Gaiiissssss, part ini jadi part terakhir sebelum aku rest sampai lebaran ya. Happy reading and see you, Love.
Kasih emoticon Love di sini boleh?❤️❤️
"Safebeltnya." Aku mengerjab kaget saat Mas Lucas tahu-tahu mengikis jarak di antara kami dan menarik safebeltku dengan tenang. Begitu selesai, dia tetap memasang wajah tenang dan gilirannya memakai sefebeltnya sendiri.
Masalahnya dari tadi aku cuma diam menahan kesal untuk sesuatu yang kurasa nggak nyaman sejak di rumah sakit tadi.
"Marah ya marah, tapi inget keselamatan diri sendiri," sindirnya kemudian memutar perseneling untuk meninggalkan area kedai.
"Resiko punya suami ganteng," gunggamku tanpa sadar.
Mendengar dengusannya lantas membuatku refleks menoleh ke arah Mas Lucas. "Ya mau gimana? Yang penting suami gantengnya udah punya istri."
Aku mengernyit tak percaya dengar ucapanya barusan, "Kalau Mas sih nggak masalah. Susah memang jadi perempuan. Udah suka duluan, mau cemburu ngerasa nggak berhak."
"Berhak kalau kamu mau. Nyatanya tadi juga malah__"
Suara Mas Lucas menggantung karena bunyi ponsel yang dia letakan di dash board. Dengan sebelah tangan kirinya, dia bergerak mengambil ponsel itu dan memasang spicker yang otomatis bisa kudengar.
"Mas di mana?" Terdengar suara perempuan. Awalnya aku sempat mikir dia siapa, tapi kemudian nada bicaranya sangat ku kenal begitu dia berbicara lagi.
"Mas, yang tadi itu apa? Kirana hamil?"
Aku nggak tahu gimana reaksi Mas Lucas dengar pertanyaan itu, karena aku memilih mengalihkan pandangan ke trotoar sepanjang jalan pulang.
"Iya, kenapa emangnya?"
"Nggak sih, cuma kaget aja. Itu anak kamu bukan?"
Mendengar pertanyaan yang terlontar, aku kembali menoleh ke Mas Lucas. Ternyata begitu aku noleh, dia juga tengah melirikku.
"Aku suaminya, ngapain nanya begitu?" sahut Mas Lucas dengan nada yang terdengar masih tenang.
"Kan bisa aja sama temen kampusnya. Mas tahu kan pergaulan anak kuliahan jaman sekarang gimana?"
Kalau ditanya arah jarum kemarahanku, kini sudah melesat ke angka 12. Bagaimana mungkin Karin menanyakan hal seperti itu ke Mas Lucas?
"Aku nggak tahu pergaulan mereka gimana, tapi yang jelas Kirana nggak begitu. Kamu telepon cuma mau nanya begini?"
Aku kembali mengalihkan pandang, kini sengaja membuat badanku miring, membelakangi Mas Lucas.
Di dalam sana hatiku rasanya sulit dijabarkan. Ada perasaan marah, sedih dan entah apa lagi yang jelas nggak enak banget."Aku lagi di jalan. Kalau nggak ada yang penting matiin aja."
"Mama undang kamu ke rumah nanti malam. Papa ulang tahun."
"Aku nggak bisa," Suara Mas Lucas kembali terdengar. "Aku ada makan malam di rumah Rindu."
"Masih perempuan itu." Tawa Karin terdengar nyaring. Entah apa yang dia anggap lucu, tapi rasanya itu membuatku kian bertalu. "Ternyata bisa kamu hamilin perempuan lain tapi prioritas kamu tetap Rindu. Sama-sama begitu kenapa nggak aku aja yang dari awal jadi istri kamu Mas?"
Jarum kemarahanku tak lagi bisa bertambah, sebab arahnya sudah menuju paling ujung. Bertambah, kian parah dan itu membuat air mataku tiba-tiba jatuh tanpa bisa kucegah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go [selesai]
General FictionNote: Beberapa part sudah diunpublish. TRIGGER STORIES!! "Tidak apa-apa, kamu baik-baik saja." Kalimat itu seperti nyanyian merdu tiap kali dunia menjatuhkan Kirana pada rasa kehilangan. Umurnya masih lima tahun waktu itu. Gadis kecil dengan bando m...