Bab 47 part 1

98 7 0
                                    

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan musim yang bermain petak umpet. Waktu tak terasa telah menginjak dua tahun sejak jamuan makan pagi yang menyebalkan itu bagi Anastasia. 

Anastasia duduk di sudut ruang belajarnya, dengan jarum dan benang merahnya. Tampaknya ia sangat serius dengan sulamannya. Rambut emasnya kini semakin panjang dan bercahaya saat sinar matahari menyentuhnya. 

Ia menusukkan jarumnya di bantalan jarum dan menghentikan kegiatannya. Menghela nafas sejenak dan melemparkan pandangannya ke arah keluar jendela yang menghadap langsung ke danau belakang kastil. 

Musim semi telah tiba. Bunga-bunga di taman bermekaran dengan indahnya dengan aneka warna dan jenis yang beragam. Pohon-pohon yang tertiup angin, nampak menari dengan gembira. Beberapa hewan dengan lincah bermain di dekat danau dan membentuk riak.

Anastasia tak terlihat begitu semangat. Surat terakhir dari Alymer yang ia terima adalah musim dingin setahun yang lalu. Apa Alymer begitu sibuk pikirnya. Meskipun begitu, ia masih sering bertukar surat dengan Elisa. Dan beberapa kali, Elisa mengirimkannya hadiah. 

Elisa tak tahu pasti bagaimana keadaan Alymer. Ia telah lama tak berkunjung ke kota Alymer sejak  terakhir kali bertemu pada acara pernikahan cucu kaisar. 

Undangan pernikahan untuk Ladorah sendiri, hanya diwakili oleh Paman dan Bibi tertua Anastasia. Sehingga tak ada kesempatan sedikit pun bagi Anastasia untuk bertemu dengannya. 

Desas desus tentang perjodohan Alymer dengan beberapa putri kerajaan lainnya pun terus menyeruak. Meskipun ia mencoba sekeras apapun untuk tidak peduli, tetapi rumor itu sangat menganggunya. 

Putri-putri kerajaan yang dijodohkan pada Alymer adalah bangsawan yang bertingkat tinggi darinya. Bisa saja keluarga Alymer lebih menyetujui tentang hubungan itu dibandingkan dirinya. Seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, bahwa pernikahan hanya didasarkan pada kepentingan politik saja.

Terlebih Hawys beberapa kali yang berkunjung ke kastil Ladorah, sering membujuknya untuk menikah dengannya. Semua keluarganya juga mendukung hal itu. Namun ia masih tak goyah dengan harapannya. 

Tak lama itu, lamunannya terbuyarkan oleh suara pintu yang terbuka. Terlihat Irina muncul dari balik pintu itu. Anastasia segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Irina yang baru saja melangkah ke dalam ruangan. 

"Oh, ternyata itu kau. Apakah yang membawamu kemari?"

Irina terlihat sedang menahan sesuatu di bibirnya. Seperti anak kecil yang sedang diinterogasi.

"Em, Anastasia . . ."

Anastasia masih menunggunya menyelesaikan kalimatnya. 

"Sepertinya aku menyukai Tuan Hawys." Irina menutup wajahnya dengan telapak tangannya karena merasa malu. 

Meskipun itu membuat Anastasia terkejut, tetapi ia merasa sedikit lega mendengarnya. Anastasia segera menarik Irina untuk duduk di kursi yang berada di sisi kiri ruangan. 

Hal-hal mengejutkan terjadi belakangan ini. Tetapi tak ada yang lebih mengejutkan dari apa yang baru saja terdengar.

"Hei, itu tak masalah jika kau menyukai Tuan Hawys." Anastasia mencoba berbicara padanya untuk menghilangkan rasa malunya. 

Irina berhasil membuka wajahnya yang merona. 

"Aku hanya tidak ingin terjadi kesalahpahaman diantara kita. Tuan Hawys sangat menyukaimu, bagaimana bisa aku meraih hati Tuan Hawys?" tanyanya yang membuatnya sedikit berkaca-kaca. 

Selama ini Irina tak pernah berbicara apapun tentang perasaannya. Ia bahkan tak menunjukkan rasa cemburu di wajahnya. Berbeda dengan Afred yang selalu menunjukkan wajah kesalnya. 

"Hei Irina, dengarkan aku!" Anastasia menangkup wajah Irina dengan kedua telapak tangannya. 

"Aku tak pernah memiliki perasaan apapun terhadap Tuan Hawys. Aku hanya menganggapnya sebagai temanku. Jika kau menyukainya, maka berjuanglah. Kau tidak perlu merasa khawatir terhadapku."

Irina tersenyum. Setidaknya sesuatu di hatinya yang membuatnya resah, telah ia tarik keluar. Sekarang, ia hanya perlu memikirkan bagaimana cara merebut hati Hawys. 

Hawys sangat teguh dengan ucapannya, sehingga tak mudah untuk tergoyahkan oleh apapun. Tetapi mendengar ucapan Anastasia, semakin membuatnya bersemangat. 

'Sepertinya aku harus melakukan sesuatu,' batin Anastasia. 

*to be continue . . .

Hola! Mohon maaf yah guys belum bisa up full bab dulu dan masih pakai part 1 dan 2 gini hihi. Soon kalau udah gasibuk, author update seperti biasa. 

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komen yah. 

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang