Just Go|39

10.2K 1.7K 457
                                    

Happy reading, Love.

Just Go - iKON
💔
💔











"Mas, aku nggak mau di rumah Mami."

"Kenapa sih, Na? Apa ada perlakuan Mami yang salah ke kamu?"

Aku menggeleng cepat, sebab bukan Mami yang salah tapi aku yang kurang pandai menyesuaikan diri.

"Aku canggung sama Mami dan Papi. Serba nggak enak gitu, Mas. Aku pernah nolak keinginan Mami buat bantu Mbak Rindu di sanggar, sama Mbak Hani pun aku bantu di restonya cuma sebentar. Nanti aku bakalan enggak kuliah, Mas. Masa aku di rumah nggak ngapa-ngapain."

Mas Lucas berhenti memberikan pijatan ringan di kakiku. Kami sudah pulang dari rumah sakit pagi tadi, itu juga tadinya supir Mami yang mau jemput dan langsung di bawa ke sana. Tapi Mas Lucas memberikan alasan untuk kami mengambil baju dan peralatan lain lebih dulu dan nganterin aku nanti sekalian dia berangkat kerja lagi.

“Ya memang mau ngapain? Kamu bisa ngelakuin hal lain sama Mami kan?"

Itu dia masalahnya, Mami lebih sering di rumah sekarang. Percaya atau engga aku setakut itu buat buka obrolan apa lagi kalau ada Papi.

"Na?" Panggilnya lagi.

Mas Lucas kembali memijat kakiku, kini naik hingga betis dengan posisi kakiku berada di pangkuannya, sementara tubuhku bersandar di sandaran sofa.

"Mas, Kirana mohon. Janji deh lebih hati -hati lagi nanti. Bakalan banyak makan dan nggak capek-capek lagi."

"Nanti kalau lahiran dan nggak ada orang yang tahu gimana?" tanya Mas Lucas kemudian.

"Kan bulan depan Mbak Tati balik. Mas Lucas please, kali ini aja aku minta sesuatu."

Mendengarkan terus memohon, akhirnya Mas Lucas mengangguk meski samar. Jujur itu membuatku lega karena setidaknya Mas Lucas akan mengupayakan ini untukku. Jujur saja rasa canggungku lebih pada karena selama ini aku ngerasa kalau aku nggak cukup bisa diandalkan di sana.

Dulu aku di sana dalam kondisi trauma, aku bahkan jarang keluar kalau semisal nggak diajak Mbak Hani atau Mami. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di kamar kalau Shasa nggak ada, sedangkan sekarang Shasa juga sudah mulai sekolah atau kadang dia menginap di rumah Mbak Rindu.

Segala pekerjaan rumah sudah dikerjakan oleh asisten rumah tangga, di sana dua orang menginap hingga aku benar-benar nggak punya kerjaan untuk sekedar mengurangi canggung karena menumpang.

"Ya udah, nggak usah dibahas. Nanti Mas ngomong sama Mami," putus Mas Lucas, "Kamu mau makan apa hari ini? nggak ngindam apa gitu ya, Na?"

Aku berpikir sebentar, selama ini memang aku jarang banget pengin sesuatu yang sampai terbayang. Tapi karena Mas Lucas terus nanya hal yang sama kalau pulang, mungkin sekarang saatnya aku harus membayangkan sesuatu yang enak dimakan kita berdua.

"Pengin makan makanan favoritnya Mas Bagas boleh nggak?"

Mas Lucas mengernyit seraya memandangku, "Soto batok?"

"Hah? Kok Mas tahu?"

"Dulu dia suka banget ngajakin ke sana. Jajanin teman-teman nyaris tiap Minggu. Dia rela nungguin Jasmine selesai jaga toko biar kita semua bisa makan bareng."

Aku tersenyum. Mas Bagas memang sebaik itu pada semua orang. Jika dia sebaik itu, apa lagi ke adik satu-satunya ini?

Makanya kehilangan Mas Bagas, aku seperti kehilangan setengah dari duniaku.

"Kalau dia masih ada, mas pengin gantian jajanin dia soto batok sampai dia kekenyangan," lanjut Mas Lucas lirih. "Jangan nangis, maaf bikin kamu jadi ingat Bagas lagi."

Just Go [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang