Kemarin yang minta povnya Mas Lucas mana?
Bab ini lebih banyak narasinya, sedikit flashback masalalu Mas Lucas. Please bab ini panjang banget jadi jangan bilang kok sedikit lagi ya.
Lucas Pov
🥀🥀
Kirana Bagista. Entah sejak kapan dia mampu memporak-porandakan hati dan hidupku. Kehadirannya yang tiba-tiba di rumah perlahan membawa pengaruh lebih dari setengahnya atas kehidupan keluarga kami.
Awal pada pernikahan kami dulu, aku hanya berbekal keyakinan Mami, jika baiknya aku hidup dengan perempuan yang mencintaiku dari pada yang tak pernah mencintaiku. Bukan bermaksud memanfaatkan Kirana hanya karena Mami mengatakan dia mencintaiku sejak lama. Buku diary biru yang yang kusimpan saat kecelakaan Kirana dan di dalamnya penuh dengan kalimat indah yang tertuju padaku perlahan membuat hatiku menghangat tiap membacanya, tapi disertai ketakutkan apa bisa aku menjalani kehidupan dengan perempuan yang belum kucintai?
Tapi jika membiarkan dia terus di rumah tanpa status jelas, lingkungan tetangga terus menggunjing kami. Dulu sejak Rindu dibawa pulang Mbak Hani dalam kondisi hamil, keluarga kami sering digunjing. Mami berusaha meredamnya dengan tak membiarkan Rindu berbaur dengan tetangga, sampai Shasa lahir dan diadopsi Mbak Hani menjadi keluarga kami secara hukum, itu pun tak meredakan semuanya. Akan tetapi reaksi orang lain tentu bukan sesuatu yang bisa kita kendalikan bukan?
Sampai kemudian di mana aku juga sadar jika Rindu sudah mengisi hatiku secara penuh. Ketegarannya sebagai perempuan yang memilih mempertahankan anaknya saat tak mendapat pengakuan keluarga kekasihnya, tak menyurutkan tanggung jawabnya merawat Shasa. Semua itu adalah proses bagaimana aku bisa melupakan Jasmine dan perlahan hatiku hanya menjadi milik Rindu seutuhnya.
Jasmine sejujurnya adalah temanku, lebih tepatnya teman kami—aku dan Bagas— kakak Kirana.
Kami berteman dari kecil sampai remaja, aku kemudian melanjutkan sekolah penerbangan dan hanya menyisakan Jasmine dan Gani Brawijaya yang masih berteman sampai SMA. Hanya sesekali kami bertiga bertemu ketika libur atau aku pulang ke rumah dulu.Secara tak sadar Jasmine dan Rindu memiliki karakter nyaris sama, mereka tipe perempuan mandiri dan pekerja keras dari kecil. Sayangnya saat itu Jasmine sangat mencintai Jaya.
Aku hanya bisa menelan ludah ketika Jasmine dengan semangatnya menceritakan perasaannya tentang Jaya padaku melalui sambungan telepon nyaris setiap malam. Tapi bagiku kebahagiaan seseorang yang kusayang lebih penting, maka setelah fokus sekolah penerbangan, perasaanku juga mulai menghilang.
Kututup semua hal perihal perempuan, aku mulai menata mimpi dan terbiasa dengan kesibukanku. Sampai kemudian dua tahun Rindu tinggal di rumah, aku mulai jatuh cinta padanya. Tapi lagi-lagi perihal perasaan aku tak bisa memaksakan. Kubiarkan pemilik hatiku mencari rumah pada yang rumah yang ingin dituju.
Kehadiran Kirana di rumah dua tahun lalu seperti peristiwa Rindu terulang. Tetangga kembali mulai menggunjing kami lagi. Mami dan Papi harus menjelaskan duduk masalah ke perangkat desa agar tak terjadi salah paham karena dia akan tinggal di rumah dalam jangka waktu yang lama. Tapi meski begitu, menikahi Kirana hanya karena buku diarynya yang penuh namaku juga bukan kebenaran kan? Terlebih saat itu aku dipaksa harus melupakan Rindu saat sadar dia tak pernah membalas perasaanku.
Rindu masih hidup dengan masalalunya—Bara.Mengingat itu aku jadi mengerti bahwa aku tak mungkin melakukan hal yang sama pada Kirana, langkahku menikahinya supaya tetangga tak semakin menggunjing kami bukan suatu pembenaran juga, tapi tak ada cara untuk membantunya, terlebih dia sendirian dan Mami sangat menyayanginya. Maka pada awal pernikahan kami, aku berpikir jika itu tak boleh terlalu lama. Kubawa Kirana menempati rumah yang sudah kubeli agar omongan tetangga tak terdengar di telinganya. Bagaimana pun dia sendiri, dia kehilangan seluruh keluarganya. Menyedihkan jika dia berpikir dia tak bisa diterima karena serbatangkara. Terlebih sisa dari keluarganya memiliki perangai kasar. Dulu saat menikah, kami harus membuat kesepakatan dengan Pak De'nya agar mau menjadi wali nikah dengan syarat kami belum boleh memiliki keturunan sebelum usia Kirana 25 tahun, mereka menjelaskan jika Kirana masih sangat muda untuk menikah, tapi menolak merawat Kirana di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go [selesai]
General FictionNote: Beberapa part sudah diunpublish. TRIGGER STORIES!! "Tidak apa-apa, kamu baik-baik saja." Kalimat itu seperti nyanyian merdu tiap kali dunia menjatuhkan Kirana pada rasa kehilangan. Umurnya masih lima tahun waktu itu. Gadis kecil dengan bando m...