Selesai

14.5K 235 1
                                    

Damar baru selesai meeting penting tapi perasaannya tetap saja tidak nyaman ada rasa resah dan khawatir yang aneh.

Mencoba untuk menepis perasaan aneh itu, Damar mengalihkannya dengan bekerja. Pekerjaan semakin menumpuk padahal Damar ingin sekali libur untuk menemani istrinya sampai melahirkan tapi pekerjaan penting terus saja silih berganti meskipun begitu Damar bersyukur mungkin ini rezeki anaknya yang akan lahir.

Ponsel berdering membuat Damar dengan cepat mengangkatnya.

"Kakak cepat ke rumah sakit!"

Damar sedikit terdiam karena yang meneleponnya adalah Aurel tapi yang bicara adalah Yuna dengan nada bicara yang sangat panik. Damar semakin panik mendengar suara Yuna, karena Damar tidak pernah melihat Yuna panik.

Yuna juga langsung mengakhiri panggilannya tak lama ada sebuah pesan yang memberikan nama rumah sakit.

Damar langsung pergi dengan jantung yang terus berdetak kencang. Damar merasa takut dengan perasaan resah yang ia rasakan sedari tadi.

"Tunggu Mas, sayang..." Lirih Damar dalam lift. Damar merasa takut terjadi sesuatu.

***

Dengan nafas tersengal-sengal Damar berlari mencari di mana letak kamar istrinya, Damar bisa sedikit merasa lega karena melihat Yuna yang melambai-lambaikan tangannya.

"Cepat masuk ke ruangan Kak, Kak Aurel menunggu sedari tadi..." Yuna dengan wajah cemas menghampiri Damar yang terlihat kelelahan.

Damar mengangguk, tanpa menunggu lagi Damar langsung masuk ruang bersalin Aurel.

***

Ceklek

Hati Damar terasa remuk melihat istrinya menangis memanggil namanya dengan dokter dan suster mengelilinginya.

Damar terdiam membeku melihat bagaimana proses keluar bayi anaknya. Tangan dan kaki Damar gemetar melihat darah yang begitu banyak.

Dengan menguatkan langkah kakinya Damar mendekat, Aurel dengan air mata berlinang langsung mendekap tubuh Damar.

"Sedikit lagi Bu..."

"Mas ada di sini sayang..." Damar menggenggam erat tangan Aurel seakan-akan genggaman tangan itu memberikan sebuah kekuatan.

"Arrrghh... Mas sakittt... hiks...."

Cup cup

Damar semakin merasa sesak, jantungnya tak berhenti berdetak kencang melihat Aurel kesakitan seperti ini. Tak henti-hentinya Damar memberikan kecupan dengan kata-kata penuh semangat untuk istrinya yang berjuang antara hidup dan mati demi melahirkan anaknya.

"Ayo Bu tinggal sedikit lagi...."

"Aaa......!"

Aurel lemas matanya terpejam dengan diikuti lelehan air matanya.

Damar melihat anaknya, ada rasa kebingungan karena anaknya tidak menangis, bukannya bayi yang baru lahir harus menangis.

Aurel tersenyum dengan lemas melihat anaknya yang digendong oleh sang dokter.

Damar terlalu takut, ia bangkit melihat anaknya yang dilumuri darah.

"Lihat Pak, bayinya tersenyum." 

Tak bisa menahannya lagi air mata Damar mengalir begitu saja melihat anaknya tersenyum dengan mata yang tertutup.

Aurel yang melihat suaminya diam-diam menangis merasa sangat bahagia, karena Aurel tahu itu tangis kebahagiaan.

Terdengar suara tangis bayi yang menggelegar ketika sang bayi sedang dibersihkan.

Suara bayi itu membuat kedua orang tua Aurel menangis bahagia karena telah lahir cucu pertama di keluarganya.

Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang