Chapter 3

71.4K 1.9K 47
                                    

"Ya Allah. Aurel kamu beruntung banget nak punya calon suami baik." Ibu Halimah begitu bahagia melihat barang barang memasuki rumahnya.

"Lebay banget sih bu," Aurel memasuki kamarnya yang sumpek. Aurel membaringkan tubuhnya di ranjang.

Aurel begitu kesal melihat Damar mengirimkan pesan, Aurel merasa terganggu oleh si duda tua itu.

"Apa sih?! Katanya mau kerja tapi malah nelpon." Ucap Aurel langsung ngegas.

"Ya udah kamu istirahat aja, kalau Mas menganggu matiin aja teleponnya."

Tut

Aurel langsung mematikan panggilannya tapi Aurel langsung terdiam merasa bersalah karena sudah berkata tidak sopan.

"Kalau Mas Damar tua itu membatalkan pernikahannya, Ibu bisa bisa marah tapi bodo amat aja lah. " Aurel melemparkan ponsel bututnya ke sembarang tempat.

***

"Kak, kamu gak usah nyuci lagi lihat biar ibu aja. Mudah banget gak capek."

Aurel hanya manggut manggut saja melihat ibunya begitu antusias mencuci pakaian menggunakan mesin cuci.

"Wih... Ibu udah masak yah tumben banget." Biasanya pagi pagi semuanya sibuk beres beres kalau sekarang saat ia bangun tidur semuanya sudah beres.

"Iya lah orang banyak bahan nya jadi ibu semangat, calon suami kamu emang luar biasa." Ibu Halimah memuji Damar yang sudah begitu baik memberikan barang barang.

"Tapi sayangnya udah tua." Aurel masih tidak bisa menerima jika ia menikah dengan pria yang sudah tua.

"Jangan kayak gitu kak, nanti kamu yang kesemsem sama si duda tua yang kamu maksud."

"Amit amit." Aurel meninggalkan ibunya yang selalu menggodanya.

***

Aurel menatap ponselnya, ia merasa kalau kehadiran Damar membuat hidupnya berubah padahal baru beberapa hari Damar memasuki hidupnya.

Aurel ingin berbicara dengan Damar dan minta maaf karena sudah berkata tidak sopan sementara Damar memberikan  apapun yang Aurel inginkan.

"Ihhh... kuota abis lagi, mana gak punya duit." Aurel tidak bisa menghubungi Damar untuk minta maaf.

Aurel sebenarnya punya uang yang diberikan Damar tapi Aurel malu untuk memakainya karena Aurel selalu menjelek jelekkan Damar.

***

Sudah tiga hari berlalu saat Aurel pergi bersama Damar, mereka sama sekali tidak bertukar kabar layaknya pasangan kekasih.

Aurel berpikir kalau Damar sudah pasti akan membatalkan niatnya untuk menikah dengan gadis seperti dirinya yang tidak bisa bersikap baik.

"Apaan sih ni otak kenapa mikirin itu terus..."

Aurel keluar kamar dengan penampilan yang acak acakan. Saat Aurel keluar tiba tiba saja ada seseorang yang membuat Aurel kaget.

Bagaimana tidak kaget kalau saat ini ia melihat Damar sedang ada di rumahnya sambil ngobrol ngobrol dengan makanan yang begitu banyak.

"Kakak!!" Teriak Dimas, adiknya yang masih kecil.

"Hmm," Aurel hanya berdeham malu. Aurel duduk di dekat orang tuanya sementara ketiga adiknya memeluk tubuh Damar.

"Sksd." Ucap Aurel lirih dengan tatapan mata yang tajam.

Aurel mengambil satu makanan tapi ibunya malah mengambilnya saat makanan tersebut mau masuk ke mulut.

"Sana siap siap tuh Nak Damar sudah nunggu." Ibu Halimah menyuruh Aurel untuk siap siap.

Aurel kesal ia masuk ke kamar untuk siap siap, padahal Aurel males banget kalau harus keluar rumah.

"Apaan sih siap siap buat si tua itu, kesel banget! Kenapa harus nikah sama duda sih? Tapi kenapa aku sendiri malah menerimanya..." Aurel terus saja menggerutu tak jelas.

Aurel mengambil hp nya tapi ia kesal lalu melemparnya dan pergi begitu saja.

"Hp butut, gak akan ada gunanya kalau di bawa."

Aurel keluar dengan penampilan yang sama aja hanya rambutnya sekarang lebih rapi.

Sang Ibu meringgis melihat penampilan anaknya yang diajak calon suami bukannya dandan ini malah kayak mau pergi ke warung.

"Ayok katanya mau pergi?" Aurel pamit terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya.

"Kenapa diam aja? Malu bawa aku hah?" Aurel terus saja marah marah padahal Damar tidak melakukan kesalahan sedikitpun.

"Bukan kayak gitu tapi kamu kenapa kok marah marah terus sama Mas?" Damar memegang tangan Aurel yang langsung ditepiskan oleh Aurel.

"Karena Mas udah tua!" Aurel dengan beraninya berkata seperti itu kepada Damar.

***

Damar dan Aurel sama sama diam. Di mobil keduanya saling membisu,  Damar juga seperti tidak ada niat untuk buka suara.

Damar putar balik arah, ia kembali membawa mobil ke arah rumah Aurel.

"Kenapa balik lagi?" Aurel heran dengan Damar yang membawanya kembali pulang.

"Kamu nya juga kayak gak mau gitu, buat apa juga 'kan?" Damar mengajak Aurel jalan jalan supaya Aurel senang tapi yang terjadi malah sebaliknya.

"Kamu gak mau nikah sama Mas?" Damar menghentikan mobilnya di tempat yang sunyi dan sepi.

Tatapan mata Damar membuat Aurel salah tingkah. Damar menggenggam tangan Aurel dengan lembut.

"Bilang dari sekarang kalau gak mau, Mas gak akan maksa kamu kalau kamu nya jelas. Di mulut jawabannya iya tapi sikap kanu kayak jijik gitu sama Mas." Damar mengelus wajah Aurel yang sekarang hanya diam menunduk.

"Gak mau? Mas akan bilang sama orang tua kamu, kita batalkan semuanya." Damar menarik dagu Aurel agar menatap wajahnya.

"Bukan gitu..." mata Aurel berkaca kaca dengan suara yang bergetar akan menangis.

"Terus gimana?" Damar menangkup wajah Aurel dengan kedua tangannya.

Aurel diam tidak menjawab, ia memalingkan wajahnya tidak mampu menatap mata Damar.

"Gimana hmm?" Damar mendekatkan wajahnya dengan wajah Aurel yang cantik meskipun tanpa riasan.

Cup

Saat Aurel menoleh ke arah Damar, bibir keduanya langsung menempel. Mata Aurel membulat, Aurel tidak tahu kalau wajah Damar sangat dekat dengan wajahnya.

To Be Continued...

Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang