🍁🍁🍁
•
•
•Bella berdiri lalu merenggangkan ototnya yang terasa kaku. Jadwal pagi ini yang harus ia lakukan adalah bertemu dengan kedua orang tuanya yang asli. Tentu dengan arahan sang kakak.
Dilla terlihat senyum-senyum sendiri di pojok ruangan sambil meminum segelas coklat panas. Pagi ini memang agak dingin. Bella beranjak menuju sofa yang di duduki sahabatnya itu, lalu meminum coklat panas yang masih tersisa separuh.
"Kaya orang gila lo, smile smile alone"
"Biarin"
Bella yang kepo sedikit mengintip ke arah layar ponsel sahabatnya. Setelah sedikit melihat nama yang tertera ia segera mengulum senyum tipisnya lalu berdehem pelan.
"Ekhm! Yang punya pacar mah beda la ya"
"Idih ngintipan lo! Ciee iri ya, makanya nyari jubaedah!"
"Males, mending makan, tidur, makan"
"Tapi lo rasa hampa ga sih kalo ga ada persoalan 'cinta' dalam hidup lo"
"B aja kan ada Tuhan yang selalu ada sama gue"
"So bijak banget njem!"
"Biarin! Dahlah gue mau mandi, gue minjem baju lo"
"Oke, btw lo ke rumah lo jam berapa?"
"Siang, kak Bara bakal stand by di rumah"
"Oh woke woke, dah sono lo mandi, bau tanah"
"La emang gue diciptain dari tanah"
"Lah bukannya dari segumpal darah?"
"Ah molla!"
Brakkk
Dilla mengelus dadanya pelan setelah melihat Bella membanting pintu kamar mandinya.
"Astaghfirullahhaladzim, pintunya ga salah pun dibanting-banting, apalagi hati gue, bakal hancur sih..., lah? Ga nyambung bat gue! Hah! Gara-gara si Bella, gue jadi tambah prik"
🕯️🕯️🕯️
"Kak Barbar, Ella takut..."
"Udah tenang aja ya"
Bara membuka pintu utama rumah dengan pelan. Mereka berjalan pelan menuju ruang keluarga, tentu orang tua mereka ada karena hari ini hari minggu. Mereka lebih menghabiskan waktu bersama di rumah ketimbang keluar rumah untuk makan angin.
Bara dan Bella berdiri di belakang kedua orang tuanya yang sedang asyik menonton televisi. Bella mendorong Bara pelan, namun Bara menahan langkahnya lalu mengatur napas gugup.
Bella yang gemas pun terus mendorong-dorong bahu Bara. Terjadi aksi saling dorong sebelum mama mereka menyadari keberadaan kedua anaknya di belakang.
"Ehh Bara?? Kamu bawa siapa?"
Bara menatap kaku mamanya lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sedangkan Bella hanya menunduk menatap lantai sesekali mencuri pandang ke arah depan.
Papa mereka yang tadinya sedang fokus menonton televisi pun menolehkan kepalanya menatap ke belakang.
"Anu ma, ini..."
"Ya ampun kamu cantik banget, kamu pacarnya Bara ya? Akhirnya kamu mau buka hati kamu juga sayang", ucap mama Bella sambil menatapnya dengan senyum yang lebar.
"Siapa ini", tanya papa.
"Duh gimana ya, pa, ma, kita duduk dulu ya, Bara mau jelasin sesuatu, ini penting"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella's Moving Soul [END]
Fantasy𝚃𝚛𝚊𝚗𝚜𝚖𝚒𝚐𝚛𝚊𝚜𝚒 𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢 Bukan keinginan Bella membuat 6 anggota geng motor menyukainya. Ia hanya menjalani hidup dalam raga Ayla yang sudah meninggal karena keracunan. Bella harus menjalani kehidupan sehari-hari di kota Bandung. J...