Chapter 36

6.2K 566 7
                                    

🍁🍁🍁




   Hari demi hari berlalu semenjak tragedi pada gang sempit malam itu. Kini Bella merasakan perubahan pada diri Alvian.

   Dia sedikit cerewet dan menyebalkan. Beberapa kali Bella selalu ditegur dan dinasehati olehnya. Inilah, itulah, dengan dalih 'Ini perintah Sagara'.

   Padahal jika Bella bertanya pada kakaknya, Sagara menjawab tidak mengatakan seperti itu pada Alvian.

   Masalah di sekolah, this is about Tiara and the geng, Bella tetap diam saja tak menanggapi mereka.

   Biarlah jiwa Bella yang membalaskan dendamnya. Sepertinya akan lebih asyik, dan juga jiwa Caitlin ini benar-benar lazy meladeni Tiara dan lainnya.

   Untuk Mahesa sendiri, semakin hari ia semakin gencar untuk mendapatkan sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Bella.

   Ia selalu menyakinkan Bella untuk menyukainya kembali seperti dulu. Karena Mahesa yakin, Bella masih memiliki rasa padanya.

   Teruntuk Tasya dam Alex dkk, Bella juga sering bertukar pesan via WhatsApp dengan mereka. Mereka selalu membujuk Bella untuk kembali ke Bandung.

   Namun tidak semudah itu, Bella masih harus menamatkan sekolahnya di sini. Apalagi keluarga aslinya berada di kawasan Jakarta. Mana mungkin ia akan kembali ke Bandung.

   Belakangan ini juga sosok pria yang menjabat tangannya di cafe tempo hari lalu, Sora, sering muncul di hadapannya.

   Dia selalu berkata jika ia ingin berteman dengan Bella, dia juga menyelipkan kata-kata 'Siapa tau kita jodoh'. In your dream, pikir Bella.

   Bella sangat jengah kemana-mana dibuntuti olehnya, namun apa boleh buat. Ia hanya bisa menahan diri untuk tidak memukulnya di tempat umum. Mungkin suatu saat nanti, ia akan memukulnya di ruang rahasia.

   Bella berdiri sambil berpegangan pada pagar di depannya. Saat ini ia sedang di rooftop, sepertinya sekarang, ini adalah tempat favoritnya.

   Karena suasana yang tenang dan damai, apalagi akan sangat sejuk ketika siang hari tidak terlalu panas. Ia juga kadang sering tertidur di sofa yang ada di rooftop.

   Matanya terpejam menikmati semilir angin yang menerpa dirinya. Dua jam pelajaran ke depan kosong tidak ada pelajaran, karena guru sedang mengadakan breafing.

   Sedang senang-senangnya menikmati kesendirian, tiba-tiba titisan crocodile datang menghampirinya. Bella sudah bisa menebak siapa gerangan yang datang tak diundang ini.

   "Ntar pulsek mau ga main sama aku"

   "No"

   "But...why?"

   "You know my answer"

   "Karena kamu-"

   "Lo"

   "Huft, okay fine. Karena Lo ga suka gue, gitu?"

   "Right"

   "Nggak Bell, gue yakin, lo masih ada perasaan sama gue, walaupun sedikit, iyakan?"

   "Idiot"

   Bella berbalik hendak turun ke bawah, menuju kelasnya. Seudara dengan laki-laki ini membuatnya tak bebas. Bella melangkah menuruni tangga dari lantai empat ke lantai tiga.

   Saat hendak melanjutkan langkahnya, Mahen mencekal tangan Bella lalu membalikkan badannya sedikit kasar.

   Bella terkurung diantara tembok dan tubuh Mahen yang menjulang tinggi dihadapannya. Ia menatap lurus ke arah mata Mahen yang tampak frustasi.

Bella's Moving Soul [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang