Suasana warung depan sekolah saat ini cukup sepi. Hanya ada Bagas dan Noval yang sedang menunggu Lia dan Ratu. Terlihat dari dekat gerbang SMA Bramasta dua gadis cantik yang mengenakan jersey basket.
"Lo balik sama Lia, kan?" tanya seorang cowok yang mengenakan jaket hitam dengan lambang banteng di bagian punggung. "Kalau lo enggak sama Lia biar gue——"
"Enggak perlu! Lia biar pulang sama gue," potong Bagas.
Noval tersenyum tipis lantaran Bagas segera menaiki motor sport hitam yang ada di pinggir jalan. Cowok yang mengenakan seragam putih abu-abu itu melajukan motornya menuju sekolah SMA Bramasta. Bagas menghentikkan motornya tepat di dekat Lia.
"Cepat naik!" titahnya.
"Bukannya lo sibuk?" Dahi Lia mengerut.
Bagas menarik Lia agar mendekatinya. Cowok berambut tebal itu memasangkan helm ke kepala gadis cantik yang ada di hadapannya. Sorot matanya menatap Lia dengan pandangan penuh arti. "Enggak ada kata sibuk kalau buat lo, Agrilia putri Argadana," ujarnya lembut.
Setiap perlakuan Bagas yang sederhana selalu berhasil mengombang-ngambingkan perasaan Lia. Bagas selalu berhasil bikin Lia tersenyum. Terkadang Lia bingung kenapa Bagas selalu memperlakukan dirinya selayaknya seorang ratu? Padahal Lia bukan siapa-siapanya Bagas.
"Hei! Kenapa malah diam? Buruan naik!" Lia berdeham pelan kala suara tegas seseorang mengejutkan dirinya.
Gadis cantik itu segera naik ke jok motor Bagas. Lia memegang jaket yang dikenakan Bagas. Namun, cowok itu lantas menarik tangan Lia agar melingkar di perutnya.
"Bagas," panggil Lia.
"Diam! Peluk gue saja biar gak jatuh," balas Bagas.
"Kalau gue jatuh?" tanya Lia.
"Jangan jatuh! Kalau lo jatuh nanti gue sakit, Lia. Gue paling enggak bisa lihat lo terluka," balas Bagas membuat Lia tersipu malu. "Gue tahu kalau lo baper," celetuk Bagas.
Lia membulatkan bola matanya. Gadis itu refleks memukul helm Bagas. "Diem!" ujarnya.
Bagas tertawa pelan. Dia tersenyum tipis melirik wajah Lia dari spion. Wajah gadis itu memerah bak tomat. "Gue bisa tanggung jawab kalau lo baper, Lia," ucap Bagas.
"Tanggung jawab? Caranya?" tanya Lia.
"Jadi pacar gue, mau?" tawar Bagas.
Lea memandang kepergian Bagas dan Lia dengan sorot mata tajam. Gadis itu terus menendang-nendang kaleng bekas minuman hingga mengenai kepala seseorang.
"Kenapa semuanya harus Lia? Bagas itu harus sama gue! Bukan sama Lia!" Lea mengepalkan erat telapak tangannya. Raut wajahnya memerah. "Dasar perebut!"
***
"Papa! Papa sudah ngomong sama orang tua Bagas? Papa, Bagas harus jadi milik Lea." Lea mendongak lantaran Argadana mengusap lembut kepalanya. "Iya, sayang," ujarnya membuat Lea tersenyum."Bagas bakal jadi milik Lea, Pa? Papa janji kalau Bagas akan jadi milik Lea untuk selamanya?" tanya Lea.
Argadana tersenyum tipis. Lelaki yang mengenakan setelan jas hitam duduk di sofa diikuti dengan anak angkatnya yang bernama Lea. "Apapun yang bisa bikin Lea bahagia pasti bakal Papa lakuin, Nak." Lelaki itu mengusap lembut surai hitam milik Lea.
Lea tersenyum kala mendengar tutur kata Argadana. Lea beruntung mempunyai papa angkat seperti Argadana. Gadis itu memeluk erat tubuh Argadana. "Makasih, Pa. Lea sayang banget sama papa," ujar Lea.
"Papa jauh lebih sayang sama kamu, Lea," balas Argadana.
Seorang gadis cantik yang berdiri di ambang pintu tersenyum getir menyaksikan apa yang terjadi di hadapannya. Munafik kalau Lia tidak iri dengan Lea. Gadis cantik itu meneteskan air matanya kala papanya mengusap lembut kepala Lea dengan penuh kasih sayang. Lia juga kangen akan usapan lembut dari sosok seorang lelaki yang sering Lia sebut 'papa'. Kapan Lia bisa merasakan hal itu lagi? Kapan dia berhenti menderita?
KAMU SEDANG MEMBACA
A&B | Kita Belum Usai [Ending]
Ficção AdolescenteYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "Kalau kita usai, aku boleh kangen pelukan kamu yang bikin nyaman? Aku boleh kangen kamu?" Agrilia atau kerap disapa Lia, tidak pernah menduga kalau dirinya akan kembali...