Just Go|38

8.9K 1.3K 50
                                    

Happy reading!


Aku nggak langsung membuka mata saat perlahan kesadaranku kembali. Lebih dulu aku mengingat apa yang terjadi karena kepalaku masih terlalu berat untuk kubuka dan mengetahui sekarang aku di mana.

Nggak ada yang berhasil kuingat selain ketika aku terjatuh di kamar mandi sore tadi setelah nggak bisa menahan rasa pusing bercampur lemas. Kemudian begitu sadar tentang kondisi kandungan, aku lantas membuka mata, bergerak menyentuh perutku.

"Kirana?"

Suara Mas Lucas terdengar dekat dengan telingaku. Kemudian disusul suara riuh saat Mas Lucas menelepon suster jaga untuk memberitahu kalau aku sudah siuman.

"Mas, anak kita gimana?" Mataku kembali terpejam untuk mengurangi rasa pusing di kepala, "Dia nggak apa-apa kan Mas?"

"Dia nggak apa-apa. Tapi biar dokter yang periksa lagi ya," ujar Mas Lucas.

Napasku rasanya langsung terhembus lega mendengar ini. Aku juga nggak tahu kenapa tiba-tiba aku lemas dan pusing, karena sebelum itu terjadi, paginya aku cek up dan semua baik-baik saja.

Ketika suara pintu ruang inap terbuka, perlahan aku membuka mata. Seorang dokter datang dengan di dampingi dua perawat lain, "Bunda Kirana, apa yang dirasa? Masih pusing?"

Aku mengangguk pelan. "Hemoglobin ya rendah sekali untuk Ibu hamil, agak bahaya, ya, kalau menjelang lahiran nggak juga bertambah. Kita bisa lakukan transfusi tapi mengingat kondisi sedang hamil, tentu semua harus benar-benar dicek. Ada yang dirasain selain pusing?"

Aku sendiri juga nggak bisa mendeteksi kondisi tubuhku. Semenjak hamil rasanya terlalu campur aduk. "Cuma pusing dan kadang lemas, Dok. Tapi beberapa kali dada saya kerasa panas."

"Sakitnya dari ulu hati?"

Aku mengangguk.

"Biasanya karena asam lambung naik. Jadi makannya harus diperhatikan. Bunda tahu, kalau anemia itu cukup bahaya, apa lagi tekanan darahnya juga rendah. Kalau kondisi tubuh lagi kurang fit, tidur kurang, dan kelelahan, akhirnya akan seperti ini. Untung saja suaminya pas siaga, jadi cepat dapat pertolongan."

Aku membalas genggaman tangan Mas Lucas sebagai pertanda ucapan terima kasih. "Tadi saya sempat flek, dok. Apa ini normal di usia kehamilan saya?"

"Tentu juga beresiko, itu karena kelelahan dan aktifitas berat. Kondisi ibu hamil kan beda-beda, Bunda. Ada yang masih bisa digunakan untuk aktivitas seperti biasa, ada juga yang tidak. Jadi, saya sarankan untuk beberapa hari ke depan dirawat inap dulu, ya. Kita pastikan tidak ada flek lagi sembari juga memantau hemoglobin dan tekanan darahnya."

Aku mengangguk, kemudian setelah menyelesaikan pemeriksaan mereka keluar dan kini hanya menyisakan aku dengan Mas Lucas.

Mas Lucas nggak ngomong apa-apa sedari tadi. Dia banyak diam, tapi tangannya juga nggak pernah lepas dari genggamanku.

"Mas, maafin aku ya, aku nggak bisa jaga diri. Mas libur harusnya di rumah tapi sekarang malah mesti di rumah sakit."

Mas Lucas menggeser duduknya, mendekat pada brankar dan mengusap punggung tanganku dengan jarinya. "Yang penting kalian nggak apa-apa, maaf juga kalau Mas nggak bisa selalu ada di saat kalian membutuhkan, Mas."

Melihat raut wajah Mas Lucas yang nampak berbeda, aku kemudian memejamkan mata. Dalam hati meyakinkan diri jika ini yang terbaik.

"Kirana akan coba ajukan cuti ke kampus. Nggak yakin ini akan mudah karena udah semester akhir. Tapi, aku janji akan berusaha, biar kejadian seperti ini nggak terulang lagi."

Just Go [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang