🍁🍁🍁
•
•
•Bella mendesis merasakan kepalanya sedikit pusing. Matanya menatap penjuru kamar yang tak asing baginya. Ditambah dengan sebuah lengan kekar yang melingkar pada pinggangnya.
Bella memutar kepalanya ke belakang, tampak kekasihnya masih terlelap tidur dengan damai.
Bella menatap pahatan sempurna yang tersaji di depannya ini. Ia tak bisa berkata-kata, hanya bisa mengagumi ciptaan Tuhan dengan senyum cerah di pagi hari.
Bella sedikit mengingat-ingat mengapa ia bisa sampai di apartemen kekasihnya. Ingatannya kembali berputar, mencoba menggali kembali memori kemarin.
Bella membulatkan mulutnya dengan mata yang terbuka lebar. Bella menutup mulutnya tak percaya.
'G-gue, kenapa...', Bella rasanya ingin menghilang dari muka bumi saat ini. Ia sangat malu mengingat kembali kejadian semalam.
Sungguh memalukan.
Karena tak ingin melihat Alvian, Bella perlahan menyingkirkan lengan yang melilit pinggangnya pelan. Mencegah sang pemilik lengan terbangun detik itu juga.
Bella menggeser tubuhnya perlahan menuju tepian kasur, setelah itu turun dari ranjang king size Alvian untuk pergi ke toilet yang berada di sebelah dapur.
Ia tak mau berada di toilet yang ada di kamar kekasihnya, takut jika Bella keluar Alvian sudah terbangun dari bunga mimpinya.
Bella sedikit berlari menuju dalam toilet, setelah masuk, ia berdiri di depan kaca wastafel, ia terkejut bukan main.
"Aishh! Kenapa ada d-dua bekasnya", rutuk Bella dengan cemas.
Bella mengusap lehernya yang sudah berwarna merah keunguan akibat keganasan Alvian semalam. Bella ingat, sebelum ia pingsan, Alvian sempat membuat kissmark pada sisi kiri lehernya.
Bella ingin menutupi bekasnya namun ia tak membawa foundation, ia juga tak membawa tas. Karena semalam ia hanya berniat menegur sang pacar yang sedang berduaan dengan Gheya, tidak sedikitpun berniat untuk menginap di apartemen Alvian.
"Ck, yaudahlah, ntar biar gue tutup pake jaket apa syal aja", final Bella lalu kembali keluar dari kamar mandi.
🕯️🕯️🕯️
"Masak apa yang?"
Bella merasakan sepasang lengan memeluknya dari belakang. Bella menahan nafasnya selama beberapa detik, setelah berdehem pelan, ia lanjut sibuk dengan aktivitasnya.
"Cuma nasgor, soalnya gada bahan lain di kulkas"
Alvian mengangguk lalu menduselkan wajahnya pada leher Bella. Ia tersenyum ketika melihat karyanya yang masih terpampang jelas pada leher jenjang kekasihnya. Ia lalu mengecup bekas gigitan itu pelan.
"Shh geli tau", ucap Bella merinding dengan sentuhan Alvian pada tubuhnya.
Bella berbalik lalu menatap Alvian galak, sedangkan Alvian hanya tersenyum. Kedua tangannya masih memeluk pinggang Bella mesra, sebelah tangannya terulur untuk mematikan kompor yang masih menyala.
Alvian mengangkat tubuh Bella yang terasa ringan untuk didudukkan di atas meja keramik. Kedua tangannya mengurung tubuh Bella, wajahnya ia dekatkan pada wajah Bella.
Bella menahan tubuh Alvian dengan kedua tangan berada di dada bidangnya.
"Nda mau molning kiss mom?", ucap Alvian menirukan nada bicara anak kecil sambil tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella's Moving Soul [END]
Fantasy𝚃𝚛𝚊𝚗𝚜𝚖𝚒𝚐𝚛𝚊𝚜𝚒 𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢 Bukan keinginan Bella membuat 6 anggota geng motor menyukainya. Ia hanya menjalani hidup dalam raga Ayla yang sudah meninggal karena keracunan. Bella harus menjalani kehidupan sehari-hari di kota Bandung. J...