59. Cincin yang sama

787 135 0
                                    

"Gara-gara Lia kamu jadi kayak gini, Nak."

Kinan menatap sendu Bagas yang masih enggan membuka mata untuk kembali menyaksikan kehidupan dunia. Kinan mengusap rambut hitam Bagas yang kini mulai memanjang dengan penuh kasih sayang.

"Sahabat kecil kamu yang dulu selalu kamu tangisi kepergiannya ternyata ada di sekitar kamu sebelumnya. Dia awalnya mau bilang sama kamu, tapi katanya dia dilarang sama Lia untuk bicara sama kamu."

"Lia jahat banget sudah kasih jarak antara kamu dan Caca alias Salsa yang udah kenal kamu dari lama."

"Bunda mau kalau nanti kamu jauhin Lia——"

"Maksud?"

Kinan menyeka air mata yang terus berlinang. Wanita itu berdiri kala seorang lelaki berdiri di dekat pintu. karena tidak mau membuat Bagas tidak nyaman akhirnya Kinan memilih untuk mengajak bicara Argadana di luar.

"Udah jelas-jelas Lia sama sekali tidak melakukan hal bodoh itu! Kenapa——"

"Buktinya sudah jelas! Ada pisau di dekat kaki Lia!"

Gebrakan meja terdengar begitu keras. Dengan napas yang memburu, Argadana menatap nyalang seorang wanita yang berdiri di hadapannya. Andai saja kalau yang berdiri di hadapannya itu lelaki pasti sudah habis babak belur di tangan Argadana.

"Jangan sampai menyesal kalau suatu saat nanti kebenaran akan terungkap," ujar Argadana.

****
"Diem setan jangan lari-lari!"

Raja mengacak rambutnya frustrasi lantaran dua anak laki-laki terus berlarian keluar masuk kamar Raja. Rasanya saat itu kepala Raja terasa akan pecah. Berbeda dengan dua anak laki-laki itu yang malah menghampiri Raja, lalu duduk di samping Raja.

"Kakak jelek kenapa?"

Alvaro terkekeh. Bocah menggemaskan itu menoyor pelan kepala Samuel yang duduk di dekatnya. Samuel dan Alvaro rupanya sahabatan dari lama dan baru kali ini Samuel main ke rumah Alvaro.

"Gue cakep," balas Raja. "Nih yang jelek!" Raja menunjuk Alvaro yang duduk di dekatnya. "Lo berdua sebaiknya jangan main di sini! Gue mau istirahat!" usirnya.

Gala menepikan mobil kala di depan terlihat ada kerumunan. Cowok yang mengenakan seragam putih abu-abu dengan jas almamater warna biru muda yang menjadi ciri khas SMA Cakrabuana turun untuk memastikan apa yang terjadi sebenarnya.

Gala menyelipkan tubuhnya diantara kerumunan warga. Mata cowok itu membulat kala mengetahui Lia tengah tidak sadarkan diri di bahu jalan. Cowok itu pun segera menggendong Lia dengan gaya pengantin ke mobil.

"Makasih, Pa," ujar Gala ke lelaki tua yang membantu membuka pintu mobil.

Gala melajukan mobil dengan kecepatan sedang membelah padatnya jalanan kota Jakarta menuju rumah Raja yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tadi.

Empat orang yang tengah duduk di sofa terkejut kala seorang cowok yang menyelonong masuk sambil menggendong seorang gadis cantik yang masih mengenakan seragam putih abu-abu. Raja berdiri, lalu dia mengambil alih untuk menggendong Lia. Cowok itu buru-buru membawa Lia masuk ke kamarnya.

"Ambilin minyak angin!" titah Raja.

Gala mengangguk antusias. Cowok itu buru-buru mengambil minyak angin yang dimaksud Raja. Namun, betapa terkejutnya Raja kala Gala malah membawa minyak kemasan dan kipas angin portabel.

"Bukan itu!" ujar Raja frustasi.

Gala berkacak pinggang. "Lo gimana sih? Katanya tadi nyuruh gue bawa minyak angin, tapi lo malah seenaknya ngomong bukan itu!" decak Gala.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang