45. Ratu?

966 131 1
                                    

Ratu menunduk dalam. Gadis cantik itu memikirkan apa yang Dava katakan semalam. Ratu mendongak kala Noval memanggilnya. Tangan cowok itu terangkat mengusap rambut Ratu dengan penuh kasih sayang.

"Val," panggil Ratu.

"Kenapa?" sahut Noval.

"Kalau gue enggak ada di sini." Ratu terdiam. Dia memerhatikan setiap lekuk wajah tampan Noval. Ratu tidak mau meninggalkan cowok itu, tetapi Ratu terpaksa harus ikut papanya. "Val," panggil Ratu sekali lagi.

"Kenapa?"

"Lo bakal tetap ingat gue? Lo enggak bakal lupain gue? Lo bakal tetap jadi milik gue?" tanya Ratu.

Noval mengangguk. Bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. "Lo itu prioritas, Tu. Gue enggak bakal pernah lupain lo. Gue sayang sama lo dan intinya gue mau kalau kita hidup bahagia bersama sampai takdir memisahkan kita." Noval meraih pergelangan tangan kekasihnya. "Sekarang kita pulang!" ajak Noval.

Ratu ingin sekali bilang ke Noval kalau hari ini adalah hari terakhir Ratu di Indonesia. Namun, lidah Ratu terasa kelu setiap mau mengatakannya. Ratu mengambil napasnya dalam-dalam, lalu ia embuskan secara perlahan. Dia beruntung banget memiliki Noval. Namun, apakah Noval juga beruntung?

"Gue pegang janji lo, Val," kata Ratu.

"Kenapa lo nanya gitu? Lo mau pergi?"

Ratu menggeleng. "Gue enggak bakal pergi, Val."

***
Bagas menghentikkan mobil di depan pusat perbelanjaan yang jaraknya dekat dengan sekolah SMA Cakrabuana. Bagas menoleh kala Lia masih saja diam.

"Sayang."

"Kenapa?" sahut Lia.

"Turun! Kita beli baju buat kamu," kata Bagas.

Lia menggeleng. "Enggak perlu. Ini cuma basah lengannya doang. Sebaiknya kita pulang."

"Kamu tunggu di sini."

Bagas membuka pintu mobil. Cowok itu hendak pergi sebentar untuk membelikan Lia baju. Namun, cekalan di tangannya menghentikan aktivitas Bagas. Cowok yang mengenakan seragam putih abu-abu dengan kancing bagian atas yang dibiarkan terbuka pun menaikkan sebelah alisnya seolah mengatakan ada apa?

"Kita pulang!"

"Jangan bandel, Lia," balas Bagas.

Lia memutar bola matanya. Deringan dari ponselnya mengalihkan atensi Lia. Gadis itu segera merogoh benda pipih itu dari saku seragam. Kernyittan tercetak jelas di kening gadis itu. Embusan napas kasar terdengar dari mulutnya membuat Bagas menanyakan apa yang terjadi.

"Kenapa?"

"Regan nelepon," balas Lia.

"Oh."

Jawaban yang singkat itu membuat Lia tertawa puas. Apalagi kala raut wajah Bagas memerah. Tidak ada yang tahu kalau Bagas itu cemburuan. Bagas menutup pintu mobil dengan kasar, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Lia.

Regan saat ini tengah berada di markas Trabax. Cowok yang menggunakan kaos hitam polos dengan topi hitam yang bertengger di kepala tengah mengisap rokok. Hal tersebut tidak luput dari perhatian Ervan. Dia itu cowok satu-satunya yang tidak pernah merokok di antara teman-temannya. Namun, tidak ada yang mengetahui.

"Rokok, Van?" tawar Raja.

"Nanti," balas Ervan.

"Lia enggak angkat telepon gue," keluh Regan.

"Ngapain lo nelepon Lia?"

"Gue mau ngajak dia jalan, Van." Regan tersenyum, lalu ia meletakkan puntung rokok di asbak. Regan menyambar jaket yang ada di sofa. "Gue mau pergi!"

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang