70. Hanya kamu

1.9K 178 34
                                    

Salsa mengangkat pandangannya kala terdengar suara langkah seseorang yang menuruni tangga. Lia menghentikan langkahnya kala ekor matanya tidak sengaja menangkap dua orang duduk di ruang tamu.

"Gue tahu niat lo itu sebenarnya bukan mau takziah, tapi lo cuma mau bikin gue panas, tapi maaf banget Mbak gue sama sekali enggak panas lihat lo datang ke sini sama Bagas," ujar Lia. "Kasian rencananya gagal." Lia melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terjeda tanpa melirik dua orang yang duduk di sofa.

Kinan masih tidak menyangka kalau Lia tidak mau memaafkan dirinya. Kinan benar-benar menyesal telah menyakiti seorang gadis cantik yang dulu dekat dengannya. Dia menyesal telah menjauhkan putranya dari orang yang jelas-jelas baik dan malah menyatukan Bagas dengan orang yang tidak baik yaitu Salsa.

Seorang anak kecil tersenyum kala ekor matanya menangkap sosok seorang wanita yang duduk di sofa. Bocah menggemaskan yang menggenggam es krim rasa cokelat rasa cokelat berlari menghampiri Kinan.

"Bunda! Bunda mau es krim?" tawar Samuel. Samuel menghela napasnya berat Bunda sama sekali tidak menggubrisnya. "Bunda kenapa enggak jawab? Bunda lagi malas ngobrol sama Samuel, ya?" Samuel cemberut.

"Bunda!"

Seorang gadis cantik yang datang bersama Bagas memeluk erat tubuh Kinan. Kinan sama sekali tidak membalas pelukan Salsa. Dia masih kecewa dengan dirinya sendiri karena menyatukan Bagas dengan orang yang salah. Salsa melepaskan pelukannya lantaran sikap Kinan menjadi berbeda dari biasanya.

"Bunda kenapa?" tanya Salsa.

"Samuel masuk kamar dulu, ya. Bunda sama Kak Salsa mau ngomongin hal penting," titah Kinan ke Samuel.

"Abang pikun enggak diajak? Kalau begitu biar Samuel yang ajak Abang pikun main sama Samuel."

"Den Samuel sebaiknya ikut sama Bibi." Bi Narsih membisikkan sesuatu ke Samuel yang berhasil membuat bocah itu tertawa. "Melukis babi di kamar Bang Bagas."

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Bunda jadi beda sama Salsa? Apa salah Salsa sama Bunda?"

"Suruh dia pulang!" titah Kinan ke Bagas.

Bagas menggeleng. "Salsa mau ketemu sama Bunda. Dia pengen ngobrol sama Bunda, tapi kenapa Bunda malah menyuruh Salsa pulang?" Mata Bagas menyipit kala tidak sengaja menangkap amplop yang digenggam Kinan. "Ini apa?" Bagas mengambil amplop. Helaan napas berat terdengar dari bibirnya kala membaca tulisan yang ada di sana. "Oh jadi yang bikin Bunda kayak gini Lia? Lia juga yang udah bikin Bunda cuek sama Salsa." Bagas berdiri dari duduknya. Dia hendak pergi keluar. Namun, Kinan menahannya.

"Aku pulang. Enggak enak juga mood Bunda lagi kurang baik jadi ada baiknya aku pulang," kata Salsa.

****
Lia menghempaskan tubuhnya terlentang di atas kasur dan menyelipkan telapak tangannya di belakang kepala. Kalimat permintaan maaf Kinan terus terngiang-ngiang di pikirannya. Terkadang Lia merasa bersalah telah bersikap seperti tadi ke Kinan, tetapi Lia juga sakit. Dia masih sakit dengan perbuatan Kinan.

"Gue bukan enggak mau maafin tante Kinan, tapi gue cuma butuh waktu buat ngobatin luka kemarin. Gue kira bakal kuat, tapi kata-kata tante Kinan satu minggu yang lalu berhasil bikin luka gue melebar." Lia tersenyum. Air mata gadis itu berlinang bertepatan dengan ponsel yang berada di sampingnya terus berdering. "Bagas? Ngapain dia telepon gue sore-sore kayak gini?" tanyanya.

"Gue mau ngomong hal penting sama lo."

"Tinggal ngomong sekarang--" Ucapannya terhenti lantaran dengan cepat Bagas memotongnya.

"Enggak ditelepon juga. Gue jemput lo sekarang."

Bagas melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju perumahan mewah tempat tinggal Lia yang masih berdekatan dengan tempat tinggal Noval. Semenjak kebenaran terbongkar, Noval menjadi malu untuk bertemu dengan anggota Graxtual maupun dengan keluarga Lia. Cowok itu memilih untuk mengurung diri di kamar. Semakin sore, Noval merasa bosan terus berada di kamar. Cowok berperawakan jangkung pun memutuskan untuk pergi ke balkon.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang