After Married: 27

9.3K 258 5
                                    

Sesuai ucapannya Damar akhirnya bisa mengantar Aurel untuk periksa kandungan.

Setelah selesai keduanya memilih untuk di taman di bawah pohon yang rindang dan angin yang sejuk.

Aurel menyandarkannya kepalanya dengan senyuman yang tidak pernah memudar di wajah cantiknya.

"Mas aku sangat bahagia, akhirnya aku akan menjadi seorang ibu..." Ucap Aurel dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mas juga sangat bahagia..." Damar mengecup mata Aurel yang sudah berkaca-kaca.

Keduanya berpegangan tangan dengan erat. Tinggal menunggu beberapa bulan lagi akan ada hadir buah hati keduanya yang pasti sudah sangat dinantikan.

"Sehat-sehat ya... di perut Bunda..." Damar mengelus perut Aurel.

"Terima kasih..." Tangan mungil Aurel menggenggam tangan Damar.

Cup

"Kita pulang?"

"Hmm boleh."

Damar menggandeng tangan Aurel keduanya berjalan bersama dengan tangan saling menggenggam erat.

***

Baru kali ini Damar memasak, karena rasa cintanya yang besar untuk sang istri Damar tidak keberatan melakukan hal seperti ini padahal Damar bisa saja menyuruh bibi.

"Hmm wangi..." tangan Aurel langsung melingkar di perut Damar.

"Iyakah?" Tangan Damar mengelus kepala Aurel, keduanya terlihat romantis.

"Aku laper..." Aurel berbicara dengan manja, pelukannya pun semakin erat.

"Sudah selesai..." Damar memperlihatkan nasi goreng yang ia buat. Hanya masak nasi goreng tapi dapur langsung terlihat seperti kapal pecah, Aurel hanya tersenyum miris melihat dapurnya yang sangat rapi menjadi kacau.

"Terima kasih..." Aurel menerima nasi gorengnya, untuk sementara Aurel tidak ingin memikirkan atau melakukan sesuatu yang bisa membuatnya kesal.

"Sini, biar Mas yang suapin."

Sekarang nasi goreng kembali berada di tangan Damar, Aurel menuruti keinginan Damar.

"Aaa..."

Damar menyuapi Aurel dengan tulus. Tapi tanpa Aurel tahu, sebenarnya Damar sangat ingin bertanya mengenai Yuna tapi situasinya memang tidak tepat.

"Makan yang banyak ya sayang..."

"Iya," jawab Aurel yang tersenyum lebar karena terlalu senang diperhatikan oleh suaminya.

***

Damar memperhatikan wajah cantik Aurel yang begitu nyenyak, Damar melirik jam. Aurel sekarang lebih mudah mengantuk, masih siang tapi sudah tidur, tidak seperti biasanya.

Tangan Damar mengelus wajah Aurel, terlihat sangat menggemaskan Damar langsung mencium kening dan bibir Aurel bergantian.

"Mmhh..." Aurel bergerak karena terganggu dengan sentuhan Damar.

Cup

"Lanjut tidur lagi sayang..." Damar dengan cepat ikut berbaring dan mendekap tubuh Aurel sehingga Aurel kembali tertidur.

"Mwuach, tidur yang nyenyak sayang..."

Damar kembali mencium kening Aurel lalu ia ikut terlelap menyusul istrinya yang sudah lebih dulu.

***

Beberapa bulan berlalu....

Aurel kini dijaga oleh orang tua dan suaminya dengan penuh kasih sayang. Perut Aurel sudah tidak langsing lagi, sekarang perutnya membesar tapi itu tidak memudarkan kecantikannya..

"Makan buah dulu, Kak." Yuna memberikan buah-buahan yang sudah ia kupas untuk kakaknya. Hari ini Yuna ingin menemani kakaknya yang tengah hamil besar.

"Terima kasih," ucap Aurel dengan tatapan yang begitu tulus. Aurel memperhatikan Yuna yang sangat baik padanya meskipun tidak ada hubungan yang pasti diantara keduanya.

"Kau terlalu baik Yuna," ucap Aurel.

"Menurutmu saja," jawab Yuna dengan dingin. Sikap dingin Yuna sama sekali tidak bisa menutupi kebaikannya kepada Aurel. Jika Aurel bisa mengatakan isi hatinya, maka Aurel ingin berterima kasih karena Yuna selalu ada dalam hidupnya sebelum Damar datang dan mengubah hidupnya dengan penuh kebahagiaan sampai saat ini.

"Kau tahu, Kakak berharap anak Kaka ini tumbuh cantik seperti dirimu." Aurel mengelus perutnya.

"Tapi aku harap anak itu tumbuh seperti ibunya, tapi kalau bisa jadilah diri sendiri. Aku harap kau jadi orang tua yang tidak memaksakan kehendak diri sendiri pada anakmu nanti." Yuna duduk di samping Aurel. Tangan Yuna dengan perlahan menyentuh perut besar Aurel.

"Yuna..." Aurel menyentuh tangan Yuna yang sedang mengelus perutnya.

"Kakak yakin kamu pasti akan menjadi ibu yang baik suatu saat nanti."

Yuna melepaskan tangannya dengan cepat ketika mendengar ucapan Aurel.

"Aku tidak yakin bisa menjadi seorang ibu, jalan hidup semua manusia tidaklah sama. Tidak semua orang memiliki akhir sama kecuali kematian."

Yuna keluar meninggalkan Aurel, tanpa kata Yuna pergi. Sikapnya yang seenaknya saja terkadang membuat Aurel kesal tapi Aurel mulai terbiasa dengan hal itu.

"Apa orang kaya selalu memiliki sikap angkuh seperti itu..?" lirih Aurel ketika Yuna keluar dari kamarnya.

To Be Continued...
































Married with Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang