Sudah sampai rumah membuat Aurel kembali bermalas-malasan, Aurel menunggu suaminya yang sedang mengerjakan pekerjaan penting.
Aurel mengelus perutnya, Aurel teringat sesuatu yang membuat dirinya langsung bangkit. Pelan-pelan Aurel membuka laci dan ternyata benar, tespek yang sudah ia gunakan masih belum disembunyikan.
Menunggu Damar selesai membuatnya bosan, padahal Aurel sudah kangen lagi sama suaminya.
Terdengar suara mobil yang membuat Aurel langsung bergegas ke bawah. Aurel merentangkan kedua tangannya dengan senyum lebarnya karena Damar akhirnya pulang.
Cup
"Kenapa belum tidur?" Damar memeluk dan mencium Aurel dengan gemas, bukan hanya itu Damar juga menggendong tubuh Aurel dan membawanya ke kamar.
"Aku nungguin Mas tahu..., tapi lama." Aurel menyandarkan kepalanya dengan manja.
"Kamu jauh lebih manja daripada Dila, sayang." Ucap Damar yang dengan entengnya menggendong tubuh Aurel hingga sampai ke kamar.
"Hihi gak papa, lagi pula Dila sudah bobo jadi gak masalah."
"Iya, sekarang kamu yang harus tidur." Damar membaringkan tubuh Aurel, yang langsung kembali memeluknya.
"Mas kok bisa lama sih?" Tanya Aurel dengan tangan melingkar di pinggang Damar, sementara Damar sedang membuka pakaiannya.
"Kamu tahu Rega?" Damar menoleh melihat Aurel yang langsung mengangguk.
"Kayak yang ngerti aja apa yang Mas maksud...."
"Tapi aku ngerti Mas..." Aurel langsung menyahut padahal Damar belum selesai bicara.
"Rega itu bukan anak Mas, pantas saja Mas masih ganteng orang Rega bukan anak Mas. Aku lihat di kartu indentitas Mas." Jawab Aurel yang terlihat tertarik dengan pembicaraan ini.
"Ganteng... ganteng, dulu aja bilang tua." Damar ikut berbaring, memeluk mesra tubuh istrinya.
"Habisnya dulu kan belum kenal masa aku puji-puji Mas," Aurel cengengesan mengingat ucapan dulu kepada Damar.
"Alasan kamu." Damar menarik tubuh Aurel ke dalam dekapannya.
"Terus kenapa Mas bisa pulang lama? Apa hubungannya sama Rega?"
"Tadi Mas ketemu sama ayahnya Rega, dia sedang sakit..."
"Tunggu! Ayahnya masih hidup, tapi kenapa Rega tinggal di sini?" Aurel bingung dengan keluarga suaminya.
"Itu anak jarang pulang, keluyuran kerjaannya, gak tahu bagaimana dia kuliah di sana. Ayahnya juga pengusaha sukses, uang dari Mas dan dari ayahnya yang membuat Rega bertingkah seenaknya."
"Hmm pantas saja dulu dia sering tuh traktir orang-orang, apalagi motornya suka ganti-ganti. Paling songong deh anaknya, pacarnya ganti-ganti terus." Aurel terus berbicara mengingat kelakuan Rega saat masih di SMA.
"Kok semangat banget sih cerita tentang Rega-nya? Kok Mas cemburu yah...?"
"Ihhh apaan sih? Mas ah gak boleh ngomong gitu...." Aurel langsung berbalik menghadap wajah suaminya.
"Mwuach, orang cintanya aku hanya Mas aja." Ciuman di dapatkan membuat Damar hanya tersenyum.
Tangan Aurel terangkat mengelus wajah Damar, Aurel sepertinya tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya hingga ia terus saja tersenyum.
"Ada kabar gembira apa?" Tanya Damar ketika melihat wajah istrinya yang terlihat berseri-seri.
"Gak ada apa-apa," jawab Aurel dengan wajah bahagia.
"Hmm, baiklah." Damar meraba-raba paha Aurel yang berada di atas pinggangnya.
Keduanya saling meraba satu sama lain. Aurel semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Damar.
"Besok berangkat kerja gak?" Tanya Aurel.
"Mas ada urusan lain, gak tahu kenapa ayahnya Rega meminta bertemu lagi dengan Mas? Mungkin ada masalah yang sangat penting."
Damar tidak mengatakan hal romantis atau pujian tapi Aurel terus saja tersenyum, Damar yang melihatnya merasa curiga ada sesuatu yang disembunyikan oleh Aurel.
"Kenapa sih...?" Damar menarik hidung Aurel dengan gemas.
"Gak apa-apa Mas, memangnya kenapa? Orang biasa aja." Aurel tidak bisa menyembunyikan senyumannya, akhirnya ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Damar untuk menyembunyikan wajahnya.
"Ya sudah. Mas matikan lampunya ya? tidur udah malam."
Kamar menjadi gelap, Aurel memejamkan matanya dengan tangan mengelus-elus wajah suaminya sampai ia tertidur.
***
Aurel bangun pagi sekali, ia langsung memasak dengan suasana bahagia. Ada hal yang membuatnya selalu bahagia.
Bukan hanya memasak saja, Aurel juga sudah mengurus Dila.
"Makan yang banyak, Bunda mau bangunin ayah dulu."
"Iya, Bunda." Dila menjawab dengan mulut yang penuh makanan.
***
Aurel menghela nafas melihat suaminya yang masih saja tertidur nyenyak, jika tidak akan kerja Damar akan selalu seperti ini.
"Mas gak mau bangun?" Ucap Aurel pelan. Tangan Aurel membelai wajah Damar yang terlihat damai sekali.
Cup
"Bangun Mas...." Dengan isengnya Aurel mencium bibir Damar supaya bangun.
"Hmm..." Damar hanya berdeham sebagai jawaban tapi matanya masih terpejam.
"Ayo bangun, Dila udah nungguin tapi ayahnya lama..."
Mendengar penuturan Aurel membuat Damar tersenyum.
"Ayah lama...? Bunda kenapa ganggu Ayah tidur?" Damar bangun mendudukkan tubuhnya bersandar di tubuh Aurel.
"Ayah masih ngantuk Bunda..." Ucap Damar sengaja menggoda istrinya.
"Ish Mas apaan sih..., ayo bangun."
Damar membuka matanya, Damar menahan tangan Aurel lalu mencium bibir Aurel. Dengan memaksa akhirnya mulut Aurel terbuka, Damar mengulum bibir Aurel dengan menuntut.
"Ayo turun, Dila sudah menunggu bukan?" Ucap Damar setelah ciumannya berhenti.
"Sekali lagi deh, mwuach, lagi deh mwuach..."
"Udah ah, gak akan ada selesainya..." Aurel keluar kamar lebih dulu di susul oleh Damar dengan senyuman jahilnya.
To Be Continued...
Udah lumayan lama gak up karena aku sakit, sekarang bisa up lagi karena udah mulai sembuh.
Kalian jaga kondisi ya, di cuaca yang seperti ini karena di tempat aku banyak banget yang sakit, lagi musim sakit kali ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Single Daddy
RomanceDamar seorang ayah tunggal dengan dua anak yang selalu dibuat pusing oleh anak sulungnya yang bernama Rega. Damar memutuskan untuk mencari seorang gadis yang tepat untuk anak sulungnya tapi di saat ia menemukan gadis yang tepat, Damar tidak melamar...