Chapter 14

53.6K 1.2K 20
                                    

Aurel dan Damar sama sama diam hingga keduanya terlelap bersama, Damar tertidur   dalam posisi memeluk tubuh Aurel.

Yuna yang baru pulang sekolah merasa kaget di kamar ada Damar dan Aurel yang tertidur dalam posisi tubuh kecil Aurel ditindih tubuh besar Damar.

"Kakak....," Yuna membangunkan Aurel yang begitu nyenyak.

"Hmm?" Aurel masih memejamkan matanya.

Setelah Aurel bangun Yuna keluar kamar mungkin mau makan. Aurel masih berusaha untuk sadar dari tidurnya yang begitu nyenyak.

"Mas bangun sudah siang." Aurel mengelus wajah Damar yang begitu nyenyak tidur di atas tubuhnya.

"Mmhh..., Mas masih ngantuk sayang." Damar semakin menyusupkan wajahnya di ceruk leher Aurel.

"Sudah siang Mas." Aurel yang masih belum sadar kalau ia dan Damar sedang marahan bersikap sangat lembut.

"Cium dulu baru Mas bangun." Damar tak henti hentinya menciumi wajah Aurel.

Cup

Aurel dengan polosnya mencium pipi Damar, Damar hanya senyum senyum lalu bangun untuk mencuci muka.

Setelah Damar pergi Aurel terdiam merasa ada yang aneh tapi ia bingung sendiri, Aurel mencoba mengingat kenapa ia bida tidur bersama Damar.

"Oh my god." Aurel menutup wajahnya merasa malu dan kesal sendiri, ia kenapa bisa lupa kalau sedang menjauhi Damar.

"Sayang..." Damar kembali masuk ke kamar menghampiri Aurel. Aurel yang sudah sadar mencoba menjaga jarak dan bersikap biasa saja.

"Mas masih ngantuk." Damar kembali membaringkan tubuhnya dengan paha Aurel sebagai bantalnya.

"Apaan sih?!" Aurel mencoba menjauhkan kepala Damar dari pahanya tapi Damar tetap saja tidak mau menjauh.

"Mas masih ngantuk sayang."

"Yah tapi jangan di situ juga..." Aurel merasa kesal sendiri, ia juga kembali membaringkan tubuhnya.

Tangan Damar yang nakal dengan perlahan lahan masuk ke dalam pakaian Aurel, Damar merasakan sensasi kulit Aurel yang sangat lembut.

"Mashh ihhh..." Aurel menahan tangan Damar yang tidak bisa diam, Damar menatap mata Aurel yang mampu membuat Aurel merasa tak berdaya membiarkan Damar melakukan apa yang dia mau.

Damar yang sangat merindukan Aurel memanfaatkan kesempatan yang ada untuk semakin dekat. Tangan Damar perlahan lahan meraba raba perut Aurel sambil ia baringan di pahanya.

Aurel yang sudah larut dalam sentuhan Damar diam saja saat Damar menarik bra nya ke atas sehingga Damar bisa meremas payudara Aurel secara langsung tanpa ada halangan.

"Mmhh..." Suara lenguhan Aurel membuat Damar tersenyum lebar, Damar mulai bergerak ke atas tubuh Aurel lalu tangan satunya mengelus wajah cantik Aurel dengan lembut.

"Sayang?" Damar mengecup bibir Aurel dengan lembut tapi menuntut.

"Mmhh... Mmhh..."

Suara Aurel membuat Yuna yang sedang makan merasa penasaran,  Yuna diam diam melihat apa yang sedang dilakukan oleh Damar kepada Aurel.

Yuna membekam mulutnya melihat kakaknya sedang dicium oleh Damar hingga terlihat pasrah dalam kurungan tubuh Damar.

"Ahhh Mashh..."

Aurel mendongak menatap langit langit sedangkan Damar menciumi leher dan wajah Aurel dengan bernafsu.

Yuna menutup matanya menggunakan tangannya saat melihat Damar membuka pakaian Kakaknya.

"Uhhh..."

Damar bener benar merindukan Aurel yang selalu menerima setiap sentuhannya, Damar tidak suka saat Aurel menolaknya.

"Yuna, ambilkan ibu minum."

Yuna yang sedang mengintip merasa kaget mendengar suara ibunya yang memanggil namanya. Yuna dengan cepat menghampiri Ibu dan bapak nya yang baru pulang.

"Ibu, itu kakak sedang pacaran di kamar sama Om Damar." Yuna dengan polosnya malah mengadukan apa yang ia lihat.

"Lagi ngapain kakak kamu?" Tanya Pak Hendra kepada Yuna.

"Om Damar buka baju Kakak terus dicium cium kakaknya."

"Uhukk uhuk." Ibu Halimah yang sedang minum langsung tersedak mendengar ucapan Yuna yang sangat polos mengadukan apa yang dilakukan kakaknya.

***

Aurel dan Damar keluar kamar dengan sedikit kikuk karena kedua orang tua Aurel sedang mengumpul di rumah.

"Ke sini, bapak mau bicara." Aurel mengangguk lalu duduk begitupun Damar.

"Bukan maksud bapak mau melarang kalian tapi bapak minta sama kamu Damar untuk menjaga jarak dengan Aurel, lagi pula kamu sendiri yang bilang tidak bisa menikah dalam waktu dekat."

Mendengar ucapan pak Hendra membuat Damar merasa resah, Damar benar benar menyesal mengatakan hal itu. Gara gara kata katanya membuat Aurel menjauh dan marah bahkan sekarang sudah disuruh jaga jarak lagi.

"Bukan begitu Pak, saya akan menikahi Aurel secepatnya juga. Kapan pun Aurel siap." Damar menoleh melihat Aurel yang menunduk, Damar tidak akan menundanya lagi meskipun saat ini ia harus menikah maka ka siap.

"Aurel kamu siapnya kapan?" Ibu Halimah yang merasa senang langsung bertanya kepada Aurel yang hanya menunduk.

Damar hanya tersenyum menunggu jawaban Aurel, Damar bersumpah tidak akan menundanya lagi. Ia akan menjadikan Aurel istrinya secepatnya, Damar tidak akan membuat Aurel merasa kecewa lagi.

"Aurel tidak mau menikah."

Deg

Jawaban Aurel membuat Damar kaget, Damar langsung menoleh melihat Aurel dengan tak percaya.

"Aurel!" Ibu Halimah sedikit membentak karena tidak suka dengan jawaban Aurel semantara Damar hanya diam membeku tidak percaya kata kata itu keluar dari mulut Aurel.

"Aurel gak mau nikah sama Mas Damar." Ucap Aurel lagi membuat Damar sedikit menunduk, Damar mencoba tenang padahal jantungnya hampir copot mendengar perkataan Aurel.

"Kenapa?" Tanya Damar mencoba tenang agar tidak emosi dan lepas kendali.

"Aurel gak mau lagi sama Mas Damar." Aurel pergi ke kamar begitu saja membuat Damar tersenyum miris.

"Biarkan saja Damar, kamu belum mengenalnya dengan benar." Pak Hendra yang tahu akan sikap anaknya sudah paham semantara Damar masih belum mengerti benar bagaimana sifat Aurel yang sebenarnya.

"Boleh saya bicara dengan Aurel?" Damar ingin bicara dari hati ke hati kenapa Aurel berkata seperti itu.

"Jangan, biarkan saja. Aurel salah paham, maksud dia kamu sudah menolak menikahinya, sementara Aurel pantang menerima penolakan dalam segi apapun." Damar hanya mengangguk, sumpah demi apapun ia sangat menyesal mengatakan tidak bisa menikah dalam waktu tabg dekat tapi pada akhirnya Aurel sudah tak ingin menikah.

"Ya sudah Pak, Bu. Saya izin pamit." Damar akan memikirkan cara lain untuk membujuk Aurel, ia sama sekali tidak akan melepaskan Aurel.

Ucapan Aurel masih terngiang ngiang dalam pikiran Damar, Damar benar benar tidak habis pikir kenapa Aurel bisa berkata seperti itu barusan.

To Be Continued...

Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang