Just Go| 24

9.8K 1K 89
                                    

Guys, tolong jangan skip Author note ini dulu, barang kali kamu juga mengeluhkan hal yang sama tentang cerita ini dan tentang aku.

Sebelumnya ijinkan aku buat minta maaf kalau kalian merasa cerita ini perpart terlalu pendek terutama part 23. Udah nunggu lama dan kalian cuma bisa baca segulir habis. Aku nggak akan melakukan pembelaan apa pun kalau kalian merasa mengeluhkan itu. Beberapa dari kalian yang follow Instagramku dan beli Jay ILove you versi novel pasti tahu kalau berbarengan nulis ini aku juga nulis secret part Jay ILove you. Jujur, aku kemarin lebih prioritaskan cerita itu karena aku bertanggung jawab sama janji yang pengin aku kasih ke kalian yang support aku dengan bawa Abang pulang.

Ternyata benar, aku nggak sehebat itu bisa menulis dua cerita dalam waktu yang sama.

Jadi, aku bisa nulis Just go ini cuma pas malam Minggu. Selain itu, dear aku punya kehidupan lain selain menulis dan dari sana aku bertahan hidup. Seperti kalian yang hanya akan membaca novel saat senggang, pun aku juga hanya akan menulis saat aku senggang.

Selama ini aku enggak pernah menargetkan vote, mengharuskan kalian meninggalkan jejak komentar di sini. Aku sangat sadar tulisanku nggak sebagus itu untuk minta vote banyak dari readers atau lebih besarnya, kalian nggak akan lupa vote atau kasih aku semangat tanpa aku pinta.

Untuk alur yang terkesan lambat, aku juga mengakui itu. Tapi, aku juga punya outlane sendiri untuk tulisanku. Semisal kalian mau sabar ngikutin alurnya, ayo jalan sama-sama tapi semisal engga, aku minta maaf nggak bisa bikin kamu puas sama cerita ini dan silahkan mencari bacaan lain yang sesuai selera kalian.

Ah, banyak sekali aku ngomongnya. Tapi semoga ini menjawab kalau kalian punya pertanyaan yang sama. Anyway kalau kalian sudah follow akun IG anak kost, kalian juga pasti tahu, kalau lagi senggang aku juga nulis di sana meski random.

Sekali lagi maaf... Maaf kalau aku nggak bisa memuaskan selera kalian.

Happy reading love 🤍

Nyaris pukul setengah enam pagi, aku akhirnya menarik tanganku yang digenggam Mas Lucas dan di letakan di dadanya sembari tidur. Dahinya sudah berkeringat, mungkin obat yang dia minum tadi sudah bekerja di tubuhnya.

Aku membiarkannya tetap lelap setelah memindahkan kepala Mas Lucas ke bantalnya, kemudian meninggalkannya untuk salat subuh.

Beberapa hari ini aku merasa mood ku kerap naik turun dengan mudah. Kemarin aku masih ingat betul perasaan nggak nyaman saat Karin sengaja membuatku cemburu, aku malas ketemu Mas Lucas. Tapi saat bersamaan aku juga merindukannya hanya berdua denganku.

Lepas salat subuh, aku membuat sarapan. Sup jamur kesukaannya dan nasi yang kumasak lebih matang dari biasanya. Beruntungnya ini weekend, jadi aku bisa merawat Mas Lucas di rumah, atau nanti akan kuajak dia ke klinik semisal demamnya tak kujung turun.

Saat aku membawa sarapan ke kamar, dia masih baring di ranjang. Aku memberanikan diri menyentuh kening dan sisi wajahnya. Badan Mas Lucas kian berkeringat, baju bagian punggungnya juga basah. "Mas mau sarapan dulu nggak?"

Dia mengumam tak jelas, kemudian menggeser tubuhnya untuk telentang.
"Sarapan dulu, Mas."

Aku meletakan nampan ke nakas kemudian menyingkap selimut yang menutupi badannya. Sementara kini Mas Lucas bersandar pada hard board dengan mata memejam.

"Mas masih pusing, ya? Kita ke klinik mau?"

Dia kembali menghelang. Begitu tangannya terayun ke arahku, dahiku mengernyit tipis, nggak tahu apa maksudnya.

"Mau ke kamar mandi?"

Dia menggeleng lagi, "Sini duduk dulu, kamu nggak kuliah kan?"

Mengikuti kemauan Mas Lucas, aku akhirnya duduk di tepian ranjang setelah dia menggeser duduknya. Yang membuatku lagi-lagi diam, Mas Lucas bergerak turun dan kembali meletakan kepalanya di pangkuanku.

Just Go [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang