ANDROMEDA : Part 18

11.7K 1K 54
                                    

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Meda tau Gerald adalah psikolog yang didatangkan Vivian untuknya. Saat itu dia lebih memilih pura-pura mempercayai mereka daripada banyak berpikir. Karena jujur, dia lelah saat itu.

Setelah dia menceritakan hal yang baru dialaminya, Gerald memberinya diagnosa awal. Karena ini baru terjadi sekali, sedangkan penderita baru bisa didiagnosa yang lebih spesifik saat sudah mengalaminya setidaknya beberapa bulan. Kenapa?

Karena tidak mudah bagi seseorang mendiagnosa yang hanya terjadi sekali. Apalagi mengenai psikologis.

Gerald juga menjelaskan beberapa pada Diva dan Gayuh. Seperti, mengusahakan Meda untuk menghindari pemicu trauma dan diagnosa barunya, kemungkinan sih haphephobia. Tapi, karena masih sangat dini, kemungkinan sembuh lebih cepat.

Meda menoleh melihat Diva, Gayuh dan Gerald datang padanya.

Mata Diva menyorotnya tajam.

Tatapan Gayuh seakan mengatakan 'kenapa gak cerita?'

Dan raut wajah Gerald yang seperti tidak punya dosa membuat Meda yakin, Gerald sudah menceritakan sedikit banyak tentang dirinya pada mereka. Tentu saja agar ada yang menjaga Meda saat ia, ataupun Vivi tidak ada didekatnya.

"Gerald, gue harap lo gak terlalu banyak membocorkan semuanya." Gumamnya.

"LO NYEMBUNYIIN HAL SEBESAR INI SENDIRIAN, BERTAHUN-TAHUN?.." mata tajam Diva bergetar hampir menumpahkan air matanya. "..LO ANGGEP KITA APA, DA?"

Tess..

Meda menunduk. Meremas jemari tangannya yang saling bertaut.

"Gue gak bisa cerita, gue gak sanggup Va." Suaranya bergetar, ia yakin mereka menyadarinya.

Gayuh meraih tubuh Meda dan membawanya dalam dekapannya. "Ssttt, gue gak suka lo nangis."

"Ishhh, jangan sentuh dia, Kak." Peringat Diva pada Gayuh dengan sorot tajam.

Diva mengalihkan pandangannya, ia terlalu sesak dengan kenyataan yang diderita Meda. Orang yang baru dikenalnya beberapa minggu yang lalu, tapi mampu membuatnya menyayanginya lebih dari sahabatnya yang lain. Melihat Meda yang kuat, tanpa terlihat menyimpan beban membuatnya kagum dan tanpa sadar berjanji menjadi orang pertama yang akan menemani gadis itu disituasi apapun. Tapi sekarang? Gadis itu, sahabatnya, dan kebenaran tentangnya, membuat dirinya merasa tak berguna.

Gerald terdiam.

"Saya peringatkan, usahakan jauhkan Meda dari sesuatu yang menjadi pemicu trauma dan phobia barunya."

Diva terdiam, memejamkan matanya mencerna informasi yang sulit diterima. Lalu selama ini, kepada siapa Meda mengadukan bebannya? Kemana pula dia menyembunyikan semuanya?

ANDROMEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang