Chapter 3

15.2K 1.3K 20
                                    

   🍁🍁🍁




   Beberapa karyawan yang melihat kedatangan Bella menunduk memberi hormat. Mereka terheran-heran, karena biasanya Aluna sendiri lah yang datang ke kantor. Setelah melihat Bella memasuki lift, bisik-bisik terdengar di seantero perusahaan.

   Ada yang tak menduga jika Ayla yang tak pernah mau tau tentang segala perusahaan ayahnya tiba-tiba datang berkunjung. Ayla yang mereka kenal juga selalu berpakaian tidak seperti remaja pada umumnya.

   Namun kini mereka terkejut melihat perubahan Ayla menjadi sosok yang menawan dan terkesan elegan. Apalagi mau datang ke perusahaan papanya sendiri.

    Bella memasuki ruang kerja papanya dan mendapati Aluna tengah bermesraan dengan seorang laki-laki yang ia duga suami sirinya. Cih, kalau saja Tita tau apa yang ibunya perbuat, ia pasti akan sangat marah dan kecewa.

    "Siapa yang-! A-ayla...", ucap Aluna terbata.

    "Surprise!"

    Bella tersenyum licik lalu melangkah dengan arogan menuju tempat duduk dua orang rendahan itu.

   Ia melempar beberapa lembar kertas yang berisi hak perusahaan yang sudah jatuh ke tangan Bella. Aluna mengambilnya dengan kasar lalu membaca dengan mata yang berapi-api.

   'Sial! Kenapa ia berubah jadi peduli tentang perusahaan papanya!', pikir Aluna dengan kesal.

    "Apa-apaan ini!", bentaknya kasar pada Bella.

    "Mata Anda masih berfungsi kan? Jelas-jelas disitu tertulis, jika saya sudah menjadi pemilik perusahaan ini secara resmi. Karena memang seperti itulah seharusnya"

   Bella berkata sambil mendorong dada Aluna menggunakan telunjuknya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu memberi isyarat kepada kedua orang biadab ini untuk keluar dari ruangan mendiang ayah Ayla.
 
    "Keluar, semua di sini akan tunduk dengan saya, apa mau saya panggilkan satpam, nyonya Aluna?", tekan Bella.

   Bella tersenyum menang melihat Aluna dan pak tua tersebut keluar dengan wajah yang memerah padam menahan amarah.

    "Perfect!"

  Bella duduk di meja kebesaran mendiang papa Ayla. Ia harus segera mengurus beberapa problem perusahaan, dan mengurus beberapa taktik cabang perusahaan dibeberapa kota agar lebih berkembang pesat.

   Selama ini Aluna hanya tau menghambur-hamburkan uang tanpa ingin mengembangkan perusahaan mendiang papa Ayla.

     'Dasar orang ga guna', gerutu Bella dalam hati.

   

🕯️🕯️🕯️

   Beberapa Minggu sudah berlalu, hidup Bella hanya begitu-begitu saja, ia sangat bosan. Apalagi si Tita yang masih saja memasang muka duanya saat di sekolah, akhir-akhirnya juga pasti Bella lah yang disalahkan oleh Alex. Ia merindukan kakaknya, apalagi teman bobrok satu-satunya, Dilla.

    "Serius?"

    "Heem Tasya"

    "Aaa gue terharuu, akhirnya lo udah ga ngejar-ngejar si Alexongong itu. Tapi, lo beneran udah ga suka ma dia kan?"

   "Astaga, iya anjir, lagian selama ini gue cuma mau dia balik jadi sahabat gue, bukan suka dalam artian yang itu"

    "Mau suka yang itu kek yang ini kek bodoamat, intinya gue seneng lo udah dapet hidayah"

    "Hmm, gue juga blo'on waktu itu"

    "Nah tuh tau, tapi gue suka sama perubahan lo Bel, lo makin berani dan udah ga lenjeh lagi. Mana otak lo makin hari makin berkembang, ulangan aja lo sering dapet nilai sempurna"

Bella's Moving Soul [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang