Hallo, happy satnight
Pagi harinya aku bersama Mas Lucas mengunjungi rumah Mami. Tidak terlalu ramai seperti biasa karena ternyata kali ini perayaannya hanya keluarga Mami saja.
Mbak Hani yang mempersiapkan semuanya, termasuk makanan yang dia masak sendirian.
Baru sampai teras, Shasa sudah bergegas berlari dari dalam. Bibirnya tersungging lebar begitu aku dan Mas Lucas keluar dari mobil dan membawa dua hadiah.
"Mama... papa" suaranya melengking nyaring. Kemudian menghambur dalam pelukanku.
"Jangan lari-lari, Sha." Tegur Mas Lucas seraya berjalan ke arah kami.
"Shasa kangen sama Mama Nana." Adunya masih dalam kondisi memeluk tubuhku. Sementara aku langsung tersenyum dan mengusap kepalanya di depan perutku.
"Nggak kangen Papa?"
Dia tertawa, kemudian mengangguk. "Kangen juga. Papa libur ya?"
Sedetik setelahnya Shasa sudah melepaskan pelukanku. Dia menyambut uluran tangan Mas Lucas dan menciumnya.
"Libur dong, kan anaknya Papa ulang tahun."Aku diam melihat interaksi mereka. Dari aku mengenal keluarga ini, hubungan Shasa memang dekat sekali dengan Mas Lucas, terkadang aku melihat jika Shasa jauh lebih dekat dengan Mas Lucas dari pada Ayah kandungnya.
"Tapi Papa Tama engga libur."Sekarang Posisi Mas Lucas sudah jongkok, menyamakan tinggi dengan Shasa.
"Iya kan habis libur." Hibur Mas Lucas. "Oh, Iya. Mama Nana bawa kado itu, Sha."Mendengar namaku di sebut, aku sontak mengangkat goodie bag yang kubawa. Kami sempat mampir ke salah satu kids shop untuk membeli kado Shasa.
"Itu buat Shasa, ma?"
Aku mengangguk dan memberikan bawaanku pada Shasa. Dia sontak memekik girang dan kembali memelukku setelah mengucapkan terima kasih.Ini yang kusuka dari keluarga Mas Lucas, mereka memiliki lingkungan yang baik dan mengutamakan nilai sopan.
"Shasa ke dalem dulu sama Papa, ya. Mama mau ambil makanan di dalam mobil." Namun belum sempat Shasa melepas pelukannya padaku, Mas Lucas kembali berbicara.
"Biar aku yang ambil, kamu masuk aja sama Shasa." Aku mengangguk saja, nggak mau membantah ucapan Mas Lucas dan langsung mengandeng Shasa ke dalam. Sebenarnya aku tak membawa banyak oleh-oleh, tadi hanya mampir ke pasar tradisional buat cari jajanan pasar karena berpikir jika makanan berat dan cake ulang tahun sudah pasti disiapkan.
"Assalamualaikum." Salamku begitu masuk ruang tengah. Tapi karena sepi dan kata Shasa Mbak Hani dan Mami sedang di dapur memasak, akhirnya aku langsung berjalan ke arah dapur.
"Wa'alaikumsalam, hallo Na. Sini ke dalem. Pasti bawa banyak hadiah ini buat Shasa." Sapa Mbak Hani ketika aku sudah sampai dapur. Aku lebih dulu menghampiri Mami yang sedang ikut sibuk di meja makan, memotong sayur dan buah-buahan.
"Bunda, lihat ini. Shasa dapet kadonya dua." Shasa mengangkat tangannya yang membawa satu goodie bag, sementara satunya aku bawa.
"Udah bilang makasih ke Mama Nana?" tanya Mbak Hani.
"Sudah," Jawab Shasa dengan wajah yang kian cerah.
"Kamu gimana kabarnya, Na?" tanya Mami begitu aku mencium punggung tangan beliau. Kemudian ketika kami saling mengecup pipi, aku merasakan usapan di punggungku.
"Kok kayaknya kurusan."
Aku mengulas senyum tipis sembari menggeleng, "Berat badan masih sama aja, kok, mi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go [selesai]
General FictionNote: Beberapa part sudah diunpublish. TRIGGER STORIES!! "Tidak apa-apa, kamu baik-baik saja." Kalimat itu seperti nyanyian merdu tiap kali dunia menjatuhkan Kirana pada rasa kehilangan. Umurnya masih lima tahun waktu itu. Gadis kecil dengan bando m...