Hallo, untuk kamu yang baru mampir ke akun ini dan menjadikan just go menjadi cerita pertama yang dibaca sehingga bingung dengan tokoh-tokoh yang sudah terbentuk, sebenarnya cerita ini merupakan spin off cerita berjudul Apology. Ceritanya bisa kalian cek di profilku, karena di sana kalian akan kenal dengan masalalu Mas Lucas. Silahkan dibaca sembari nungguin updatean selanjutnya.
Happy reading, Love.
Noted; alur timeline lebih cepat.
Banyak hal yang berubah belakangan ini. Perihal sikap Mas Lucas, komunikasi kami dan perubahan pada tubuhku yang rasanya kian berat. Aku tidak tahu gimana hubungan Mas Lucas dengan Karin di kerjaan, selama komunikasi kami baik aku percaya Mas Lucas juga menjaga kepercayaanku.
Hubunganku dengan Dhito awalnya sedikit renggang. Dhito seperti menghindar dan aku juga tak ingin membuatnya mengerti secepat itu. Hanya saja karena kami sering menjadi satu kelompok tugas, kerenggangan itu sudah mencair dan kami berteman seperti biasa. Terus terang hatiku perlahan lebih tenang, satu persatu kerjaan mulai kuselesaikan dengan baik termasuk mengirim naskah untuk novel yang akan di terbitkan bulan depan.
Kini kandunganku sudah memasuki usia lima bulan, semakin hari tugas kuliahku makin banyak belum lagi aku juga sudah mulai kerja praktek. Bersyukurnya Mbak Dania membantuku mencari tempat praktek di sebuah kantor media cetak. Di sini aku jadi belajar tentang orang-orang hebat di balik terbitnya buku dan surat kabar.
Di sini aku nggak sendiri, aku dan Sabrina menjadi satu tempat praktek hingga memudahkanku beradaptasi dengan lingkungan kantor. Setiap hari aku nyaris diantar jemput Sabrina, atau beberapa kali dia akan menginap di rumah menemaniku. Sekarang aku perlahan percaya jika kita tak pernah benar-benar sendirian. Meski aku tak lagi punya siapa pun sebagai saudara kandung, aku masih memiliki Sabrina sebagai teman mau pun saudara.
"Na, sebelum balik nanti mampir ke warung Mbak Siti, yuk!"
"Pengin soto?"
"Ho'oh. Kamu yang hamil kenapa aku yang ngidam mulu, ya?"
Aku mengulas senyum tipis. Sabrina itu meski badannya kurus, dia doyan makan sama ngemil. Nggak sekali dua kali tiap tengah malam dia kebangun cuma buat makan. Aku seneng sih, soalnya jadi temanku makan selama Mbak Tati pulang kampung.
"Hari ini suamimu pulang, ya? Aku berarti anter aja ya, nggak ikut nginep?"
Ah iya, kemarin Mas Lucas bilang kalau besok mulai libur. Kami berencana cek up sembari konsultasi tentang jam tidurku yang berantakan. Semakin perutku besar, aku semakin susah buat tidur. Nggak tahu apa yang bikin aku begitu susah buat memejamkan mata, tapi kalau belum nyaris subuh, aku belum menemukan rasa ngantuk. Masalahnya paginya aku harus ke kantor dan itu lumayan menganggu waktu kerjaku.
"Mas Lucas belum ngabarin lagi. Harusnya sih dia pulang sore ini kalau nggak besok."
"Coba tanya dulu, kalau misal belum pulang, aku yang nginep di rumah."
Aku mengambil ponsel di dalam tas. Bermaksud mengirimi Mas Lucas pesan buat tanya apa dia jadi pulang. Tapi begitu layar terbuka, justru notifikasi dari Mas Lucas yang pertama kudapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go [selesai]
General FictionNote: Beberapa part sudah diunpublish. TRIGGER STORIES!! "Tidak apa-apa, kamu baik-baik saja." Kalimat itu seperti nyanyian merdu tiap kali dunia menjatuhkan Kirana pada rasa kehilangan. Umurnya masih lima tahun waktu itu. Gadis kecil dengan bando m...