Just Go| 41

8.6K 1.6K 272
                                    

Nunggu update Just Go?
Maaf ya baru bisa penuhin sekarang.

Happy reading love!







Kami kembali menjadi sepasang yang asing setelah kejadian hari itu. Komunikasi kami kembali buruk atau lebih tepatnya aku yang menghindar dari Mas Lucas dan tak selalu menjawab pesannya.

Kupikir setidaknya dia tak perlu mengkhawatirkanku karena kini aku sudah berada di tengah keluarganya.
Kami berdebat cukup sengit setelah itu. Aku bersikukuh untuk tinggal di rumah Mami, sementara Mas Lucas mengatakan itu tidak perlu kalau memang aku kurang nyaman.

Ucapan Mas Lucas tempo hari terus terang sangat membekas. Bagaimana setelah yang terjadi selama ini, kehadiran anakku pun hanya alat untuk memenuhi kebahagiaan Mami. Sadar dengan itu, kini bukan hanya aku saja yang menyedihkan, tapi juga anak yang kukandung.

Meski Mas Lucas berkali-kali bilang kalau itu hanya alasan untuk membuat Mami tak memaksaku tinggal di rumah ini, egoku tetap meyakini jika perubahan baik Mas Lucas belakangan ini memang tak mungkin tanpa dasar.

Sekarang meski hubungan kami terasa renggang, aku mencoba membangun hubungan lebih baik dengan keluarga Mas Lucas. Bagaimana pun juga, ada sisa-sisa rasa hormat dan terima kasih yang tak bisa kukesampingkan dibanding egoku.

Mami memiliki jam teratur untukku, seperti jam minum susu, makan dengan makanan pilihan, jamu tradisional dan mengajakku jalan di sekitaran komplek di pagi hari. Biasanya saat jalan-jalan begini Shasa juga selalu ikut terutama di hari libur. Yang kusyukuri setidaknya kehadiran Shasa lumayan bisa menjadi penghibur kecanggunganku di sini.

“Mama, adik bayi di perut Mama laki-laki atau perempuan?"

"Shasa maunya apa?" tanyaku balik. Kami sedang menikmati semangkuk bubur ayam di dekat taman komplek, keadaan juga cukup ramai karena ini hari Sabtu.

"Perempuan, soalnya adik Shasa di perut Ibuk laki-laki," ujar Shasa semangat.

"Kalau gitu gimana kalau adik bayinya Shasa yang ini laki-laki juga, kan jadinya Shasa berdua perempuan sama Saqira, adik di perut Ibuk laki-laki sama adik di perut Mama."

Shasa lantas mendongak ke arahku, "jadi mainannya nanti bisa sharing dua, ya, Ma? Kalau mainan Shasa masih bagus sharing sama dek Saqira."

Aku ngangguk sembari mengelus kepala Shasa.

"Memang sudah USG, Na?" Tanya Mami ikut menimpali obrolan kami, lantas kujawab dengan anggukan. "Udah Mi, kalau sesuai prediksi laki-laki."

"Alhamdulillah, Mami nggak masalah laki-laki atau perempuan. Yang penting kalian sehat. Bundamu pasti senang kalau tahu anak perempuannya berjodoh dengan anak Mami. Sekarang ada generasi kita Oma-Omanya sebagai tanda kami pernah sangat dekat juga dulu. Bundamu dulu selalu khawatir tiap cerita, takut kamu jatuh cinta sama orang yang salah."

Aku bingung mau jawab apa. Hingga yang kulakukan hanya tersenyum sembari mengangguk.

"Kamu mungkin lupa kalau dulu Mami sering ke rumah. Kamu di dalam kamar terus sih, coba kalau keluar pasti ketemu Lucas."

"Dulu Kirana malu Mi kalau ada teman bunda. Suka bingung juga kalau ditanya sesuatu," jawabku sekenanya.

"Tapi Lucas itu baik kan, Na? Dia belum pernah pacaran sebelum menikah sama kamu. Satu-satunya perempuan yang dekat ya cuma kami keluarganya. Papinya dari dulu selalu mengajari dia sopan sama perempuan, makanya punya saudara perempuan juga dia jarang berantem. Hampir nggak pernah."

"Baik, Mi," balasku lagi.

"Dia hampir nggak pernah jawab setiap kali Hani atau Mami menasehatinya. Dari kecil, jadi Mami harap dia juga begitu sama kamu. Tapi ya kadang sikapnya suka bikin salah paham, dia itu perhatian sama semua orang, kadang perempuan pun mikirnya Lucas baik ada maksudnya. Padahal Mami tahu Lucas itu susah cocok sama orang lain," sambung Mami.

Just Go [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang