____
Keringat dan air mata Meda menyatu. Pelipis dan dahinya basah mengeluarkan bulir-bulir air. Banyak anak rambut yang sudah basah karenanya.
"Jadi, apa yang kamu lakukan setelahnya, Meda?"
"Aku.. aku sering mengurung diri. Aku takut Mama khawatir, apalagi kepalaku sering sakit. Sangat sakit. Kejadian saat aku dipukul, dicambuk, dan dilecehkan terus berputar dikepalaku. Itu sangat menyiksa."
Sedikit banyak Gerald sudah tau inti dari cerita itu. "Kenapa kamu diam? Dia sudah tidak ada, kan? Dia sudah pergi jauh. Tidak ada yang memukulmu."
Meda menggeleng seru. "Tidak.. tidak.. dia ada, dia ada dimana-mana. Aku takut, aku takut.. takut sekali."
Ya, setiap saat bayangan dan ingatan tentang kejadian yang menimpanya berulang, dan terus berulang hingga menyakiti dirinya. Dia lelah mencari cara agar ingatan itu pergi.
"Lalu bagaimana hidupmu, Meda?"
Air mata Meda masih terus luruh. Gerald tidak boleh lengah, hingga menyentuh Meda dan membangunkannya sebelum semuanya usai.
"Hancur."
"SEMUANYA HANCURR!!"
"TIDAK AKAN ADA YANG MAU BERTEMAN DENGAN PEREMPUAN KOTOR SEPERTIKU!!.."
".. TIDAK ADA. Hikss.."
"Aku kehilangan masa depanku, aku terlalu malu jika ada yang mencintaiku. Aku yang kotor, tidak sepantasnya menerima cinta pria tulus. Hikss... Aku, aku malu."
Hening.
"Apa yang terjadi jika kamu bertemu dengannya lagi?" Tanya Gerald lagi.
Meda menggeleng-geleng seru, ia terlihat gelisah. Tubuhnya gemetar, dadanya kembali sesak.
"Jangan bilang siapa-siapa ya, dek. Atau nanti kamu kakak pukul."
"Jangan bilang siapa-siapa ya, dek. Atau nanti kamu kakak pukul."
"Jangan bilang siapa-siapa ya, dek. Atau nanti kamu kakak pukul."
Suara itu terus menggema, disertai seringaian sang sepupu yang semakin memberi efek menyeramkan.
"Huh, huh, huh.. JANGAN MENDEKAT!! AKU GAK MAU.. AKU SAKITTT!!..."
Meda terus bergerak gelisah.
"...AMPUUNNN!!"
Gerald berdiri dari duduknya.
"Meda, Meda, buka matamu. Bangunlah." Katanya membuat Meda keluar dari pikirannya.
Meda terbangun, mengusap dahinya yang terasa basah. Dia mengernyit bingung, apa yang terjadi? Seingatnya dia diajak bicara, dan bercerita kepada pria bernama Gerald itu. Dia juga tidak merasa percakapan itu tidak terlalu penting.
"Gue kenapa?" Tanyanya pada Gerald yang sudah duduk dikursi dekat ranjangnya.
Gerald menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDROMEDA
FantasyBagaimana bisa?? Dia seharusnya sudah mati Tapi Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk tau mengapa ia mati, dan apa alasan ia bisa mati. Lalu kenapa ia kembali? Lagi- lagi, ia terkejut dengan fakta bahwa Tuhan memberinya berkah dengan kesempatan k...