After Married: 15

13.4K 315 5
                                    

Kring... kring...

Suara alarm membangunkan Aurel tapi tidak dengan Damar yang sangat pulas.

Cup

Aurel tidak ingin mengganggu tidur nyenyak Damar, ia bangkit keluar kamar untuk bersih-bersih. Aurel selalu diajarkan untuk bangun pagi jika berada di tempat orang lain.

Tangan Aurel yang sudah terbiasa membersihkan rumah tidak terlihat kesusahan meskipun ia membersihkan rumah dengan cara yang sangat manual.

Aurel melakukan semuanya dengan tangannya sendiri di saat orang lain masih nyenyak tertidur.

***

Hoek hoekk

Nenek yang sedang tertidur langsung terbangun mendengar suara orang yang muntah.

Baru keluar kamar nenek melihat rumah yang sudah sangat bersih dan rapi, kaki nenek melangkah ke dapur melihat makanan yang lezat sudah tersaji.

Hoekk...

Nenek melihat Aurel sedang muntah-muntah, dengan cepat nenek membantu Aurel.

"Cucu nenek kenapa?"

Aurel hanya menggelengkan kepalanya dengan tangan nenek memijat tengkuknya.

"Ke kamar nenek ya, biar nenek pijat tubuh kamu." Nenek membantu Aurel berjalan ke kamarnya.

***

Aurel terbaring dengan kain yang melilit tubuhnya, jika Damar melihatnya mungkin Damar tidak akan bisa menahan dirinya.

Nenek tersenyum melihat tubuh cucunya yang sangat indah dengan kulit putih bersih tanpa ada bekas luka sedikitpun.

Tangan nenek menurunkan kain yang menutupi tubuh Aurel lalu mulai memijatnya dengan perlahan.

Nenek memberi tahu Aurel tentang keadaan tubuhnya tapi nenek bilang jika ingin lebih yakin periksa saja ke dokter.

***

Aurel melihat Damar yang masih saja tidur, senyuman Aurel terlihat sangat manis ketika mengingat ucapan neneknya.

"Apa benar kalau aku..?" Aurel mengigit bibirnya kegirangan dengan tangan mengelus perutnya yang datar.

Aurel mendekati Damar lalu berbaring disampingnya, tangan Aurel membelai wajah Damar yang terlihat tampan meskipun sedang tidur.

Tangan Aurel menarik tangan Damar untuk mengelus perutnya, Aurel memejamkan matanya menikmati sentuhan tangan Damar pada perutnya.

Aurel terlalu senang, bahkan sentuhan tangan Damar terasa nyaman di perutnya.

Damar membuka matanya, terlihat tatapan matanya yang terkejut melihat penampilan Aurel.

Glek

Damar menelan ludah melihat Aurel sangat seksi dengan kain yang hanya menutupi setengah dada dan paha Aurel.

"Apa maksudnya ini sayang?" Tangan Damar yang ada di perut turun mengelus paha Aurel, Damar menatap wajah Aurel ketika merasakan licinnya kulit Aurel karena minyak.

"Aku habis dipijat," ucap Aurel dengan senyum manisnya.

"Sama siapa?!" Tanya Damar cepat dengan penuh penekanan.

"Nenek. Tadi aku pusing sedikit, agak pegel juga tubuh aku tapi sekarang udah enakan." Aurel sedikit mengubah posisinya, ia mencari posisi nyaman dan berakhir di dalam kurungan tubuh Damar.

"Awas saja sama orang lain, Mas gak rela."

Tangan Damar terus meraba-raba kaki Aurel, bahkan dengan perlahan Damar menyingkap kain yang menutup paha Aurel.

"Mas makan dulu ya, aku udah masak lho." Aurel menyentuh tangan Damar untuk berhenti.

Cup cup cup

Bukannya berhenti Damar malah semakin menjadi, ia menciumi paha Aurel hingga Damar membenamkan wajahnya di selangkangan Aurel.

Cup cup cup

"Shhh Mashh..." Aurel yang sudah tahu bahwa Damar tidak bisa ditahan jika sudah seperti ini, ia hanya bisa pasrah..

Jari telunjuk Damar menarik ujung celana dalam Aurel dengan gerakan yang sangat perlahan.

Krukk... krukk

Aurel memalingkan wajahnya ketika perutnya berbunyi.

Cup cup cup

"Hahaha... Kenapa kamu menggemaskan sekali sayang...?"  Damar menciumi perut Aurel yang sudah minta untuk diisi.

Aurel merasa nyaman ketika perutnya dicium oleh Damar, ada sesuatu yang berbeda yang Aurel rasakan.

"Ayo kita makan dulu sayang, nanti kita lanjutkan lagi." Damar menarik tubuh Aurel.

"Lanjutkan apa Mas?" Tanya Aurel dengan wajah polosnya.

"Lanjutkan ini," tangan Damar meremas selangkangan Aurel tanpa merasa ragu.

"Iya, nanti malam ya Mas?"

Damar mengangguk lalu mencium bibir Aurel sebelum keduanya keluar kamar.

***

Damar makan dengan lahap apalagi ini semua makanan yang sudah disiapkan oleh Aurel istrinya.

"Mas baru kali ini makan makanan yang seperti ini," ucap Damar dengan mulut yang masih penuh.

"Iyakah?"

Damar mengangguk dengan semangat.

Tok tok tok

Nenek membuka pintu lalu membukanya dengan lebar hingga tamu tersebut bisa melihat keberadaan Aurel dan Damar yang sedang makan.

"Nek, ini hasil panen yang kemarin."

Nenek menerimanya lalu mempersilahkan tamunya masuk, tapi nenek tidak sadar apa yang ia lakukan membuat Damar panik.

Damar melihat Aurel yang hanya menggunakan kain langsung panik, apalagi yang masuk ada laki-laki.

"Rel kapan sampai?" Tanya tamu pria itu dengan santai.

"Kemarin," jawab Aurel dengan singkat.

"Ekhem," Damar berdeham melihat tatapan pria itu saat menatap tubuh Aurel. Damar seorang pria sehingga ia mengerti maksud tatapan tamu itu.

"Minum Mas," Aurel dengan cekatan memberi segelas air untuk Damar. Aurel pikir Damar tersedak padahal Damar hanya ingin sang tamu menyadari kehadirannya.

"Mas gak apa-apa sayang," Damar menerima segelas air lalu ia memberikan kode agar Aurel masuk ke kamar.

"Apa?" Aurel sedikit kebingungan tapi ia mengerti maksud Damar.

Aurel meninggalkan Damar dengan tamu yang sebenarnya adalah teman semasa kecilnya Aurel.

"Saya masuk dulu," pamit Aurel.

"Tunggu!" Pria itu menghentikan langkah Aurel yang mau pergi.

"Apa?"

"Nanti malam jangan lupa datang ya," ucap pria itu dengan tatapan yang hanya tertuju pada Aurel.

Damar yang melihatnya sudah geram, apalagi Aurel tidak masuk malah diam saja seperti menikmati tatapan pria asing itu.

To Be Continued...















Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang