"Gue kira lo lagi sama Bagas," ujar Arka."Bagas sama Lea," balas Lia. Lia mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi Kevin agar bisa menjemputnya. Namun, Lia lupa kalau ponselnya mati.
"Gue boleh pinjam handphone, lo?" Lia menghampiri Arka yang tengah mengenakan helm. "Gue mau nelepon."
"Boleh. Nih lo ketik saja nomornya terus simpan siapa tahu kalau butuh lagi bisa ke gue." Arka menyerahkan benda pipih warna hitam ke tangan Lia.
Lia berdecak sebal kala panggilannya tidak kunjung diangkat oleh Kevin. Manik hitam miliknya menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul lima sore. "Makasih, Ka. Gue ke depan duluan mau cari bus," pamit Lia.
Arka mencekal pergelangan tangan Lia. "Pulang bareng gue. Jam segini mana ada kendaraan umum lewat."
"Gue enggak enak sama Ara, Ka," balas Lia.
Bagas mendengus sebal kala Farah melarang Bagas untuk pulang dengan alasan makan bersama. Sejak tadi, Bagas terus memikirkan alasan agar bisa pulang.
"Tante, Bagas mau pulang soalnya Bagas ada janji sama Samuel kalau Bagas mau ngajak Samuel jalan-jalan." Lea tersenyum tipis kala mendengar kata 'jalan-jalan'. Lea ingin selalu bersama Bagas karena dia cemburu lihat Lia yang selalu mendapatkan perhatian dari Bagas.
"Mama! Lea pengen ikut sama Bagas," pinta Lea.
"Gue mau sama adik gue doang," serobot Bagas.
Lea mendengus sebal. Gadis cantik yang mengenakan hoodie warna army memilih untuk pergi ke kamarnya. Dia berharap kalau Bagas bakal mencegahnya. Namun, itu semua hanya ilusi yang tidak akan terjadi.
Bagas mengerutkan keningnya kala banyak pesan masuk dari Kevin. Panik? Tentu, Bagas sangat panik karena ternyata satu jam yang lalu Kevin menyuruh Bagas ubtuk mengantarkan Lia pulang tetapi, Bagas malah mengantarkan Lea pulang itu juga terpaksa karena Lea jatuh pingsan. "Sial! Gue harus ke sana." Bagas bangkit dari duduknya. Suara derap langkah kaki terdengar semakin dekat. Lelaki yang mengenakan setelan jas hitam memasuki ruangan.
Lea yang melihat papa angkatnya membawa paper bag segera menghampiri papanya yang baru saja duduk di sofa. Lelaki yang diperkirakan usia lima puluh tahun itu melonggarkan dasi hitam yang ia kenakan. Satu kaki kanannya bertumpu di kaki kiri. Tidak lupa, Arga menikmati kopi bikinan sang istri tercinta.
"Papa!" seru Lea.
"Om, Bagas mau pamit, Assalamualaikum." Bagas berjalan dengan sedikit membungkukkan tubuhnya. Pikirannya kali ini hanya tertuju ke Lia.
***
"Ini hujannya kapan reda, ya? Gue sudah pengen pulang. Gue capek—— aduh! Gue lupa!" Lia baru ingat kalau tadi siang sempat bikin janji dengan Samuel."Lupa kenapa?"
"Gue ada janji sama Samuel," balas Lia.
Arka menatap Lia dengan pandangan bertanya. Arka bingung dengan hubungan Bagas dan Lia yang terkesan membingungkan orang-orang. "Lo ada hubungan apa sama Bagas? Kenapa lo bisa akrab sama keluarganya?"
"Om Bimo sama papa gue sahabatan." Lia menutup mulutnya. "Ralat! Bukan papa gue." Lia tertawa. Tawa yang ternyata menyimpan luka.
"Kalau nunggu reda kayaknya lama." Arka mengeluarkan jaket yang menjadi ciri khas Graxtual gang dan menyerahkannya ke Lia. "Pakai! Kita pulang naik taksi."
"Motor lo?"
"Motor gue biar jadi urusan Arya," balas Arka.
"Kenapa? Ada masalah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A&B | Kita Belum Usai [Ending]
Ficção AdolescenteYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "Kalau kita usai, aku boleh kangen pelukan kamu yang bikin nyaman? Aku boleh kangen kamu?" Agrilia atau kerap disapa Lia, tidak pernah menduga kalau dirinya akan kembali...