🍁🍁🍁
•
•
•Bella membonceng Sagara menuju bengkel terdekat. Motor sportnya sudah beres diservice, kini ia tinggal mengendarainya saja. Bella memutuskan untuk langsung pergi ke Jakarta Pusat. Karena sekarang sudah menunjukkan pukul 4 sore. Ia takut kemalaman sampai sana.
"Bener kamu ga perlu abang anter?", tanya Sagara sekali lagi.
"Bener abangg Bella berani kok"
"Oke, jangan sampai pas kamu udah sampe sana ada laporan kalo kamu lecet sedikitpun", ucap Sagara sambil mengelus kepalanya.
"Iya bang ya ampun, kalo gitu Bella pergi ya, abang pulang dari sini hati-hati"
"Ya ampun orang dari bengkel ke rumah aja deket, harusnya kamu yang hati-hati", ucap Sagara.
"Bener juga, hehe"
Sagara mencubit pipi chubby Bella, lalu menyalakan mesin motornya, begitupun dengan Bella yang menstater motornya. Mereka mengendarai motornya berlawanan arah setelah melambaikan tangannya.
Sesosok pria dari balik gedung besar menatap kepergian Bella dengan tajam, dengan pakaian serba hitam dan memakai masker serta topi membuat ia tak dapat dikenali orang dengan mudah. Dibalik maskernya ia menyeringai dengan licik.
"Gara-gara dia orang yang gue cinta jadi berubah kaya orang hilang akal. Bahkan ga kenal dan benci sama gue, Bella...gue yang akan jemput ajal lo sendiri"
🕯️🕯️🕯️
Bella memarkirkan motornya di depan sebuah cafe. Setelah membenarkan rambutnya yang berantakan, Bella segera masuk ke dalam cafe lalu duduk disalah satu kursi di sana. Beberapa saat lalu Dilla mengatakan jika dia akan terlambat sebentar.
Karena gabut Bella memutuskan untuk memesan segelas jus alpukat terlebih dahulu. Sembari menunggu pesanan, Bella membuka sebuah roomchat.
"Kenapa Dilla pasang foto bang Sagara? Mereka saling kenal apa gimana dah, ah anjir gue keburu kepo"
Setelah beberapa menit, akhirnya jus pesanan Bella datang, Bella menyeruput minumannya dengan rakus. Dia sangat haus malam ini, apalagi perjalanannya yang menguras energi.
Klinting!
Suara pintu cafe berbunyi menandakan kedatangan pelanggan baru. Bella tersenyum lebar kala yang datang adalah sahabatnya. Dilla yang melihat Bella duduk di bangku paling pojok dan terpencil segera menghampirinya lalu menepuk bahunya kencang.
"Gue kangen lo bray", ucap Dilla sambil menepuk bahu Bella ala anak gaul.
"Halah taik SOK gaul lo", ucap Bella sambil menatap datar sahabatnya.
"Hehe"
Dilla duduk di hadapan Bella lalu memanggil pelayan cafe dengan santai. Setelah memesan, Dilla menatap Bella yang sedang sibuk berkutat menanti tetesan terakhir dari gelas jus alpukat nya.
Bella mengangkat tinggi-tinggi gelasnya lalu di arahkan ke mulut lebarnya. Dilla yang melihat tingkah prik sahabatnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sudah tidak heran jika sahabatnya ini memang aneh dan langka. Dimanapun dan kapanpun selalu santai dan pede, jangan lupakan wajahnya yang selalu datar.
"Eh Bel, kata kak Bara, motor sport kesayangan lo udah dibersihin, kan udah lama nganggur sejak lo kecelakaan waktu itu", ucap Dilla setelah duduk dikursinya.
"Seriously? Wahh! Ga sabar gue make si blacky buat balapan"
"Yaelah jangan balapan dulu kali, ntar lo kenapa-napa lagi gimana"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella's Moving Soul [END]
Fantasy𝚃𝚛𝚊𝚗𝚜𝚖𝚒𝚐𝚛𝚊𝚜𝚒 𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢 Bukan keinginan Bella membuat 6 anggota geng motor menyukainya. Ia hanya menjalani hidup dalam raga Ayla yang sudah meninggal karena keracunan. Bella harus menjalani kehidupan sehari-hari di kota Bandung. J...