Chapter 1

159K 2.5K 35
                                    

Suasana rumah yang sangat sunyi menjadi hal biasa di rumah Damar Adhitama. Rumah yang berpenghuni tapi sangat sunyi.

Pagi hari Damar sedang menikmati sarapannya bersama anaknya yang masih kecil, anak kecil itu berama Dila. Damar ditinggal oleh mendiang istrinya saat istrinya melahirkan Dila.

Damar sudah menduda selama enam tahun lamanya membuat dia merasa kesepian ketika malam hari, Damar mencoba mengalihkan rasa sepinya dengan menyibukkan diri.

"Bi, tolong jaga Dila baik baik," ucap Damar sebelum ia meninggalkan meja makan.

"Baik, Tuan." Bi Siti mengangguk, ia adalah pelayan yang sangat setia.

Dila si gadis kecil hanya bisa diam, Dila selama ini tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya.

***

Damar mengerutkan keningnya ketika melihat lihat foto seorang gadis yang cocok untuk anaknya tapi sayangnya tidak ada satupun yang cocok di mata Damar. Damar seperti bukan mencari pasangan untuk anaknya melainkan untuk dirinya sendiri.

"Mobilnya sudah siap, Tuan."

Damar menoleh lalu menepuk kursi sebelahnya menyuruh sesorang yang sedang berada di hadapannya.

"Masih mencari gadis yang tepat buat Den Rega, Tuan?" tanya Aji yang sudah menjadi sopir setia Damar.

"Iya, tapi saya masih belum menemukan yang tepat." Damar meletakan beberapa foto tersebut di meja dengan menghela nafas lelah.

"Tuan, saya punya teman yang memiliki putri yang sangat cantik, saya yakin tuan akan menyukainya." Aji membuka suara dengan antusias menceritakan tentang anak gadis temannya.

"Siapa namanya?" tanya Damar yang mulai tertarik dengan seseorang yang diucapkan oleh Aji.

"Namanya Aurel, Tuan. Dia gadis yang sangat cantik dan baik," ucap Aji semangat.

"Umur berapa?" tanya Damar.

"Baru lulus sma tapi dia tidak dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena keadaan ekonomi yang tidak mendukung." Raut wajah Damar berubah serius mendengar perkataan Aji.

"Kau sepertinya tahu banyak, coba ceritakan semuanya." Damar mengubah posisi duduknya menjadi lebih serius untuk menyimak ucapan Aji sopir pribadinya itu.

"Baik, Tuan. Jadi Aurel itu gadis yang cantik dan pintar hingga ia sekolah di sekolah elit untuk orang kaya, Aurel tidak tahu kalau ayahnya membayar biaya sekolahnya hasil uang meminjam dari rentenir yang selalu berbunga setiap bulannya jika tidak dibayar. Saya rasa jika Tuan yang melamar Aurel untul Den Rega maka sepertinya tidak akan ada hambatan."


"Kamu tahu rumahnya di mana? Saya tertarik ketika mendengar ceritanya." Damar menegakkan tubuhnya, mendengar nama Aurel yang mampu membangun rasa penasaran seorang Damar Adhitama.

"Saya tahu, Tuan. Hanya saja saya hari ini saya ijin, seperti yang sudah saya katakan." Aji hari ini memang ijin karena orang tuanya sakit sehingga ia harus pulang kampung bersama keluarganya di sini.


"

Iya, kamu antar saya dulu nanti saya pulang sendirian." Rasa penasaran Damar seakan menggebu dadanya, ia tidak bisa lagi menunda nunda untuk kebaikan dalam hal ini.


"Baik, Tuan."

***

Setelah perjalan yang sedikit panjang akhirnya Damar sampai di rumah Aurel yang terlihat kecil dan sedikit kumuh. Aji yang memang orang sana dengan mudahnya masuk memanggil orang dalam.


D

amar masih menunggu di mobil karena Aji ternyata sangat lama, mungkin saja ia sedang menjelaskan alasan kedatangan Damar saat ini.


"Tuan, ayok masuk." Damar mengangguk sebagai jawaban, Damar berjalan dengan penuh wibawa.


"Selamat datang Tuan, silahkan masuk." Ucap seorang laki laki paruh baya yang terlihat sedang sakit.


R

umah kecil dengan penghuni yang lumayan banyak, terlihat isi rumah begitu padat bahkan tidak ada kursi untuk menyambut tamu membuat Damar harus duduk lesehan dengan amparan yang sudah lusuh dan lepek.


"Aurel! Bawakan air, ada tamu." Ucap si bapak yang sedang sakit.

Tak ada sahutan tapi beberapa saat kemudian muncullah seorang gadis cantik dengan postur tubuh yang sempurna. Damar bisa menebak bahwa pakaian yang dipakai oleh gadis bernama Aurel itu sangat murahan tapi ketika pakaian tersebut menempel di tubuh Aurel maka keindahan yang ada.

"Ini minumannya," ucap Aurel sedikit menunduk dengan tangan menutupi dadanya, sepertinya ia takut pakaiannya ikut turun sehingga memperlihatkan keindahan yang tersembunyi itu.

"Terima kasih."

Pandangan Damar tidak bisa dialihkan saat matanya bisa melihat kecantikan Aurel dari dekat, wajah yang putih dengan bibir kecil yang merah muda, dan rambut lurus tergerai indah.


"Maaf Tuan, saya hanya bisa menjamu dengan air putih."

"Tidak papa, tidak perlu repot repot." Damar sama sekali tidak peduli dengan apa yang disajikan tapi Damar tahu bahwa kedua orang tua Aurel itu sangat ramah.

"Jadi seperti saya bilang nih Bang, kalau kedatangan Tuan ke sini untuk berkenalan dengan Aurel."


Mendengar namanya disebut membuat Aurel mengerutkan dahinya, Aurel tidak tahu apa maksud dari kedatangan seseorang yang sedang berada di hadapannya.

"Kedatangan saya ke sini untuk melamar putri Bapak yang bernama Aurel." Damar sepertinya sudah tidak tahan lagi, ia langsung mengucapkannya tanpa banyak basa basi.

Wajah Aurel dalam seketika menegang, ia yang masih gadis yang sangat cantik dilamar oleh laki laki tua.

"Saya..." sebelum Aurel berkata ibunya terlebih dahulu mencubit lengannya.

"Diam..." ucap ibunya penuh penekanan membuat Aurel hanya bisa diam dengan perasaan yang kesal.

"Saya merasa senang tapi saya meminta waktunya terlebih dahulu Tuan, karena anak saya belum mengetahuinya. Saya sebagai orang tua tidak ingin mengambil keputusan dengan tergesa gesa jika itu menyangkut masa depan anak saya." Bapak Aurel terlihat orang tua yang baik, terlihat ia tidak langsung menerima lamaran dari orang yang kaya raya.

"Baiklah saya mengerti, mungkin saya akan datang kembali."

***

Damar mengendarai mobilnya sendiri karena Aji langsung pulang ke rumahnya, di perjalanan Damar terus tersenyum membayangkan wajah cantik Aurel yang sangat luar biasa.

"Kamu harus menjadi milik saya, Aurel." Damar tersenyun membayangkan jika Aurel akan menjadi miliknya.

To Be Continued...











Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang