Chapter 9

65K 1.4K 19
                                    

Sudah dua hari Damar tidak mengabari Aurel, apa yang Damar lakukan membuat Aurel merasa bersalah.

Aurel memeluk ponsel pemberian Damar, jadi yang Damar berikan adalah sebuah ponsel mahal yang membuat Aurel merasa sangat bahagia. Aurel selalu membawa ponselnya, menunggu Damar menghubunginya tapi sampai sekarang Damar tidak ada kabar juga.

"Mas Damar pasti marah." Aurel menyesal karena sudah membuat Damar marah.

Aurel memberanikan diri mengirim pesan kepada Damar. Aurel hanya ingin mengajak Damar ketemu.

Aurel terus menatap layar ponselnya menunggu Damar membalas, tak lama pesannya centang biru membuat Aurel merasa senang.

'Iya, 30 menit lagi ke sana' singkat padat tapi mampu membuat Aurel merasa senang.

Aurel bersiap siap, ia senang karena Damar langsung ke sini. Aurel akan meminta maaf karena membuat Damar kesal hingga tidak mengabarinya.

***

Damar datang ia langsung meminta izin terlebih dahulu kepada orang tua Aurel, sedangkan Aurel hanya diam memandangi wajah Damar.

"Ke mobil duluan." Ucap Damar membuat Aurel mengangguk.

Aurel menunggu Damar yang sedang bicara dengan orang tuanya.  Aurel merasa bingung sendiri harus bicara apa sekarang, padahal sebelumya ia sudah hapal dengan apa yang akan ia katakan.

Tak lama Damar masuk ke dalam mobil dengan wajah datar membuat nyali Aurel untuk meminta maaf menciut.

Damar dengan sikap dinginnya mulai melajukan mobil, sedangkan Aurel hanya bisa meremas remas jari jemarinya dengan gugup.

"Mmhh, Mas?" Aurel memejamkan matanya ia sangat gugup.

Damar tidak menjawab ia malah menghentikan mobilnya.

"Mas, marah?" Aurel memberanikan diri menatap wajah Damar yang tidak seperti biasanya. Tangan Aurel menyentuh tangan Damar dengan perlahan.

Tidak menetapkan jawaban membuat Aurel semakin mendekatkan diri ke tubuh Damar, semakin dekat terus semakin dekat.

Cup

Damar tersenyum saat keinginannya terpenuhi saat ini, Aurel mencium bibirnya  dengan keinginanya sendiri.

Aurel yang merasa malu ingin menarik diri tapi tangan Damar sudah mendekapnya terlebih dahulu.

"Hmmm..., Mas kangen sayang." Damar mengecup bibir Aurel yang sangat ia rindukan.

"Mas lepas..." Aurel malu, ia rasanya ingin menyembunyikan wajahnya tapi Damar malah terus menciumnya.

Damar menarik tubuh Aurel supaya duduk dipangkuanya, tangan Damar merangkum wajah Aurel yang memerah.

"Mas kangen sama kamu sayang..." Damar menatap wajah Aurel dengan lekat, sessekali ia mencium bahkan menjilat bibir Aurel dengan mesranya.

Aurel sekarang hanya bisa diam membiarkan Damar melepaskan rasa rindunya. Damar menghisap leher Aurel seperti Vampir yang kehausan darah, sedangkan Aurel hanya diam dengan mata tertutup menikmati semuanya.

Tangan Damar mulai nakal, dengan perlahan lahan meraba raba tubuh Aurel.

"Mmhh..." tanpa sengaja Aurel melenguh saat kedua tangan Damar meremasnya dengan kencang.

"Mmhh... shhh..." Aurel benar benar mendapatkan rangsangan yang luar biasa gila, tangan Damar begitu kencang meremas kedua payudaranya.

Merasa tidak puas Damar memasukkan tangannya ke dalam kaos yang dipakai Aurel, dengan cepat Damar menaikkan bra Aurel ke atas hingga ia bisa leluasa meremas sesuatu yang sudah menjadi favoritnya.

"Mashhh... ahhh... ahhh..."

Mendengar desahan Aurel membuat Damar gila, ia dengan cepat mendekap tubuh Aurel dan menghentikan segalanya.

"Tunggu sebentar..." Damar melajukan mobilnya dengan cepat, ia bisa gila jika harus berdekatan dengan Aurel tapi tidak boleh menikmatinya.

"Mas?" Aurel mendongak menatap wajah Damar yang mulai tegang.

"Tunggu sayang..." Damar mencium kening Aurel agar diam di saat ia mulai terbakar nafsu.

***

"Kita mau ke mana Mas?"

"Ke Apartement, ayok." Damar membawa Aurel ke Apartement yang sudah jarang ia tempati karena terlalu sibuk.

"Kenapa enggak ke rumah, Mas?" Aurel masih belum mengerti alasan Damar membawanya ke Apartement padahal sebelumnya Damar membawanya ke rumah untuk bertemu Adel yang kesepian.

Damar tidak mengatakan apa apa setelah ia dan Aurel masuk, Damar langsung mengunci pintu.

"Muach, muach, muach, muach. " Damar yang sudah tak tahan lagi langsung saja mencium bibir Aurel dengan brutal.

Damar mengangkat tubuh Aurel lalu membawanya ke kamar untuk dieksekusi.

***

Damar benar benar pintar memanfaatkan keadaan terbukti dengan tubuh Aurel yang terbaring pasrah dengan tubuh yang polos hanya ada celana dalam yang menutupi tubuh indahnya.

Cups Cups Cups

Damar tidak henti hentinya menciumi seluruh tubuh Aurel, Damar yang sudah sangat merindukan Aurel sekarang terbayarkan dengan kepasrahan Aurel.

"Jangan Mashh..." Aurel melarang Damar yang akan melepaskan satu satunya yang menutupi tubuhnya.

"Kenapa sayang?" Tanya Damar yang sudah tak tahan ingin melihat tubuh indah Aurel tanpa ada sedikitpun penghalang.

"Malu, yang itu jangan dibuka yah Mas." Damar mengangguk, lagipula ia sudah melihat semua tubuh Aurel meskipun tidak dengan yang satu itu.

Damar menatap wajah Aurel yang berkeringat tapi semakin terlihat cantik.

"Ouhh... Mmhh..."

Damar tetap menatap wajah Aurel dengan mulut menghisap puting Aurel yang sangat candu.

"Ahhh Mashh..." Aurel meremas remas rambut Damar, Aurel benar benar gila hingga lupa bahwa saat ini ia dan Damar sedang di dalam kamar dengan tubuh yang naked.

"Ohh.. Mas jangan, please Mas jangan ke sana..." Aurel semakin frustasi antara nikmat dan harus menolak saat tangan Damar dengan nakalnya bermain main diantara selangkangannya.

"Mashhh..."

"Iya, sayang enggak." Damar menjauhkan tangannya dari sana, ia menarik tangannya lalu memperlihatkan kepada Aurel bahwa jari tangannya sedikit basah.

Aurel memalingkan wajahnya merasa malu ketika Damar memasukkan jarinya yang basah ke dalam mulut, Aurel benar benar tidak bisa menahan diri ketika ia bersama dengan Damar yang memiliki banyak pengalaman bahkan Damar sangat pintar membuat Aurel pasrah tanpa ada sedikitpun penolakan.

Cups

"Jangan pulang yah sayang?" Damar mengecup bibir Aurel dengan mesra.

"Gak Mas, Aurel tetap harus pulang." Aurel tahu jika ia tidak pulang maka ia akan habis oleh Damar yang sangat luar biasa jika menggoda tubuhnya.

To Be Continued...






















Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang