🍁🍁🍁
•
•
•"Dimana ini, kenapa tempatnya bagus, gue udah ke surga ya?"
"Hai Bella"
"Lo, Ayla?!"
"Iya, kamu harus kembali Bella, tugas kamu belum selesai"
"Yah, padahal gue udah seneng di sini. Lihat tuh, banyak cogan! Omo! Ganteng banget lagi!"
"Ga bisa Bel, jiwa aku udah ngga ada. Jadi aku mohon, kamu harus nerusin perjuangan aku nyari pembunuh mama sama papa aku. Aku udah janji sama mereka Bel, biar mereka di sana tenang, kamu mau kan?"
"Loh, lo ga ketemu mereka? Bukannya kalian sama sama gada?"
"Iya, emang jiwa kita udah di sini. Tapi jika jiwa orang tua aku belum tenang, aku ga bakal bisa ketemu sama mereka"
"Huhh, iya gue janji Ayla, tapi lo punya petunjuk ga?"
"Sebenarnya aku punya salinan chat antara Tante Aluna dengan orang yang menyabotase mobil papaku. Tapi flashdisk itu disembunyiin Tante Aluna di kamarnya. Untuk lebih jelasnya aku ngga tau dimana persis dia nyembunyiinnya"
"Udah gue duga kalo dia dalangnya. Oke, lo percaya aja sama gue"
"Terimakasih ya Bellaa. Oh iya, aku juga seneng akhirnya Alex mau deket sama aku lagii, aku mohon kamu mau ya temenan sama dia? Soalnya itu yang aku inginkan Bel, walaupun jiwaku udah di sini, tapi aku bakal seneng liat tubuh aku di sana temenan sama Alex lagi"
"Temenan? Sama si salak sepet itu?"
"Aku mohonnn"
"Gimana ya, okelah, karena lo udah ngasih raga lo ke gue, gue turutin"
"Terimakasihh"
"Iye-iye sanss"
"Oh iya, soal Tante Aluna dan Tita, aku mohon balas mereka dengan setimpal. Dihati aku masih ga terima Bel!"
Bella menelan ludahnya dengan susah ketika mata Ayla berubah menjadi merah darah sepenuhnya. Namun setelah beberapa saat, Ayla menetralkan lagi warna matanya, kini ia menangis dalam diam.
"Iya Ayla, gue janji, gue bakal balas mereka demi lo"
"Kamu baik Bell, ga salah aku milih kamu jadi pengganti aku. Waktu aku udah habis, kamu harus kembali, sekali lagi terimakasih Bellaa"
"Eh tunggu-"
Tiiittttttt
"Mahh Ayla mah!"
"Ya Tuhan! Ayla! Kamu kenapa Ayla!"
Sagara sibuk menekan tombol darurat di samping ranjang. Sedangkan Tante Kinan menangis sambil berteriak-teriak memanggil Bella.
Dia khawatir melihat Bella yang tiba-tiba mengejang dengan hebat. Tak lupa geng Phoenix dan Tasya juga menatap dengan takut dan gelisah. Tasya meraung-raung dipelukan Liam. Dia takut sesuatu terjadi pada sahabat satu-satunya yang ia miliki.
Sedangkan Alex mengepalkan tangannya, air matanya menetes begitu saja. Dia tak ingin Bella kenapa-napa, dia takut, dia takut sesuatu terjadi pada orang yang ia sukai.
Bunyi pintu terbuka membuat semua orang menatap harap pada sang dokter yang datang. Dokter meminta untuk semua orang keluar dari ruangan ini.
Tante Kinan yang tidak rela meninggalkan Bella pun ditarik lembut oleh Sagara. Sedangkan Tasya dan yang lain keluar dengan gelisah, kini mereka di luar hanya bisa merapalkan doa, agar Bella baik-baik saja.
"Garaa...kenapa dokter belum keluar hiks, mama takut"
"Udah, mama yang tenang ya. Gara yakin, Ayla bakal baik-baik aja, sutt mama tenang ya"
Sagara memeluk mamanya dengan erat sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan. Alex yang cemas hanya bisa mondar mandir di depan pintu, sambil sesekali meninju tembok. Dia sungguh geram pada dokter yang ada di dalam karena sangat lama.
'Kalo sampe Bella kenapa-napa, gue gorok tuh dokter'
🕯️🕯️🕯️
"Yaelah ini jalannya? Pake nyasar segala sih guenya, gue harus masuk ya? Ahh padahal tadi gue liat pangeran surga lewat di sana, Huhh, oke, gue harus balik. Satu, dua, tiga!"
Tittttttt
Sang dokter menyeka peluh yang mengalir dikeningnya, dia mengucap syukur dan bernafas lega.
"Alhamdulillah dok, dia sadar"
Bella yang belum sadar sepenuhnya hanya bisa mengerjapkan matanya pelan sambil menahan sesak didada. Nafasnya terasa lemah.
'Gara-gara kesasar sih, gue jadi kaya gini. Untung gue bisa balik'
Sang dokter meletakkan kejut listrik yang digunakan tadi ke wadahnya. Dia menatap sang pasien.
"Sebaiknya kamu jangan banyak bicara dahulu, nafas kamu belum stabil"
Bella hanya mengedip-ngedipkan matanya tanda mengerti. Dia melihat dokter dan dua susternya keluar.
Cklek
"Dokter! Gimana keadaan keponakan saya dok!"
"Pasien sudah sadar, namun untuk sementara waktu biarkan pasien istirahat dahulu. Dan sebaiknya jangan ajak pasien berbicara, dia masih perlu mengumpulkan energi dalam tubuhnya, kalau begitu saya pamit"
Sepeninggalan dokter, tante Kinan menghela nafas lega, dia tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Begitupun Tasya dkk, mereka sangat senang akhirnya Bella sudah sadar.
"Mah, mama mau duduk di sini apa ikut Sagara ke kantin?"
"Mama di sini aja, kamu kalo laper ke kantin gapapa Gara"
"Iya, nanti Gara beliin mama makanan di sana"
Sagara berlalu menuju kantin rumah sakit. Sedangkan Alex memilih untuk berpamitan pulang.
"Tan, saya pulang dulu, nanti saya ke sini lagi", pamit Alex.
"Iya nak Alex, terimakasih ya udah mau nungguin Ayla"
"Sama-sama tan, kalau begitu Alex pamit ya"
"Iya, hati-hati di jalan"
"Kami juga pamit ya tan ", ucap Liam pada tante Kinan.
"Terimakasih juga buat kalian udah mau nungguin Ayla"
"Sama-sama tan"
Sedangkan Tasya kini duduk di samping tante Kinan, dia duduk sambil melamun menatap lantai.
"Loh, kamu ngga ikut mereka Sya?"
"Tasya mau di sini tan, Tasya mau sama tante aja. Lagian Tasya udah ijin kok sama bunda"
Tante Kinan tersenyum lalu mengelus bahunya pelan. Mereka sudah saling mengenal sejak dulu.
"Kamu bisa ceritain kronologinya?"
"Setau Tasya, waktu itu Bella buru-buru keluar dari kelas ninggalin Tasya sendiri. Tapi pas sampai tangga menuju lantai satu, Tasya liat udah banyak yang berkerumun. Karena Tasya penasaran akhirnya Tasya samperin tuh. Pas lihat ke bawah, Tasya syok, Bella udah jatuh, kepalanya bersimbah darah banyak banget. Tasya juga denger, kalau yang ngedorong Bella itu Tita "
Tante Kinan memandang Tasya dengan syok.
"Tita? Tita Maheswari?!"
"Iya tan"
"Anak ituu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella's Moving Soul [END]
Fantasy𝚃𝚛𝚊𝚗𝚜𝚖𝚒𝚐𝚛𝚊𝚜𝚒 𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢 Bukan keinginan Bella membuat 6 anggota geng motor menyukainya. Ia hanya menjalani hidup dalam raga Ayla yang sudah meninggal karena keracunan. Bella harus menjalani kehidupan sehari-hari di kota Bandung. J...