Just Go|10

11.3K 1K 75
                                    

Malam Minggu kalian ngapain?
Happy satnight ya, love.

Happy reading


Berhenti sampai di sana, saat Mas Lucas erat menggenggam tanganku sepanjang jalan? Tentu tidak, dia seperti sengaja membuat pelan laju motor untuk sampai di rumah. Aku pengin tanya kenapa mengambil jalur yang berbeda dan lebih jauh? tapi bibirku rasanya malah kian terkunci.

Mas Lucas dengan sengaja membunyikan klakson pada siapa pun tetangga yang kami lewati. Sejalan dengan itu, saat aku berusaha menarik tangan dari genggamannya, dia justru kian menariknya erat.
"Jarimu kenapa kecil?"

Aduh, apa-apaan ini?

Perutku rasanya kian berantakan, geli bercampur degupan tak karuhan.

"Panas ya, tanganmu berkeringat?"

Sial, ini kan karena ulahnya.

"I..iya," jawabku berbohong, "Mas bisa lajunya lebih cepat sedikit nggak?"

Dia mengangguk, tapi lajunya hanya bertambah sedikit dan tangannya tak melepas gengaman juga.
"Mas nanti jatuh," ucapku memperingatkannya. Sayangnya dia seperti tak terpengaruh, malah menjawab dengan jawaban menyebalkan.
"Bilang aja kamu deg-degan, Mas juga sih."

Aku menghela pasrah, membiarkan Mas Lucas melajukan motor semaunya. Tentunya aku juga merasa aneh dengan sikapnya, meski dia sudah mengatakan akan memperbaiki semuanya tapi ini terlalu mendadak. Aku bahkan tidak diberikan kesempatan untuk mengenali degupan hatiku secara pelan-pelan.

Sesampainya di rumah, aku lebih dulu membasuh kaki dan ke dapur mengambil air mineral untuk kami.
Dia menusukku dengan wajah basah, sepertinya habis membasuhnya di teras depan juga.

"Mas kapan mulai masuk kerja?"

Dia menerima gelas sodoranku, kemudian meneguknya hingga habis.
"Besok lusa, kenapa?"

Dengan cepat aku menggelengkan kepala. Sebenarnya cuma ingin tahu saja. "Malam ini gimana kalau kita makan di luar?"

Aku berpikir sejenak, sejujurnya malam ini banyak yang ingin kukerjakan, tapi menolak ide Mas Lucas juga sepertinya bukan hal yang bagus.

"Ke mana?"

"Maunya ke mana? Biar Mas tahu kamu suka makan apa?"

Aku bingung mau berpegangan apa, tapi serangan Mas Lucas benar-benar membuatku kian kualahan.
"Aku nggak punya selera bagus soal makanan, Mas. Jadi Mas aja yang tentukan mau makan apa."

Dia seperti tengah berpikir, kemudian  jarinya menjentik mengusulkan ide.
"Bukit Heha aja. Lama nggak ke sana, view nya bagus juga kalau malam."

"Bukannya jauh, ya?" Setahuku memang tempatnya jauh dari rumah, bisa sampai hampir satu jam, itupun kalau tidak macet.

"Ini bukan weekend jadi jalanan pasti sepi."

Aku mengangguk saja menerima idenya.

***

Kami berangkat selepas salat magrib. Jalanan lumayan lengang dan sesampainya di sana juga tak terlalu ramai. Bagian food court ada di atas, kami harus menaiki tangga lumayan berliku tapi seimbang dengan pemandangannya. Bukan lagi, ini terlalu bagus malah.

Sepanjang naik, Mas Lucas mengenggam tanganku. Dia menunjuk bagian bawah beberapa kali tiap kali menemui pemandangan bagus.

Sebelum makan, kami berhenti pada satu spot foto. Ada balon besar yang menaungi bagian itu dan kami sempat foto bersama. Kecanggungan mulai mengendur digantikan dengan obrolan kami yang rasanya kian nyambung.

Just Go [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang