49. Are you ready?

940 131 7
                                    

"Udah jangan nangis mulu. Wajah lo jelek banget kalau nangis kayak gitu." Seorang cowok menyerahkan sebuah sapu tangan ke Lia. "Hapus air mata lo!" titahnya.

Lia tersenyum haru. Gadis itu pun menerima uluran sapu tangan dari seorang cowok yang selalu mengingatkan Lia ke seseorang yang sudah tidak ada. Terkadang, Lia bisa merasakan kehadiran Erlangga jika bersama Erland.

"Gue capek, Er," kata Lia.

Lia dan Erland tengah berada di rooftop SMA Bramasta. Dua remaja itu disuguhkan pemandangan hamparan hutan beton yang terhampar luas. Embusan angin kian dirasakan dua remaja itu. Lia berdiri dari duduknya. Gadis itu melangkah mendekati pembatas rooftop.

"Gue kalau loncat bisa mati gak, ya?"

Erland terkekeh. "Jangan gila! Nanti orang yang rebut kebahagiaan lo bisa senang," ujar Erland.

Bagas memandang tidak minat ke arah seorang gadis yang tiba-tiba duduk di hadapannya. Gadis itu terpaksa duduk di sana karena bangku kantin sudah penuh dan hanya tersisa tempat yang saat ini Bagas duduki.

"Mau?" Salsa menawarkan batagor ke Bagas.

Bagas berdeham pelan. Matanya mengedar mencari keberadaan seseorang. Namun, dia sama sekali tidak menemukan seseorang yang dia tunggu. Helaan napas berat terdengar dari mulut Bagas kala ponsel yang dia taruh di meja tiba-tiba berdering. Jantung Bagas seketika berpacu cepat kala membaca nama Kevin.

"Mati gue."

"Siapa? Kenapa lo kayak takut?"

"Bisa diem, enggak? Gara-gara lo hubungan gue dan Lia sekarang berada di ujung tanduk!" geram Bagas.

"Maaf."

"Gue enggak butuh kata maaf dari mulut lo! Gue cuma butuh Lia ada di samping gue!"

Salsa mencengkeram kuat-kuat rok seragamnya. Dibarengi dengan bulir bening yang mulai turun. Gadis itu sama sekali tidak berani menatap Bagas. Dia takut.

"Gue harus apa? Supaya lo bisa balikkan lagi sama Lia?"

****
Bel pulang sekolah baru saja terdengar di seantero SMA Bramasta. Siswa-siswi berebut mengeluarkan kendaraannya masing-masing. Berbeda dengan Lia yang saat ini tengah duduk di depan kelas XI IPA 2.

"Ngapain di sini?"

Lia sama sekali tidak menggubris pertanyaan Bagas. Saat ini, dia enggan untuk berbicara dengan Bagas. Bahkan, menatap wajah Bagas pun rasanya malas.

"Udah jangan marah." Bagas menyelipkan rambut Lia ke belakang telinga. "Aku capek kalau jauh kayak gini."

"Manda!"

"Kak Lia? Tumben di sini?"

"Gue nungguin lo."

Amanda manggut-manggut. Dia tersenyum tipis ke arah Bagas yang berusaha membujuk Lia untuk pulang.

"Manda pulangnya nunggu kak Raja jemput, Ka. Kak Lia pulang bareng Kak Bagas saja," ujar Amanda.

"Semarah-marahnya kamu sama aku jangan ada keinginan untuk pulang sama orang lain, Lia."

"Aku enggak marah, tapi aku kecewa."

*****
Sorakan meriah terdengar sangat heboh di lapangan basket SMA Cakrabuana. Saat ini, siswa kelas XII IPS 2 tengah bertanding basket antar kelas. Regan tersenyum kala bola sudah ada di tangannya. Namun, karena lengah tiba-tiba ada seorang cowok yang merebut bola basket itu. Cowok itu terkekeh kala melihat ekspresi Regan seperti orang bingung. Cowok itu melompat tinggi seraya melemparkan bola ke ring. Sorakan heboh kian terdengar kala Raja berhasil memasukkan bola ke ring.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang