Aurel hanya bisa diam ketika ibunya sedang memaksa dirinya untuk makan.
"Kamu tuh harus makan yang banyak, jangan nangis terus."
Bu Halimah memberikan sepiring makanan yang terlihat sangat lezat tapi Aurel hanya menatapnya tanpa selera.
"Aurel gak lapar Bu...," ucap Aurel dengan suara yang lemas dan wajah yang sedikit pucat.
"Kamu tuh nangis terus sampai lupa makan, gak usah takut... persiapan pernikahan sudah selesai..." Ucap Ibu Halimah yang membuat Aurel langsung menoleh menatap ibunya dengan tatapan terkejut.
"Apa? Ibu barusan bilang apa?" Aurel antara senang dan berharap menatap ibunya.
"Ssstt Ibu..., diam." Pak Hendra menyenggol lengan Ibu Halimah agar tidak keceplosan lagi tapi itu membuat Aurel merasa yakin kalau diucapkan ibunya adalah benar.
"Kenapa...? Kenapa gak ada yang bilang sama Aurell...." Aurel langsung bangkit dengan wajah yang hampir menangis lagi.
"Kakak...! Ibu gak bilang apa apa barusa...!"
Brak..
Pintu tertutup, Pak Hendra mengacungkan jempolnya membuat Ibu Halimah tersenyum.
Setelah beberapa lama pintu kamar Aurel akhirnya terbuka kembali memperlihatkan Aurel yang sudah cantik.
CIbu Halimah dan Pak Hendra memperhatikan Aurel yang sudah siap dengan pembawa tas selempang, pak Hendra dan ibu Halimah hanya diam melihat anaknya yang seperti itu.
"Kenapa Ibu baru bilang sih...?" Ucap Aurel yang sedang memakai sepatu sambil menggerutu.
"Lihatlah pasti akan ada drama lagi di rumah nak Damar."
Ibu Halimah hanya mengangguk, ia tidak tahu lagi dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
***
Aurel datang ke rumah Damar sambil menangis, "Mas Damar....!!" Aurel mengetuk pintu rumah dengan terisak.
Ceklek
"Mas Damarnya ada Bi?" Aurel bertanya tapi ia menyelonong masuk tanpa menunggu jawaban dari BI Siti.
"Nona tunggu dulu...!" Bi Siti begitu panik melihat Aurel main nyelonong masuk begitu saja.
Aurel menaiki tangga dengan cepat, ia sudah tahu di mana letak kamar Damar.
Tanpa merasa ragu, Aurel membuka pintu dan ia langsung terdiam ketika melihat seseorang yang sangat ia rindukan berada di depan matanya.
Aurel seharian nangis tapi Damar malah duduk dengan tenang tanpa memikirkan keadaan dirinya.
Dengan perlahan Aurel menutup pintu lalu ia berlari memeluk tubuh Damar dengan sangat erat.
Bruk
"Hiks... hiks... Mas aku kangen..." Aurel mengatakannya dengan isakan yang terdengar sangat pilu.
"Mas Damar aku gak kuat hiks.. liat kamu dengan wanita lain... Aku gak mau..."
Cup cup cup
Aurel menangis dengan bibir yang terus mengecupi Damar, mau itu bibir atau leher.
Aurel benar benar melepaskan apa yang ia rasakan dengan cara memeluk dan mencium Damar tanpa rasa malu.
Aurel sedikit menjauhkan wajahnya ketika tidak merasakan reaksi dari Damar, dengan jari lentiknya Aurel mengelus wajah Damar yang sangat ia rindukan.
"Mash... Sayang... aku kangen... hiks... hiks..."
Aurel mengelus bibir Damar yang sudah beberapa hari ini tidak menciumnya, Aurel memasukkan satu jarinya ke dalam mulut Damar agar terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Single Daddy
RomanceDamar seorang ayah tunggal dengan dua anak yang selalu dibuat pusing oleh anak sulungnya yang bernama Rega. Damar memutuskan untuk mencari seorang gadis yang tepat untuk anak sulungnya tapi di saat ia menemukan gadis yang tepat, Damar tidak melamar...