After Married:13

13.8K 312 3
                                    

Damar dan Aurel sebelum pergi ke rumah nenek, mereka mengantarkan Dila terlebih dahulu untuk menginap di rumah orang tua Aurel karena tidak mungkin harus membawa Dila yang sedang sekolah di tambah tempat nenek Aurel itu sangat jauh.

"Apa harus seperti ini sayang?" Damar melihat barang bawaan yang seperti ingin pindah rumah bukan menjenguk orang sakit.

"Hm harus karena di sana masih sangat asri Mas, jadi kita harus menyiapkan segalanya. Udaranya sangat sejuk meskipun matahari terik tapi kalau di malam hari sangat seram sekali." Aurel bercerita dengan sangat antusias.

"Kenapa seram? Ada listrik?" Tanya Damar sambil fokus menyetir.

"Gak ada hehe, makanya aku bawa powerbank." Aurel menunjukkan powerbank yang ia bawa.

"Kok bisa gak ada?" Damar masih penasaran makanya ia kembali bertanya.

"Saat aku masih kecil gak ada Mas, tempatnya masih kayak hutan gitu. Tapi pasti seru kalau sama Mas..." Ucap Aurel sambil memeluk tubuh Damar dari samping.

***

Belum setengah jalan Damar sudah merasa lelah karena jarak yang sangat jauh. Damar dan Aurel memutuskan untuk beristirahat sejenak.

"Masih jauh?" Tanya Damar yang saat ini sedang merasakan hangatnya pelukan Aurel.

"Mas aku pengen cium."

Bukannya menjawab Aurel malah mengatakan hal itu. Seperti tidak bisa menahannya lagi, jari lentik Aurel mengelus bibir Damar.

Damar mengulum bibir mungil Aurel. Aurel yang akhir ini sangat mudah terangsang membuat Damar senang.

Bibir manis Aurel membuat Damar merasa candu, Damar bisa melakukan apapun demi orang ia cintai bahagia.

"Sayanghh..." Bisikan Aurel membuat Damar tersenyum, senyuman yang membuat Aurel berdebar karena senyuman itu sudah Aurel hapal.

"Di sini, Sayang." Damar menepuk pahanya, meminta agar Aurel duduk di pangkuannya.

Tanpa penolakan Aurel langsung menuruti ucapan suaminya, tapi tangan Damar menahan kaki Aurel yang akan duduk.

"Lepas dulu celana dalam, sayang."

"Hem," Aurel mengangguk membiarkan Damar membuka celana dalamnya. Karena Aurel selalu menggunakan rok, sehingga Damar dengan mudah melepaskannya.

"Ouhh yang ..." lenguhan suara lembut Aurel semakin terdengar seksi apalagi Aurel menyebut Damar dengan sayang.

"Shhh sayanghhh..." Aurel mendesis lalu bibirnya menjilat telinga Damar dengan sensual.

Tangan Damar yang bermain di selangkangan Aurel terhenti karena desahan demi desahan membuat Damar tak bisa menahan diri lagi untuk memasukkan sesuatu yang sudah sangat keras ini ke dalam vagina Aurel yang sudah basah.

"Kamu basah sayang, Mas masukin sekarang."

Aurel mengangguk lalu dengan perlahan kejantanan yang sudah sangat keras itu membelah bibir vagina Aurel lalu menerobos masuk dengan perlahan.

"Mmhh..." Aurel meraba tubuh Damar ketika merasakan rasa sesak dalam dirinya.

Keduanya saling menggenggam satu sama lain lalu Aurel mulai bergerak bergoyang naik turun.

'Kenapa dengan diriku? Aku semakin selalu menginginkan kamu Mas,' batin Aurel yang merasa candu dengan semua ini.

Nafas Damar memburu, ia membenamkan wajahnya di tubuh Aurel. Kecupan terus ia berikan sebagai rasa sayangnya.

Melihat raut wajah cantik Aurel yang keenakan membuat Damar merasa bahagia, Damar memejamkan matanya ketika Aurel memeluknya erat.

"Sekarang giliran Mas," Damar menciumi wajah dan leher Aurel lalu tangannya mencengkram pinggang Aurel dan Damar bergerak dengan cepat untuk meraih kenikmatannya.

"Huh...." keduanya saling memeluk tubuh satu sama lain dengan sangat erat. Aurel menatap wajah Damar lalu tersenyum.

Cup

"Kamu semakin cantik sayang," puji Damar yang benar-benar terpesona melihat kecantikan Aurel.

"Ahh ayang sakithhh," Aurel merintih kesakitan karena remasan tangan Damar yang sangat kencang.

"Kok sakit sih??" Damar menatap wajah Aurel penuh tanya. Damar dengan yakin bahwa ia meremas payudara Aurel seperti biasa dan Aurel selalu keenakan tapi sekarang malah kesakitan.

Tangan Damar dengan lembut mengelus payudara Aurel yang terlihat membesar dan lebih padat, jari telunjuk Damar terhenti melihat areola yaitu kulit disekitar puting yang terlihat lebih gelap.

"Apa kita perlu ke dokter?" Tanya Damar dengan polosnya.

"Ihhh gak mau, apaan sih Mas..., nanti malu tahu...! lagian ini wajar kayaknya." Tolak Aurel dengan ketakutan dan merasa malu.

"Ayo kita lanjut lagi jalanya."

"Mas masih pengen," ucap Damar dengan senyuman manisnya.

"Nanti kalau sudah sampai, aku kasih sampai Mas puas."

'Puas,' mendengar itu Damar menjadi lebih bersemangat untuk menyetir mobilnya.

To Be Continued...






















Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang