12. Lia marah

2.1K 248 31
                                    

"Kakak cantik habis nangis? Siapa yang bikin kakak cantik nangis?" Bocah lima tahun yang mengenakan kaos motif Spiderman menggulung lengan bajunya sampai batas siku. Tangan mungilnya terkepal erat. "Biar aku hajar orangnya!" ujar Samuel menggebu.

"Lia, kamu kenapa sayang? Bisa cerita ke Bunda?" Kinan yang duduk di samping Lia mengusap lembut kepala Lia. Wanita itu sangat menyayangi Lia karena dia dari dulu memang pengen punya anak cewek.

"Lia enggak kenapa-kenapa, Bunda." Lia tersenyum tipis.

"Bunda, Bagas mau ngajak Lia jalan boleh?" Bagas bertanya ke Kinan yang tengah mengusap kepala Lia dengan penuh kasih sayang.

Samuel menutup kasar kotak pensil motif Spiderman. Bocah lima tahun itu memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Samuel ikut! Pokoknya enggak nerima penolakan!"

"Enggak boleh," ujar Bagas.

"Abang jahat! Masa Samuel enggak boleh ikut sih? Awas ya nanti Samuel aduin ke ayah!" Bocah lima tahun itu bersedekap dada. Wajah imutnya yang tekuk membuat bunda merasa gemas melihatnya.

"Ih! Anak Bunda gemesin banget sih!"

"BUNDA! SAMUEL MAU IKUT SAMA ABANG!" Samuel memeluk erat kaki Kinan.

****
"Val, hidup lo kaya gak bergairah banget! Kerjaannya bengong terus kaya ada yang lagi dipikirin." Zidan menghampiri Noval. "Lo mikirin cewek-cewek buat Idan ganteng, ya?" Zidan menaik turunkan alisnya.

Noval tidak mengindahkan Zidan. Pandangan cowok yang mengenakan kaos hitam lengan pendek dengan jaket denim yang disampirkan di pundak terlihat sangat kosong. "Lia gimana, ya?"

"Lia lagi sama Bagas tadi, dia bilang ke gue kalau dia enggak bisa kumpul," balas Arka.

"Gue harap Bagas bisa jadi obat buat luka Lia. Di sisi lain gue seneng kalau Erlangga enggak ada tapi, gue jadi kasian sama Lia. Bahkan gue enggak nyangka ternyata Erlangga itu-"

Suasana kafe terlihat sangat ramai. Orang-orang yang ada di sana sejak tadi terus memerhatikan tiga orang yang duduk di meja nomor 6.

"Ya ampun mama sama papanya masih muda!"

"Ganteng sama cantik pantas aja anaknya gemesin gitu!"

"Cocok banget sih!"

"Romantis banget keluarga mereka"

"Mau pesan apa?" tanya Bagas ke seorang gadis cantik yang duduk di dekatnya.

"Mau pulang," balas Lia.

"Ih! Ko pulang sih? Padahal Samuel masih pengen di sini soalnya seru banget tempatnya." Samuel melirik cewek-cewek yang duduk di meja sebelah. "Cewek i love you aku cinta kamu sayang!" Samuel mengedipkan matanya genit membuat Bagas rasanya ingin menampol adiknya itu. Samuel sudah kena hasutan setan.

"Diem! Masih bocah udah cinta-cintaan!" Sorot mata Bagas mengunus tajam.

"Ya udah Samuel sama Abang Bagas di sini saja. Kakak cantik pulangnya naik taksi saja." Lia bangkit dari duduknya. Ia hendak pergi tetapi, cekalan tangan Bagas membuat gadis itu menghentikan langkahnya. Bola matanya menatap lekat manik hitam Bagas.

"Lo ke sini bareng gue berarti lo pulang bareng gue."

"Tapi—"

"Enggak ada tapi-tapi! Gue bukan tipe cowok yang tidak bertanggungjawab." Bagas melirik Samuel yang tampak asik menikmati es krim. "Samuel masih mau di sini?" Bocah lima tahun itu mengangguk. "Abang kalau mau anterin kakak Lia pulang dulu silahkan biar Samuel menunggu di sini sambil lihat cewek cantik."

***
"Tante, serius Lia belum pulang?"

Farah meletakkan minuman di meja. Wanita itu duduk di sofa yang ada di hadapan Regan. "Iya, semenjak dari pemakaman, Lia belum pulang ke sini."

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang