"Jangan ngomong kayak gitu." Damar mendekap tubuh Aurel dengan erat.
"Aurel rasa Mas gak mau nikah, ya sudah Aurel juga gak akan maksa." Aurel mencoba melepaskan tubuhnya dari dekapan Damar.
"Kata siapa hah? Jangan kayak gini dong sayang, Mas minta maaf yah." Damar tidak membiarkan Aurel lepas begitu saja, ia tetap memeluknya dengan erat.
"Mas selalu bilang kalau Mas mau kita menikah secepatnya tapi saat Bapak nyuruh Mas buat nikahin aku, Mas malah gak mau dengan alasan ada pekerjaan atau apa lah." Aurel bicara dengan terisak, ia tidak pernah sekalipun berhubungan tapi saat baru pertama kalinya berhubungan Aurel merasa sangat kecewa karena Damar sepertinya hanya ingin main main saja dengannya.
"Kita menikah minggu depan, biar Mas yang urus semuanya."
Damar tak henti hentinya mencium puncak kepala Aurel, Damar hanya ingin Aurel dan tidak akan membiarkan Aurel memutuskan hubungan begitu saja.
"Aurel mau masuk, Mas pulang aja." Aurel mendorong tubuh Damar tapi Damar sama sekali tidak bergeming sedikitpun.
"Aurel pengen masuk."
Damar sama sekali tidak mendengarkan ucapan Aurel yang ingin masuk ke rumah, Damar ingin menyelesaikan semuanya saat ini juga.
"Maafin Mas." Damar melepaskan pelukannya, dengan cepat Aurel menjaga jarak.
Aurel tidak mengatakan apa apa, ia langsung masuk ke rumah meninggalkan Damar sendiri. Damar terdiam ia berjalan dengan lunglai.
Dalam mobil Damar tidak langsung jalan, ia memikirkan Aurel yang salah paham besar.
***
"Bi!! Bibi...!" Damar masuk ke rumah dengan berteriak teriak memanggil Bi Siti.
"Iya, Tuan." Bi Siti dengan cepat menghampiri Damar yang terlihat tegang.
"Tolong bantu saya menyiapkan persiapan untuk menikah." Damar sudah tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, yang Damar pikirkan hanya menikahi Aurel secepatnya sebelum Aurel berubah pikiran dan tidak mau menikah dengannya.
"Siapa yang akan menikah, Tuan?" Bi Siti kebingungan, jika Damar yang menikah itu tidak mungkin karena baru beberapa hari yang lalu Damar bertunangan.
"Saya yang akan menikah." Ucap Damar dengan resah.
Damar berjalan menuju kamarnya, ia harus memberitahu Aurel kalau ia sudah menyiapkan persiapan pernikahan.
***
Aurel tidak mengangkat panggilan dari Damar yang sudah ratusan kali, Aurel benar benar merasa kecewa.
Apa yang Aurel lakukan membuat Damar uring uringan gak jelas, Damar datang ke rumah Aurel karena ia merasa rindu setelah diabaikan.
Damar memperhatikan rumah Aurel yang terlihat sangat sepi, mungkin karena anak anak sedang sekolah dan orang tuanya yang sedang di kebun.
Tok tok tok
Damar mencoba mengetuk berharap Aurel berada di rumah dan membukakan pintu untuk nya.
"Tunggu...!"
Damar tersenyum, ia sangat merindukan Aurel padahal kemarin mereka bertemu tapi karena Aurel mengabaikannya membuat Damar merasa rindu dan ada rasa takut kalau Aurel akan meninggalkannya.
Ceklek
"Mas?" Aurel terdiam melihat Damar lah yang datang.
"Iya, ini Mas." Damar tersenyum, ia masuk lalu memeluk tubuh Aurel.
"Mas kangen kamu sayang..."
"Lepas, Mas."
Damar yang sedang nyaman memeluk tubuh Aurel merasa tidak terima ketika Aurel mendorong tubuhnya.
"Masih marah hmm? Maaf yah sayang, Maafkan Mas yah..." Damar mengelus wajah Aurel yang terlihat kesal.
"Enggak papa kok, Aurel hanya minta sama Mas agar sedikit menjaga jarak lagi pula Mas gak serius 'kan." Ucapan Aurel membuat Damar tersenyum kecut, Aurel kembali mengungkit masalah kemarin.
"Mas sudah menyiapkan persiapan pernikahan, kamu senang?" Damar menangkup wajah Aurel berharap Aurel tersenyum senang mendengar kabar baik yang ia ucapkan.
"Mas mau menikah dengan siapa?" Aurel menatap Damar dengan tatapan yang meragukan.
"Sama kamu lah sayang, kok kamu bilang kayak begitu sih?"
"Yah karena kemarin Mas bilangnya gak bisa menikah dengan Aurel, iya 'kan? Terus secara tiba tiba aja Mas bilang sudah mempersiapkan pernikahan." Aurel terlihat sangat berbeda dengan Aurel yang sebelumnya Damar temui.
"Pada intinya Mas mau minta maaf." Damar dengan cepat memotong ucapan Aurel.
"Ok. Ya sudah, tapi Aurel gak bisa Mas kalau harus melanjutkan semua ini. Mas juga gak serius 'kan sama Aurel? jadi kita akhiri semuanya dengan cara baik baik."
Damar tertohok mendengar ucapan Aurel yang ingin mengakhiri hubungannya, Damar menatap mata Aurel dengan dalam.
"Mas sayang kamu, Mas serius bahkan sangat serius sama kamu."
Melihat mata Damar berkaca kaca membuat Aurel memalingkan wajahnya, Aurel tidak bermaksud berkata seperti itu tapi Aurel hanya ingin melepaskan hubungan ini lagi pula Damar berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dan yang lebih dewasa tidak seperti dirinya yang masih labil.
"Hanya gara gara kemarin kamu mau mengakhiri segalanya hah?" Damar mulai emosi, tangannya mengepal.
Damar menarik tubuh Aurel ke dalam pelukannya, Damar mencoba meredam amarahnya dengan cara memeluk tubuh Aurel. Damar sampai kapanpun tidak akan melepaskan Aurel, Damar tahu ia salah makannya ia meminta maaf tapi Damar sama sekali tidak akan melepaskan Aurel.
"Maafkan Mas sayang, Mas menyesal kemarin berkata seperti itu." Damar mengangkat tubuh Aurel lalu dengan seenaknya Damar membawa Aurel ke kamar.
Damar membaringkan tubuh Aurel di ranjang, Aurel menolak tapi Damar sama sekali tidak menghiraukannya.
Cup cup
"Maafkan Mas sayang." Damar menciumi wajah Aurel dengan mata yang berkaca kaca.
"Mas apaan sih?" Aurel menahan Damar yang akan kembali menciumnya.
Damar membenamkan wajahnya di ceruk leher Aurel, Damar benar benar takut kehilangan Aurel.
"Maaf."
Aurel terdiam sejenak, ia merasakan lehernya basah tapi mana mungkin Damar menangis. Aurel juga merasa ada yang aneh dengan dirinya sendiri yang begitu marah saat Damar menolak untuk menikahinya, Aurel merasa egonya terlukai saat Damar sepertin tidak menginginkannya di saat semua pria yang sebelumnya selalu mengejar ngerjarnya.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Single Daddy
RomanceDamar seorang ayah tunggal dengan dua anak yang selalu dibuat pusing oleh anak sulungnya yang bernama Rega. Damar memutuskan untuk mencari seorang gadis yang tepat untuk anak sulungnya tapi di saat ia menemukan gadis yang tepat, Damar tidak melamar...