadak sirna. Ia teringat akan perasaan marahnya pada Alymer.
Kaira menatapnya bingung saat guncangan di tubuhnya akibat hentakan tangan Anastasia, telah berhenti.
"Ada apa Nona?" Tanya Kaira.
Anastasia menolak menjawabnya. Ia hanya menggelengkan kepalanya dan menarik pedangnya yang ia jatuhkan tadi, lalu ia kembalikan ke sarung pedangnya.
Anastasia menepi untuk duduk dan Kaira mengikutinya.
"Aku tak tahu bagaimana kabarnya saat ini. Ia tak pernah membalas suratku sejak setahun terakhir," ucapnya dengan nada sedih.
Kaira mencoba menenangkannya. "Aku tahu bahwa anda sangat merindukannya, Nona. Mungkin saja Pangeran sedang memiliki kegiatan yang padat."
Kaira ikut duduk di sebelah Anastasia.
"Semoga saja itu benar. Aku hampir saja mati karena menunggunya. Aku bahkan tak sadar sedang berdiri di tengah salju dengan pakaian yang tipis."
Kalimatnya seperti ikut menusuk hati Kaira.
"Ayolah Nona! Anda jangan bersedih terus. Bukankah anda perlu mempersiapkan segalanya untuk berpergian ke Valarosa?" Kaira mencoba mencairkan suasana.
Anastasia mengangguk lemas, tanpa ekspresi antusiasnya. Kaira yang tak sabar pun, segera menarik Anastasia untuk kembali ke dalam kastil. Dengan terburu-buru, Anastasia mencoba menyeimbangkan langkahnya karena tarikan Kaira di lengannya.
To be continue . . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...