Suara lemparan gelas kaca terdengar memenuhi ruangan tersebut. Seorang gadis cantik tengah meringkuk di pojok dengan kedua lutut yang ditekuk.
"MANA DUIT YANG GUE MINTA? MANA! GUE BUTUH DUIT ITU LIA!" Seorang cowok yang mengenakan seragam SMA putih abu-abu yang dibalut jas almamater warna biru muda menatap nyalang seorang gadis. "JAWAB LIA! MANA DUIT LIMA PULUH JUTA!" murka Erlangga.
"Enggak ada El." Gadis itu menggeleng.
"LO JANGAN BOHONG LIA!" Urat-urat leher Erlangga menonjol menandakan kalau cowok itu benar-benar marah terhadap Lia kekasihnya.
"J-jangan bentak Lia." Bibir Lia bergetar hebat. " Lia takut El. Lia takut lihat El marah." Gadis itu menunduk dalam. Dia menyembunyikan air mata yang menetes.
Erlangga berdecak sebal. "Gue gak nyuruh lo nangis!"
Tidak aja jawaban dari bibir gadis itu. Yang terdengar hanya isakkan tangis yang semakin keras. Rahang Erlangga mengeras. Cowok itu lantas menjongkokkan tubuhnya. Erlangga membelai lembut pipi Lia.
"Maaf," ucap cowok itu. "Maaf udah bentak lo," ujar Erlangga sekali lagi.
Lia mengangkat pandangannya. "Aku--" Belum juga selesai berbicara tiba-tiba Erlangga menarik tubuh Lia ke dalam dekapannya. Cowok itu terus mengusap bahu Lia yang bergetar hebat.
"Sikap kamu bikin bingung," kata Lia.
***
Sepulang sekolah memang sudah menjadi rutinitas kalau inti Graxtual sering berkumpul di warung yang ada di depan sekolah seperti saat ini."ADUH! HUAAA GUE LUPA HUAAA!" jerit Zidan.
Arka menatap sekilas Zidan. "Kenapa? Kesambet atau gimana? Teriak mulu kaya orang kesetanan!"
Zidan menoyor kepala Arka mengenakan topi miliknya. Cowok yang mengenakan kaos hitam tipis yang dibalut seragam sekolah itu meringis pelan kala Arka menginjak kakinya. "LO SEMUA TAHU GAK?" tunjuk Zidan ke semua sahabatnya. "Gak tahu dan gak mau tahu!" balas sahabatnya kompak.
Zidan mencebikkan bibirnya sebal. "Lo semua gak tahu rasanya jadi gue! Sakit banget hati gue! Gue lupa tadi gak nidurin kucing milik gue HUAAAAA!" Zidan menarik kerah seragam milik Dimas. "AA IMAS NENG LUPA GAK NIDURIN KUCING!"
"Stress!" hardik Dimas.
"Kucing apa sih? Perasaan di sini gak ada kucing! Aneh banget sih lo! lihat di sini gak ada kucing--"
Arka menghentikan pembicaraanya karena saat itu Zidan menunjukkan kucing yang dimaksud. Bukan kucing beneran melainkan permainan Talking Tom."Buset! Gue kira apaan!" Arka mengusap gusar wajahnya. Cowok itu lalu beralih menatap Bagas yang sedang menikmati mie rebus.
"Bagas, lo jomblo mulu. Gak capek? Atau mau gue bantuin cari pasangan hidup lo?" tanya Arka.
"Gak minat!" balas Bagas datar.
Cowok yang mengenakan kaos putih polos dengan celana seragam itu langsung beranjak dari duduknya. Cowok itu berjalan menuju motornya.
"Gue pulang duluan," pamit Bagas.
***
Terdengar suara gelak tawa di salah satu ruangan yang ada di kediaman Erlangga. Cowok itu tengah berjudi dengan sahabat-sahabatnya."Bos! Lo beneran sayang sama cewek lo?"
Pertanyaan yang terlontar dari mulut Regan membuat Erlangga terpingkal-pingkal. "Gue enggak sayang sama dia! Gue nembak Lia itu karena ... karena terpaksa soalnya gue menang taruhan!"
"Lo serius gak cinta sama cewek secantik Lia?"
Erlangga tertawa mendengar tutur kata Regan. Dia menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Tangannya tengah memegang rokok. "Gue gak ada rasa suka sama Lia. Ya gue cuma mau manfaatin dia doang," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A&B | Kita Belum Usai [Ending]
Ficção AdolescenteYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "Kalau kita usai, aku boleh kangen pelukan kamu yang bikin nyaman? Aku boleh kangen kamu?" Agrilia atau kerap disapa Lia, tidak pernah menduga kalau dirinya akan kembali...