7. Rintikan hujan

2.2K 276 53
                                    

Lea memasuki ruang rawat Lia sembari membawa buah-buahan kesukaan Lia. Gadis yang mengenakan sweater warna biru itu mengulas senyum tipis.

"Kak, lo ada hubungan apa sama Bagas?"

Lia menyemburkan air minum kala mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut adik angkatnya.

"Gue enggak ada hubungan apa-apa. Kenapa lo nanya gitu? Gue sama Bagas cuma sekedar temen sekelas doang. "Lia mendorong kasar tubuh Lea. "Pergi deh! Gue males lihat wajah lo!" usir Lia.

"Gue ke sini itu mau nemenin lo soalnya tadi, ayah sama Mamih nyuruh gue buat nemenin lo di sini."

"Gak perlu! Sekarang lo pergi!" Lia memalingkan wajahnya ke sembarang arah. "Gue gak mau lihat lo!"

Lea mencebikkan bibirnya sebal. "Iya-iya, gue pergi tapi, kalau butuh apa-apa hubungi gue gak usah ganjen malah menghubungi cowok gue."

"Kangen El," gumam Lia.

Lea menghentakkan kakinya kesal. Gadis itu udah jauh-jauh dari rumah ke rumah sakit untuk nemenin Lia tapi, dengan seenak jidat Lia malah mengusirnya.

"Salah gue apa sih? Padahal gue cuma mau nemenin Lia di sini. Kayaknya benci banget tuh anak—"

"EHEM"

Lea menoleh kala mendengar suara dehaman seseorang. Seorang cowok yang mengenakan kaos putih polos yang dibalut jaket hitam sudah duduk di samping Lea.

"Ngapain lo nunggu di sini? Kenapa gak di dalem?"

"Tuh cewek lo ngusir gue," balas Lea.

Erlangga menahan tawanya. "Kenapa bisa diusir? Lo ngelakuin kesalahan apa?" tanyanya. "Lo sama Lia gak pernah akur? Kenapa sih hmm?"

Terdengar suara motor berhenti membuat bocah berumur lima tahun berlarian dari tangga. Kinan khawatir Samuel bakal terjatuh dan ternyata apa yang dikhawatirkan Kinan terjadi.

"Aduh! Makanya jangan main lari-lari Samuel." Kinan menghampiri anak bungsunya. "Mana yang sakit?"

"HUAAA LUTUT SAMUEL MAU COPOT BUNDA! HUAAA SAKIT HUAAAAA DARAH SAMUEL HABIS HUAA!" Samuel terus menangis sekeras-kerasnya.

Raka yang sedang berada di dapur ikut panik kala suara tangisan Samuel menggema di rumah mewah itu. Cowok yang mengenakan kaos abu dan celana kolor hitam itu dengan cepat memangku Samuel.

"Astaga ini kenapa? Sakit gak?" tanya Raka.

"Tadi Samuel lari dari lantai dua eh jatuh," balas Kinan.

"Makanya gak usah lari-larian, Cil," timpal Bagas.

Samuel memalingkan wajah ke sembarang arah. Biar dikira ngambek sama Bagas tapi, cowok yang masih mengenakan seragam SMA itu malah naik menuju kamar yang ada di lantai dua.

"Huaaaaa jahat banget Bang Agas Huaaaaa!"

Lia senyum sumringah kala melihat Erlangga yang berdiri di ambang pintu. Cowok yang memiliki tatapan meneduhkan itu membawa dua jinjingan yang berisi makanan dan minuman kesukaan Lia.

"Sayang!" seru Lia.

"Hai gadis manis." Erlangga menyimpan bingkisan yang ia bawa di nakas. "Nanti kamu makan ini semua kalau udah sembuh, ya?" Erlangga membantu Lia untuk duduk dan cowok itu juga duduk di sana.

"Kalau sekarang gak boleh? Lia laper pengen ngemil soalnya makanan dari rumah sakit gak enak." Lia menarik pergelangan tangan Erlangga Gadis itu menatap lekat wajah Erlangga. "El beliin Lia cokelat, kan? Lia cuma pengen makan itu boleh?" tanya Lia.

Erlangga mengangguk antusias. Cowok itu langsung beranjak dari duduknya hendak membawa cokelat kesukaan Lia. Beberapa cokelat itu kini sudah ada digenggaman Lia. Manik hitam milik Erlangga menangkap gelang hitam yang melingkar indah.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang