39. Nasi goreng

1.2K 145 7
                                    

Argadana tersenyum lega karena dua putri cantiknya sudah sampai ke rumah. Lea dan Lia diantar pulang oleh Zidan dan Erland. Sementara itu, Bagas diantar pulang oleh Raka dan anggota Graxtual lain. Lia ingin ikut. Namun, Arka menyuruh Lia untuk pulang.

"Padahal Lia pengen nemenin Bagas," kata Lia.

"Kak, mereka bukan larang Kak Lia untuk nemenin Bagas, tapi mereka cuma mau Kak Lia istirahat," balas Lea yang baru datang sambil membawa dua kotak susu rasa vanilla kesukaanya Lia. "Nih buat lo!" ujar Lea.

"Emangnya Bagas kenapa?"

"Bagas pingsan, Pa," balas Lea.

Lia beranjak dari duduknya. Dia kepikiran Bagas. Gadis itu ingin sekali pergi menyusul Bagas. Jam menunjukkan pukul satu dini hari, Lia berusaha menghubungi Raka. Berharap kalau Raka akan menjemputnya. Namun, sudah beberapa kali memanggil, tetap tidak direspons.

"Gue takut Bagas kenapa-kenapa," ujar Lia.

Suara berat seorang Pria mengejutkan Lia. Argadana berdiri di ambang pintu. Pria itu melangkah mendekati anak perempuannya yang belum juga tertidur.

"Ini udah malam. Tidur Lia," titah Argadana.

"Lia kepikiran Bagas, Pa," balas Lia.

"Pa," panggil Lia.

"Kenapa?"

"Temenin Lia ke rumah ayah dong," pinta Lia.

Sebenarnya Argadana enggan menyetujui permintaan Lia karena hari sudah terlalu larut. Namun, Lia sangat mengkhawatirkan Bagas. Lelaki berumur lima puluh tahunan itu mengangguk. Dia setuju dengan permintaan Lia asalkan sepulang dari sana langsung istirahat.

"Boleh, tapi jangan lama-lama dan habis dari rumah ayah harus istirahat," kata Argadana.

Lia tersenyum bahagia. Dia memeluk papanya dari samping. Akhirnya, Lia berada di titik kebahagiaan yang sesungguhnya. Dia kembali merasakan keharmonisan keluarganya dan dia juga tidak kehilangan kasih sayang dari keluarga Bagas yang selalu membuatnya bahagia.

"Lia sayang sama Papa," ucap Lia.

"Papa juga sayang sama kamu."

****
Sudah lebih dari tiga puluh menit, Kinan duduk di tempat tidur Bagas. Wanita itu membujuk anaknya untuk membuka mulut. Namun, Bagas malah pura-pura tidur. Dia enggan untuk memakan obat. Dari kecil, Bagas memang sudah tidak menyukai obat. Yang dia tahu kalau   rasa obat itu semuanya pahit.

"Agas, gak usah pura-pura tidur! Ini obat rasanya manis banget. Samuel juga suka," kata Kinan.

"Bunda, di depan ada om Arga sama Lia."

Mendengar nama Lia, secara perlahan Bagas mulai membuka mata. Dia ingin segera bertemu dengan gadisnya. Namun, Bagas harus berhadapan dengan bundanya yang masih setia memegang obat.

"Gak boleh ketemu Lia kalau enggak makan obat."

"Bunda! Ko gitu?" ucap Bagas tidak terima.

"Kalau kamu gak mau. Okeh biar Bunda suruh Lia pulang dan gak usah pacaran sama anak manja——"

"Bunda," rengek Bagas. "Bagas janji bakal makan obat, tapi gak mau sekarang," kata Bagas.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang