🍁🍁🍁
•
•
•Bella menatap ke dalam kelas Raymond, nihil. Orang yang dicarinya tidak ada. Dengan inisiatif dia berjalan ke arah seorang cewe yang tengah duduk di depan kelas lalu bertanya.
"Tau Raymond dimana?"
"T-tau, biasanya ada di kelas kosong lantai tiga paling pojok, i-itu markas mereka"
Nada gagap terdengar dari siswa itu. Sejak insiden di kantin kemarin, banyak yang tidak berani pada Bella. Mereka yang semula mengira jika Bella adalah murid pindahan yang lenjeh dan penakut, langsung berubah menjadi segan padanya.
Berkat keberanian yang Bella miliki, kini popularitasnya sedikit demi sedikit melonjak naik di lingkungan SMA Elite. Bahkan beberapa ada yang mengidolakannya.
"Oke, thanks"
Bella berjalan dengan cepat ke lantai tiga, jam pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Ia harus pergi bersama Sagara, karena dia mengajak Bella ke mall, untuk membeli beberapa barang sekaligus mengusir rasa bosan.
Setelah menemukan ruang kelas yang dimaksud siswi tadi, Bella berjalan masuk karena pintunya tak ditutup. Bella berdiri dengan tegap di depan pintu.
"Raymond ada?"
Sontak Aciel, Zayn, Arsen, dan Mahen terkejut karena markas mereka kedatangan seorang murid pindahan.
"Kenapa nyari sahabat gue?", ucap Mahen sedikit ketus.
"Gue yang nanya duluan", balas Bella dengan berani.
"Lagi ke Alfa, emang kenapa Bel?", kata Arsen menengahi keduanya yang terlihat saling tidak suka.
"Oh, gue nitip hoodienya, bilangin makasih", ujar Bella kembali.
Arsen menerima hoodie dari Bella sambil mengangguk. Setelah itu Bella berbalik hendak keluar, namun tiba-tiba sebuah tangan menahannya. Sontak Bella membalikkan badannya.
"Inget gue?"
Bella nampak berfikir sejenak, setelah mengingat kembali ia lalu menjawab singkat.
"Oh"
"OH?!", sontak Aciel, Zayn, dan Arsen berucap dengan kompak.
'Baru kali ini ada cewe yang juteknya subhanallah ke Mahen!', pikir Aciel.
'Dia keliatan ga minat sama Mahendra? Hmm patut dipertanyakan', ucap Zayn dalam hati.
'Baru kali ini gue liat cewe perilakunya ogah-ogahan gitu ke Mahendra', batin Arsen terheran-heran.
"Lo ga inget...Bella?"
Mahen bertanya sekali lagi sambil membaca name tag yang terpasang diseragamnya yang Bella kenakan. Bella melepas tangan Mahen dengan kasar.
"Ga usah pegang, najis"
"NAJIS?!!", kompak mereka bertiga lagi.
'Langka nih! Sekerinsoot!'
'Berani betul ni cewe'
'Dia ga gatel kaya yang lain, hm...menarik'
"Apa lo bilang?!", seru Mahen tak terima.
"Budeg, apa mbudeg?", ucap Bella santai.
Mahen mendorong Bella ke tembok lalu mencengkram lehernya sedikit erat. Namun ekspresi Bella kelewat datar di hadapan Mahendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella's Moving Soul [END]
Fantasy𝚃𝚛𝚊𝚗𝚜𝚖𝚒𝚐𝚛𝚊𝚜𝚒 𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢 Bukan keinginan Bella membuat 6 anggota geng motor menyukainya. Ia hanya menjalani hidup dalam raga Ayla yang sudah meninggal karena keracunan. Bella harus menjalani kehidupan sehari-hari di kota Bandung. J...