Hallo.. hallo, Happy reading love
"Omongan Mami ada yang nyinggung kamu?"
Aku kaget karena begitu keluar dari kamar mandi Mas Lucas sudah berada di kamar. Dia duduk di atas ranjang seperti sengaja menungguku untuk bicara.
"Aku nahan mual, Mas. Tadi aku kan udah bilang."
Suara napas Mas Lucas terdengar keras terhembus. Tapi pandangannya tak lepas dariku hingga membuatku refleks menunduk untuk menghindari tatapannya.
"Besok aku masih libur, mau ikut senam ibu hamil?"
Aku menggeleng dengan cepat. "Nggak usah, Mas. Aku lahiran kan juga masih lama."
"Setahuku senam ibu hamil boleh dilakuin saat usia kandungan 20 Minggu. Usia kandunganmu udah 30 Minggu kan?"
"Tapi...tapi kayak gitu kan nggak bisa dadakan. Kita harus tahu dan atur jadwalnya dulu," kilahku berusaha menolak. "Atau aku bisa beli alat olah raga biar bisa lakuin itu di rumah, Mas," ujarku memberikan usul.
"Kamu yakin tahu caranya olah raga yang baik sesuai usia kehamilan kamu?"
Aku menelan ludah. Sejujurnya, memang aku jarang sekali olah raga. Dari dulu aku jarang, bahkan hampir tak pernah olah raga kecuali di sekolah. Aku belum tahu bagaimana mengatur pernapasan atau bahkan memposisikan diri untuk olah raga yang benar.
"Saat kamu hamil, otot di tubuh kamu banyak yang tegang dan mengalami pemecahan. Apa lagi sudah masuk trisemester terakhir begini. Jadi tolong saat ini aja, dengerin ya."
Mendengar suara Mas Lucas yang seperti memohon, seketika bikin aku menaikan kedua alisku, heran.
"Perasaan aku juga selalu dengerin, Mas. Mami minta aku makan, minum ini dan itu aku nurut, kok. Kesannya ini jadi aku yang bandel."Setelah mengatakan itu aku meninggalkan Mas Lucas untuk Salat Isya. Biasanya kalau Mas Lucas pulang kami selalu berjamaah. Tapi sejak kemarin aku sengaja ninggalin dia duluan karena engga bisa salat jamaah dalam keadaan kami sama-sama marah.
***
Keesokan paginya kami berangkat ke rumah sakit Ibu dan anak Permata. Tanpa kuketahui Mas Lucas sudah mendaftarkan namaku di sana untuk senam Ibu hamil. Kaget tentu saja, sebab aku benar-benar tinggal menunggu instruktur olah raga datang, sementara Mas Lucas yang mengurus semuanya.
Ruangan itu cukup luas. Berada di lantai dua dalam kondisi tertutup. Mataku menjelajah seluruh ruangan, ada sembilan perempuan yang juga tengah hamil besar sepertiku melakukan gerakan-gerakan sembari di awasi instruktur senam tersebut. Karena ini baru pertama kali, aku harus cepat menyesuaikan step demi step gerakan senam untuk melenturkan otot yang tegang dan pernapasan. Sebelum ini tadi, kami juga sempat konsultasi dengan dokter untuk menceritakan keluhanku belakangan ini. Seperti aku sudah mulai merasakan mules meski mudah hilang dan gampang pegal terutama saat tidur atau duduk.
Melihat pemandangan sekelilingku yang rata-rata usianya tiga bahkan enam tahun di atasku bikin aku merasa sedikit minder. Apa lagi saat kami ngobrol tadi, mereka mengira aku masih anak SMA.
"Suaminya masih kuliah juga, Dek Na?" tanya salah satu dari mereka saat kami istirahat. Aku yang sedang menegak air mineral yang dibawain Mas Lucas langsung menggeleng dengan mulut penuh air.
"Dosennya, ya? Biasanya anak kuliahan kalau nikah cepet, pacarnya itu dosen sendiri," sahut salah satu Ibu di sana.
"Bukan, Mbak," jawabku lirih. Nyaliku benar-benar teruji berkumpul dengan mereka. Apa lagi saat mereka bercerita tentang pengalaman kerja sebelum hamil atau menikah. Sementara aku benar-benar masih mahasiswi yang terpaksa cuti karena hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go [selesai]
General FictionNote: Beberapa part sudah diunpublish. TRIGGER STORIES!! "Tidak apa-apa, kamu baik-baik saja." Kalimat itu seperti nyanyian merdu tiap kali dunia menjatuhkan Kirana pada rasa kehilangan. Umurnya masih lima tahun waktu itu. Gadis kecil dengan bando m...