Just Go|28

10.3K 1.1K 91
                                    

"Mami senang dengar kamu hamil,"  ucap Mami setelah aku menyambut beliau dengan ciuman di punggung tangan. Beliau datang bersama Mbak Tati jam enam pagi, aku sendiri bahkan belum mandi dan membersihkan rumah. Nggak nyangka Mami akan datang sepagi ini, bukannya kurang suka, aku senang dikunjungi hanya saja dari kemarin aku sama sekali belum membersihkan rumah karena badanku benar-benar seperti tak bertenaga. Malu banget pas Mami datang rumah berantakan begini.

"Makasih, Mi. Maaf ya rumahnya berantakan. Kirana belum sempat beres-beres." Aku berkata sungkan, takut kalau Mami anggap aku pemalas. Beliau jarang sekali datang ke rumah, waktu di sana pun dulu aku lebih banyak di kamar atau main sama Shasa.

Gimana ya, berkumpul dengan orang baru itu nggak mudah. Apa lagi aku di sana menumpang, kadang mau bergerak juga sungkan. Dulu yang kutahu Mbak Rindu juga sama sepertiku, menumpang di rumah Mas Lucas selama hamil. Tapi sekarang dia terlihat sama sekali nggak canggung, bahkan hubungannya dengan Mami seperti Ibu sendiri. Beda banget sama aku, kadang mau ngobrol juga nggak tahu mau tanya apa. Jadilah kalau kumpul, aku lebih banyak diam dan menjawab jika di tanya.

"Nggak apa-apa, kadang kalau hamil emang bawaannya pengin tiduran aja. Tapi jangan sering-sering dipakai tiduran ya. Nggak sehat."

Aku mengangguk canggung, kemudian mempersilahkan Mami untuk masuk ke dalam rumah bersama Mbak Tati. "Nana buatin minum dulu, Mi. Mami mau apa?"

 "Nggak usah repot, Na. Mami bawa jus buah tadi  bikinan Hani." Mami menunjuk tempat minum yang beliau bawa. Kemudian Mbak Tati masuk ke dalam dapur  setelah Mami minta tolong bawa bawaannya ke dalam. "Jadi sudah berapa minggu? rewel nggak hamilnya?"

Aku nggak tahu mau jawab apa karena mau jujur kalau belakangan ini berat, malu sama Mami. Hamil kan bukan memang berat begini ya?

"Empat Minggu, Mi dan dia anteng," jawabku sedikit berbohong, "Kadang aja mual."

Senyum mami seketika terbit kemudian mengangguk. Beliau mnyuruhku mendekat dengan cara menepuk sofa kosong di sampingnya. Yang bikin aku kaget, saat sudah duduk di samping mami, Beliau mengusap lenganku kemudian bertanya, "Kamu gimana baik-baik saja kan?"

Aku mengangguk pelan, berusaha tersenyum untuk membuat Mami tenang, "Kirana baik-baik aja kok, Mi."

"Lucas nggak memperlakukanmu dengan baik kan?"

Aku mengangguk, kali ini sedikit lebih pelan karena Mami menatapku sangat dalam. Entah Beliau bisa membaca perasaanku, atau karena masalah sewaktu Shasa ulang tahun itu.

"Mami sempat kecewa karena nyaris dua tahun menikah, yang mami dengar justru kalian tidur terpisah. Nak, kalau kamu nggak bahagia sama Lucas dan memaksa bertahan, Lucas yang berdosa. Dia tidak bisa membahagiakan istri, itu berarti kesalahan Mami. Mami kurang bisa mengajari Lucas memperlakukan orang lain dengan baik, apa lagi istrinya."

"Maaf udah bikin mami kecewa, kami nggak bermaksud ngecewain Mami. Mas Lucas mau kita pisah kamar supaya menjaga Nana biar nggak hamil dulu, Mi. Nana kan masih kuliah."

"Terus sekarang gimana?"

"Iya jalanin aja, Mi. Nana bisa kok kuliah meski lagi hamil. Mungkin nanti kalau udah terlalu besar dan engga sanggup bawa dedeknya, Kirana akan ambil cuti."

Senyum Mami seketika merekah, tangannya kemudian mengusap pipiku. "Bagus kalau kamu udah punya rencana. Yang paling penting kamu dan cucu Mami sehat sampai nanti. Mbak Tati di sini biar bantu kamu, ya?"

"Kirana bisa sendiri, Mi." Aku menolak sopan. "Maksud Nana kan di sana Mbak Tati bantuin rumah dan jaga Shasa juga."

"Jangan khawatir, Shasa sekarang lebih sering di rumah Rindu. Kalau toh pun di rumah, dia juga udah mandiri dan ada Hani yang jaga Shasa.

Just Go [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang