After Married: 19

11K 270 6
                                    

Hari sudah malam dan Aurel begitu antusias, ia bahkan sudah berpenampilan sangat cantik dan seksi. Aurel terus saja memperhatikan keindahan tubuhnya di cermin.

"Mas Damar kenapa gak angkat telepon aku sih? Mau ke sini jam berapa coba?"

Aurel sangat senang tapi terlalu lama menunggu membuat dirinya kesal juga.

Dengan berusaha untuk sabar, Aurel menelpon bibi.

"Mas Damar sudah sampai belum, Bi?"

"Sudah Nyonya, baru saja sampai."

"Hmm, Mas Damar katanya mau ke sini
gak?"

"Tidak tahu Nyonya, tapi sepertinya Tuan sedang ada urusan lagi." Jawab Bibi.

"Hmm mungkin Mas Damar terlalu kelelahan, mungkin besok Mas Damar menjemput Aurel. Ya sudah, Aurel matikan teleponnya."

Aurel sedih karena tidak bisa bertemu dengan Damar malam ini, ia menyeka air matanya lalu memilih untuk tidur.

***

Hari ini Aurel kembali mencoba menelpon suaminya tapi tidak terhubung.

Aurel ingin pulang ke rumah tapi ia juga ingin dijemput oleh Damar.

"Mungkin Mas Damar jemput aku nanti malam," ucap Aurel mencoba untuk berpikiran positif.

Aurel memilih pakaian yang akan ia pakai nanti malam, Aurel tahu jika suaminya suka ia berpakaian seksi jika sedang berdua.

"Pakai yang ini saja deh," tunjuk Aurel pada lingerie hitam yang sangat seksi dengan bahan yang transparan.

***

Malam-malam Aurel sudah berdandan cantik, ia hanya tinggal menunggu kedatangan suaminya. Aurel menunggu dengan gelisah, karena sampai saat ini Damar tidak bisa dihubungi.

Aurel membuka gorden, melihat di luar yang sedang hujan. "Mas Damar datang gak yah? Hujannya deras banget soalnya."

Mulai bosan menunggu Aurel merebahkan tubuhnya, meskipun di luar hujan sangat lebat tapi Aurel tetap ingin Damar datang.

***

Tok tok tok

Aurel yang sedari tadi gelisah langsung terdiam mendengar suara pintu diketuk, dengan cepat Aurel bangkit dan merapikan penampilannya.

Aurel membuka pintu kamar, ia terdiam melihat Ibunya sedang berbincang dengan suaminya yang sudah sangat ia rindukan. Aurel rasanya ingin menangis melihat Damar berada di depannya.

"Ibu masuk dulu ya," ucap Ibu Halimah yang mengerti jika keduanya membutuhkan waktu bersama.

Melihat Damar berada di depan matanya membuat Aurel berdebar dan ingin segera memeluk dan menciumnya.

Rambut Damar yang terlihat sedikit basah karena saat ini hujan sangat deras menambah suasana intim.

Aurel ingin sekali memeluk dan mencium suaminya, tapi sikap Damar terlihat dingin sekali membuat Aurel memilih untuk menunggu Danar yang melakukannya terlebih dahulu.

Keduanya duduk berhadap-hadapan, Aurel tak henti-hentinya menatap wajah Damar yang setiap hari memenuhi pikirannya. Rasanya Aurel hampir gila dengan memikirkan suaminya ini.

Tatapan mata Damar tertuju pada tubuh Aurel yang sangat seksi dengan pakaian yang sangat terbuka.

Keduanya sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing tanpa mereka sadari bahwa Ibu Halimah diam-diam mengintip.

'"Khem, kenapa mau pisah?"

Pertanyaan Damar membuat wajah Aurel yang awalnya tersenyum senang menjadi terkejut.

"Apa?" Aurel tidak mengerti tapi perasaan menjadi tidak enak, dengan tak karuan Aurel meremas tangannya.

"Kenapa kamu meminta berpisah dari Mas?" Damar mengatakannya dengan tidak yakin.

"Hah...?" Aurel tidak mengerti sama sekali.

Mata Aurel berkaca-kaca, tangannya bergetar. Bukan hanya Aurel tapi Ibu Halimah yang sedang mengintip ikut terkejut.

Aurel berdiri dengan menitikkan air matanya, dengan perasaan hancur Aurel menjatuhkan tubuhnya ke tubuh Damar.

Bibir Aurel mencumbu bibir Damar dengan rakus dan air matanya terus saja mengalir. Tangan Aurel yang bergetar memeluk tubuh Damar erat, Aurel memasukkan lidahnya ke dalam mulut Damar.

Aurel tidak mengerti dengan apa yang Damar ucapkan, ia hanya merindukan suaminya.  Hanya itu saja.

"Hiks... hiks..." isak tangis Aurel yang benar-benar merindukan suaminya.

Cup cup cup

Tangis Aurel semakin menjadi tapi ia terus mencumbu bibir dan wajah Damar dengan tak sabaran.

"Hiks... hiks... Mashh..."

Aurel memejamkan matanya saat lidah keduanya saling bertautan, tangan Aurel yang gemetar menggenggam erat tangan Damar. Genggaman yang sangat erat karena Aurel takut ditinggalkan oleh suaminya.

"Kamu marah sama aku Mas? Marah iya 'kan? Maaf Mas hiks..., aku gak mau pisah...! Aku kangen kamu Mas..."

Tubuh Aurel gemetar takut dan panik mendengar kata perpisahan keluar dari mulut Damar meksipun yang Damar katakan adalah sebuah pertanyaan tapi ketakutan Aurel membuatnya menjadi seperti ini.

Damar juga panik melihat Aurel menangis seperti ini, Damar mengelus tubuh Aurel dan mendekapnya sangat erat.

Aurel terus menangis, tangisannya semakin menjadi ketika membayangkan Damar bersama dengan wanita lain. Kalau Damar menjadi milik wanita lain dan meninggalkannya.

"Jangan tinggalkan aku hiks...," ucap Aurel sedih.

"Mas hanya bertanya, hey jangan nangis..." Damar menyeka air mata Aurel tapi perbuatan lembut Damar membuat Aurel semakin menangis.

Cup cup

"Jangan nangis..." Kecupan hangat Damar membuat Aurel merasa nyaman.

"Ayo kita pulang hikss... aku mau sama Mas..." Aurel menengadah menatap wajah Damar, terlihat jelas sekali bahwa Aurel tak sabar untuk pulang.

"Di luar hujan deras, kita menginap di sini saja." Perkataan Damar begitu lembut membuat Aurel mengangguk setuju.

Damar mendekap tubuh seksi istrinya dengan lingerie seksi, tangan Damar mengelus paha Aurel naik turun.

Di sela-sela isak tangisnya Aurel tersenyum, "Hujannya deras banget." Ucap Aurel sambil menatap tangan Damar yang meraba-raba tubuhnya.

Melihat anak dan menantunya baik-baik saja, Ibu Halimah memutuskan untuk masuk ke kamar. Setidaknya Aurel dan Damar tidak terjadi apa-apa.

"Mwuach..., cup cup mmhh..."

Aurel lagi-lagi mencium bibir Damar dengan menuntut, Aurel merasa resah membayangkan berpisah dengan Damar.

Cup cup cup

Ciuman Aurel merambat ke leher memberikan kecupan yang bertubi-tubi, kedua tangannya melingkar di leher Damar, meraba dan mengelus dengan penuh birahi.

"Ohhh sayang..."

Aurel tersenyum mendengar Damar akhirnya memanggil dirinya sayang, tangan Damar meremas pantat Aurel yang saat ini begitu tergesa-gesa menciumi leher dan bibirnya.

"Mas gak boleh tinggalin aku..., sampai kapanpun gak boleh." Ucap Aurel dengan penuh paksaan, Aurel begitu bergairah tapi matanya berkaca-kaca karena tidak rela jika Damar benar-benar meninggalkannya di saat ia sangat mencintainya.

Tangan Aurel dengan bergetar membuka kancing baju Damar, satu tangan Aurel mengelus dada bidang Damar yang berotot.

Cup cup cup

Aurel kembali berkaca-kaca tidak bisa menahan keresahannya, ia masih merasa takut akan ditinggalkan.

Tiba-tiba Damar mengangkat tubuh Aurel lalu membawanya ke kamar, Damar melihat Aurel yang sudah benar-benar tak sabaran

"Aku kangen..." ucap Aurel lembut.

Seterusnya ada adegan dewasa, jika kalian suka dengan yang begituan bisa lanjut ke karyakarsa...













Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang