Chapter 8

66.2K 1.4K 9
                                    

Hani melongo melihat apa yang dilakukan oleh Damar dan Aurel, Hani tahu benar apa yang dilakukan oleh Aurel tapi Hani tidak bisa melihatnya.

"Mmhh..." Tangan Aurel meremas rambut Damar dengan wajah yang sayu. Hani merasa gemas karena tidak bisa melihat bagaimana perlakuan Damar saat ini sehingga membuat Aurel terdiam pasrah seperti itu.

"Mashh..."

Di saat orang lain sedang menikmati hidangan yang sudah disiapkan, Damar 'pun sedang menikmati hidangannya. Ibu Halimah menyiapkan makanan yang enak agar Damar tidak kecewa tapi yang sebenarnya Damar hanya ingin Aurel.

Mulut Damar terus menghisap puting Aurel dengan kencang seperti bayi yang kehausan. Sudah beberapa kali Damar menikmati ini tapi payudara Aurel sekarang sudah lebih besar.

Cup cup cup

"Mereka makan masih lama?" Damar bertanya tapi ia masih belum puas menyentuh Aurel.

"Gak tahu Mas, tapi pasti kita dicariin." Aurel menyandarkan kepalanya di bahu kekar Damar.

"Ya sudahlah takut kebablasan." Damar mengancingkan kembali pakaian Aurel, Damar bahkan merapihkan rambut Aurel yang kusut.

"Udah dulu yah?" Ucap Damar, tangannya mengelus wajah cantik Aurel yang hanya diam.

"Hmm," Aurel kembali menyandarkan kepalanya di bahu Damar.

Cup cup cup

"Mas keluar duluan yah sayang..." Damar berjalan sambil melihat lihat situasi.

Saat Damar ke rumah tiba tiba saja ibunya Aurel langsung menariknya untuk segera makan. Semuanya begitu ramai dan sangat berisik, tawa canda mengisi keramaian saat sedang makan bersama.

Setelah Damar pergi Aurel baru keluar, Aurel terkejut melihat Hani menatapnya dengan pandangan yang aneh.

"Ibu kamu nyariin." Setelah mengatakan hal itu Hani lalu pergi begitu saja.

'Apa Hani melihatku tadi?' Batin Aurel merasa cemas dan malu.

Aurel melihat Damar yang sedang makan bersama anaknya yang sangat lucu, Aurel begitu gemas dengan anak Damar yang sangat menggemaskan itu tapi Aurel merasa canggung jika harus berdekatan dengannya.

Suasana terus ramai hingga pada pukul sebelas malam semuanya menjadi sunyi, para tetangga sudah pulang bahkan Damar pun bersiap akan pulang.

"Mau pamit sama Aurel? Dia ada di kamar."  Ucap ibu Halimah. Damar sebenarnya tidak ingin pamit tapi kalau diberi kesempatan bisa dekat dengan Aurel maka Damar tidak menolak.

"Izin yah, Bu." Damar berjalan menuju kamar Aurel, sementara Adel dan bi Siti sedang menunggu di mobil.

***

Tok tok tok

Damar mengetuk pintu kamar Aurel, tak lama Aurel membukanya dengan ekspresi wajah yang terkejut.

"Mas, ada apa?" Tanya Aurel sedikit bingung.

"Mas mau pamit pulang," ucap Damar sambil memasuki kamar.

Cup cup cup

Damar yang tidak bisa diam di saat ada kesempatan langsung mencium bibir Aurel dengan bertubi tubi, tangan Damar memegang pinggang ramping Aurel.

"Mmhh... Mas." Aurel memejamkan matanya saat Damar menciumi lehernya dengan memburu

Damar melihat Yuna yang sudah tertidur nyenyak, Damar baru ingat jika Aurel tidak tidur sendiri tapi untungnya Yuna sudah tertidur.

"Mas pulang yah?" Damar sangat berat jika harus pulang sekarang, apalagi keadaan sangat mendukung dan Aurel pun sama sekali tidak menolaknya.

"Hu'um, hati hati di jalan yah Mas." Aurel melepaskan tangan Damar yang melilit tubuhnya, Aurel tersenyum manis membuat Damar semakin enggan untuk pulang.

"Cium Mas dulu," ucap Damar.

"Kan udah, kalau mau pulang yah sana." Aurel merasa malu dengan ucapan Damar apalagi Damar kembali memeluk tubuhnya.

"Pulang sana Mas, nanti ibu lihat lho." Aurel sedikit mendorong tubuh Damar agar cepat pergi.

"Cium sekali aja." Damar begitu ingin Aurel yang menciumnya bukan ia yang saja yang selalu mencium.

"Gak mau." Aurel mengatakannya dengan cepat.

"Ya udah Mas pulang." Damar kecewa, ia sangat berharap tapi yah ia tahu diri. Damar melepaskan pelukannya lalu pulang.

Aurel merasa bersalah tapi ia malu jika harus mencium Damar. Mendengar suara deru mesin mobil Aurel langsung mengintip, ia melihat Damar yang sudah menjauh dari rumahnya.

"Kenapa jadi khawatir kayak gini sih?" Aurel merasa tidak enak karena menolak Damar, apalagi Damar terlihat kecewa bahkan langsung pulang.

Aurel menatap cermin, ia melihat wajahnya dengan jelas. Tangan Aurel menyentuh bibirnya yang sudah beberapa kali Damar cium tapi ia sama sekali tidak berani jika harus mencium Damar calon suaminya.

***

Aurel bangun kesiangan karena acara semalam, bayangan saat Damar menciumnya dengan memburu membuat wajah nya memanas tapi seketika Aurel teringat saat Damar kecewa karena ia menolak keinginannya.

"Gak mungkin, mana mungkin Mas Damar marah karena hal kayak gitu." Aurel merasa menyesal kenapa ia tidak menuruti ucapan Damar saat itu, setidaknya ia tidak akan merasa resah seperti saat ini.

"Kakak bangun!!"

Datang datang Yuna berteriak memanggil Aurel, Yuna menunjuk nunjuk ke arah luar.

"Apa sih?" Aurel berjalan sambil kebingungan melihat tingkah adiknya.

"Kak, nih dari Damar katanya gak bisa ngasih langsung karena ada kerjaan." Ibu Halimah memberikan Aurel sebuah kotak berwarna merah muda.

"Ya udah saya langsung pamit yah, Bu." Seorang wanita cantik dengan pakaian yang seksi membuat Aurel merasa marah. Aurel merasa yakin kalau Damar pasti sering bertemu dengan wanita yang seperti itu.

"Beruntung banget kamu nak, calon suami kamu pekerja keras mana royal banget lagi." Ibu Halimah meninggalkan Aurel yang masih melamun memeluk kado dari Damar.

Aurel yakin jika Damar kesal padanya, buktinya ia bahkan tidak mau memberikan kadonya secara langsung.

To Be Continued...




































Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang