Hate love relationship. Sekali lagi warning untuk kalian yang bukan pecinta genre angst, tinggalkan lapak ini dan baca ceritaku lainnya. Yang memiliki tokoh wanita survive, kalian bisa baca Apology atau Jay I love you.
🥀🥀🥀
___Lalu, ketika senja nyaris tertelan air laut, dua orang yang berdiri di pinggiran pantai itu masih saling genggam, erat dan mengikat. Menikmati debaran jantung yang berisik, tak kalah berisik dari deburan ombak yang membasahi dua pasang kaki telanjang itu___
Tidak seperti yang tertulis dibagian akhir novelku. Pada kenyataannya, tak semua kisah bisa di paksa bersama pada ending ceritanya. Tapi, semisal tidak harus bersama, bukan berarti tak bahagiakan?
Tolong bilang, iya.
Aku sedang membutuhkan keyakinan atas apa yang kulalui sekarang. Mungkin pertanyaan 'mau sampai kapan bertahan?' adalah satu-satunya pertanyaan yang tak bisa kujawab sekarang.
Aku memberikan tanda silang di angka lima bulan Desember. Bulan ke sebelas di tanggal yang sama untuk pernikahanku dengan Mas Lucas.
Namanya Lucas Febian Permana. Laki-laki yang sebenarnya pernah sangat kukenal lewat imajinasi sebagai penulis. Lama ya? Sudah lama sekali memang aku mengenalnya. Sayangnya dia lupa.
Dia lupa jika seseorang pernah menitipkan ku padanya. Dia lupa jika aku selalu ingat ketika dia pernah berjanji menjagaku.
Dia yang lupa atau aku yang bodoh? Entahlah, kalian bebas menilainya nanti.
"Kamu dan mami adalah dua perempuan yang paling tidak ingin ku kecewakan, Rin. Kalau aku akhirnya harus menikah dengan Kirana, itu kulakukan karena kalian."
Rin, yang dimaksud Mas Lucas adalah Mbak Rindu. Mantan kekasih Mas Lucas sebelum aku datang dan mengacaukan semuanya.
Kalimat itu masih saja kusimpan rapi di kepalaku. Kalau-kalau nanti bisa kugunakan sebagai pengingat jika pernikahan diantara aku dan Mas Lucas hanya berdasarkan paksaan dua perempuan yang Mas Lucas cintai.
Kalimat yang harusnya cukup membuatku tahu diri, jika sedari awal perjalanan rumah tangga kami hanya akan menuju pada perpisahan.
Tiga belas bulan lagi, setidaknya kami pernah membuat kesepakatan jika penikahan kami hanya akan bertahan dua tahun. Selain kesepakatan itu, kami memiliki batasan lain, tidur terpisah dan tidak ikut campur urusan masing-masing.
Tentang pernikahan kami, memang hanya diketahui keluarga besar Mas Lucas dan Bude dan Pak De'ku yang waktu itu datang sebagai saksi dari keluargaku. Sejujurnya, acara cukup besar waktu itu. Tapi sejak kepergian orang tuaku maka keluargaku yang terlibat hanya dua orang. Sejurus, dengan itu, aku juga menutup rapat-rapat statusku di depan umum.
Miris, ya? aku malah terkadang merasa seperti tokoh dalam novel yang menjalani pernikahan kontrak karena perjodohan. Sebab, nyaris setahun bersama, kami jarang berkomunikasi layaknya suami istri lain. Profesi Mas Lucas sebagai Pilot membuat jadwal liburnya tak pasti kecuali dia mendapat libur lebih lama, dia baru akan pulang.
Jadi jika intensitas pertemuan kami saja jarang, bagaimana bisa aku membuatnya jatuh cinta di sisa waktu yang kupunya?
"Na, jadi kapan kamu siap buat nulis sekuel ceritamu. Aku beneran udah capek cari alasan ke penerbit. Tahu sendiri Mas Rudi udah kasih kamu kelonggaran waktu."
Mbak Dinar, suaranya di seberang sana seperti menyeret ku dalam kesadaran. Andai Mbak Dinar tahu kalau aku sudah coba menulis lagi sejak tiga bulan terakhir. Tapi selalu merasa stuck dengan ide yang sudah rapi kubuat outline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go [selesai]
General FictionNote: Beberapa part sudah diunpublish. TRIGGER STORIES!! "Tidak apa-apa, kamu baik-baik saja." Kalimat itu seperti nyanyian merdu tiap kali dunia menjatuhkan Kirana pada rasa kehilangan. Umurnya masih lima tahun waktu itu. Gadis kecil dengan bando m...